Tuesday 5 August 2014

Renungan / Khotbah Mazmur 67:2-8, Minggu 17 Agustus 2014

Introitus : 
Hai langit teteskanlah keadilan dari langitdan baiklah awan-awan mencurahkannya!. Baiklah bumi membukakan diri dan bertunaskan keselamatan, dan baiklah ditumbuhkannya keadilan!. Akulah Tuhan yang menciptakan semuanya ini. Yesaya 45 : 8

Ogen : Matius 16 : 13 – 20; Khotbah : Mazmur 67 : 2 - 8

Tema : Hai Bangsa-bangsa Pujilah Tuhan


“Indonesia Raya, Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya”.
Inilah bagian lagu kebangsaan kita. MERDEKA…..

Saudara saat ini kini, dalam keadaan seperti ini masihkah layak disebut Indonesia Raya??? Bukankah lebih tepat disebut , maaf , “Indonesia Rayung” , dan kita juga sering mendengar, Kata “Merdeka” juga dipelesetkan menjadi “Murdeka”, Bhineka Tungkal Ika dipelesetkan “bene ka Tunggaling ka”.

Peringatan kemerdekaan yang ke 69 ini kembali mengingatkan kita bahwa Perjuangan menjadikan Indonesia merdeka bukanlah hal yang mudah, kekuatan peralatan perang lawan dihadapi dengan “bambu rucing” , patutlah kiranya berterimakasih kepada para pejuang kita yang telah mengorbankan dirinya demi Indonesia raya ini, dan lebih dari itu patutlah kita memuji Tuhan atas kemerdekaan ini, Kemerdekaan ini adalah Berkat Tuhan yang dicurahkan bangi bangsa kita Indonesia. Untuk itu marilah kita serukan; hai bangsa Indonesia Pujilah Tuhan, Hai para peminpim jaga dan pertahankanlah Indonesia Raya ini.

Melalui Mazmur 67 ini kami melihat ada 3 bagian, doa dan harapan kita untuk mengembalikan “Indonesia Raya”

Pertama: Kiranya bangsa-bangsa mengenal jalan Allah.

Mengenal Allah sesungguhnya dan jalanNya tidaklah hal yang mudah, butuh suatu proses yang kadang kala sangat panjang sekali. Butuh perenungan, butuh persekutuan. Butuh Iman. Bdk. Pengakuan Petrus pada Bacaan kita minggu ini.

Mengenal jalan Allah berarti berjalan dijalan Allah, Hidup dijalan Allah, berserah kepada tuntunan Tuhan walaupun hal tersebut tidak sesuai dengan yang kita pikirkan.

Bagaimanakah caranya supaya bangsa-bangsa lain mengenal Allah? Yaitu dengan umat Israel membagi berkat-berkat yang mereka terima kepada bangsa-bangsa lain. Demikian juga sesama kita dapat menerima berkat dari Tuhan Yesus, kalau kita membagikannya dengan mereka.

Kedua: Kiranya bangsa-bangsa mengakui pemerintahan Allah.

Bangsa bangsa diajak bersyukur kepada Tuhan, seperti umat Israel sendiri, karena mereka pun mengalami dan mengakui karya keselamatan yang Tuhan lakukan

Mengakui pemerintahan Allah bukan berarti tidak mengakui pemerintahan yang ada, pemerintahan dimana kita hidup, namun diatas pemerintahan yang ada, Allah-lah yang memerintah. Harus kita sadari bahwa tanpa kuasa Allah kuasa-kuasa dunia akan berakhir dalam kefanaan. Hanya kuasa Allah-lah yang kekal.

Ketiga : Kiranya hasil bumi diterima sebagai pemberian Tuhan yang patut dipuji.

Mazmur ini merupakan nyanyian syukur atas segala berkat Allah yang diberikan kepada bangsa Israel pada perayaan panen raya. Pada perayaan ini, mereka berkumpul dari seluruh wilayah untuk bersyukur dan berdoa memohon agar berkat yang mereka terima dapat menghasilkan dampak yang lebih besar kepada bangsa-bangsa lain.

Inilah suatu nyanyian syukur yang mewarisi panggilan Abraham, diberkati untuk menjadi berkat bagi segala kaum di muka bumi

Berkat yang diterima bangsa pilihan Allah, seharusnya menjadi kesaksian bagi dunia agar dunia mengenal Allah (ayat 3). Sebab bangsa-bangsa lain pun perlu mengenal Allah. Mereka juga membutuhkan kasih karunia-Nya. Selanjutnya dari mulut bangsa-bangsa akan mengalir puji-pujian kepada Allah, karena mereka mengetahui bahwa Dialah Allah dan Dia berkuasa (ayat 4-6).

Saudara diakhir renungan kita Minggu ini, yang berketepatan dengan Dirgahayu 69 Indonesia, mari demi kecintaan kita bagi bangsa kita ini kita lepaskan berkat seperti berkat yang diucapkan Imam didalam Nats kita ini :

Tuhan memberkati dan melindungi engkau (Indonesia)
Tuhan menyinari engkau (Indonesia) dengan wajahNya dan memberi engkau(Indonesia) kasih karunia
Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu(Indonesia) dan memberi engkau (Indonesia) damai sejahtera.

Sebagi Penutup kami mengajak kita bersyukur melalui nyanyian Kidung Jemaat No. 337. “BETAPA KITA TIDAK BERSYUKUR”
Betapa kita tidak bersyukur, bertanah air kaya dan subur
Lautnya luas gunungnya megah, menghijau padang bukit dan lembah
Itu semua berkat karunia, Allah yang agung maha kuasa
Itu semua berkat karunia, Allah yang agung maha kuasa.

Pdt. Iswan Ginting Manik,M.Div
GBKP CILILITAN – Jakarta Timur
HP. 081371855839


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment