Friday 17 December 2010

Sermon-Khotbah Zepanya 3:9-13, Minggu 19 Desember 2010 (Advent IV)

Introitus: Wahyu 21 : 4; Bacaan: Lukas 1 : 46 - 55
Khotbah: Zepanya 3 : 9 - 13

Thema:
Berbahagialah orang yang bersandar kepada Allah
(Malem ate kalak si ernalem man Dibata)

Pendahuluan
Manusia “berjuang” dalam kehidupannya tujuannya untuk mendapatkan kebahagiaan atau kesenangan. Dan untuk mendapatkan itu manusia rela untuk melakukan pekerjaan dengan terkadang tidak lagi menghiraukan waktu, tenaga, dan juga kondisi badan. Bahkan lebih dari itu ada juga yang tidak menghiraukan bahwa cara yang dilakukannya untuk mendapatkan “sesuatu” itu tidak benar. Tujuannya hanya dengan apa yang didapatkannya, dia dapat “membeli” yang dikatakannya dengan “kebahagiaan” dan “kesenangan”.

Tapi, yang menjadi pertanyaan adalah : Apakah sisi keduniaan yang kita miliki dapat memenuhi keinginan manusia untuk bisa bahagia atau senang secara jasmani maupun rohani. Rasanya tidak. Lalu, apakah yang seharusnya dilakukan manusia sehingga ia bisa mendapatkan itu? Kiranya khotbah minggu ini bisa menjawab pertanyaan ini.

Pendalaman Nats
Dan Ia akan menghapuskan….. (introitus) merupakan suatu gambaran kehidupan dimana “Anak Manusia” yang telah naik ke Surga kembali melakukan penggenapan akan janjiNya untuk “menjemput” anak-anakNya. Sangat jelas digambarkan situasi yang ada sebelum dan sesudah kedatanganNya. Situasi sebelum kedatanganNya memperlihatkan bahwa air mata, perkabungan, dukacita dll adalah bahagian dari kehidupan manusia. Namun masa ketika kedatanganNya dinyatakan akan membawa perubahan yang sangat besar bagi kehidupan manusia.

Pada bagian bacaan Alkitab (Lukas 1 : 46 – 55) bisa dikatakan sebagai bentuk ungkapan bahagia dan juga ungkapan keyakinan. Dikatakan ungkapan bahagia, karena Maria merasakan sungguh-sungguh akan besarnya anugrah yang telah diterimanya dari Allah. Pemilihan Allah terhadapnya bukanlah tanpa “pengorbanan”; ia masih berstatus “gadis” atau belum menikah pada waktu menerima anugrah itu. Namun apa yang terjadi padanya memampukan dia untuk mengubah “aib” menjadi sukacita.

Selanjutnya, keyakinannya akan apa yang akan dilakukan oleh “anak yang sedang dikandungnya” nantinya sangatlah kuat. Artinya, perubahan kehidupan pada manusia akan terlaksana ketika “Sang Anak” melaksanakan misinya. Bisa kita urutkan bahwa Allah akan menunjukkan tindakan kasih pada orang-orang yang mengikut “Sang Anak”, namun akan akan “merendahkan” orang-orang yang menganggap dirinya berkuasa dan hebat. Yang pasti adalah, keyakinannya bahwa Allah akan melakukan sesuatu yang luar biasa sama seperti yang telah dilakukanNya pada nenek moyang orang Israel.

Allah tidak akan membiarkan kemenangan berada di pihak orang-orang yang tidak mengasihi Allah dan manusia. Kata ini rasanya sangat pas untuk menggambarkan tindakan Allah untuk “memurnikan” kembali Yerusalem. Kenapa harus dimurnikan? Karena pada waktu itu Yeusalem sudah banyak didiami oleh orang-orang yang kejam (para penindas : ay. 1), orang-orang yang tidak percaya kepada Allah (ay. 2), hakim dan nabiNya adalah orang yang tidak tunduk lagi pada perintahNya (ay. 3,4). Sungguh suatu keadaan yang sangat tidak baik. Tentu bila kita balikkan situasi kehidupan yang ada maka bagi orang-orang yang “dekat dengan Allah” pasti akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Tempat itu seperti ‘surga” bagi orang yang tidak benar.

Situasi inilah yang hendak dimurnikan oleh Allah. Kehidupan yang diinginkan oleh Allah akan dipulihkan. Setiap orang yang sudah terserak dan tercerai berai akan dipersatukan kembali. Penyembahan kepada Allah akan menjadi kegiatan kehidupan yang menyenangkan. Yerusalem akan menjadi “mercu suar” yang memancarkan betapa baik dan luar biasanya Allah. Kebaikan Allah juga terlihat dari kesempatan yang terbuka yang diberikan bagi “para pendurhaka Allah”, dan Allah akan mengampuni mereka. Allah akan menjadikan Yerusalem seperti sebuah padang hijau yang sangat menyenangkan bagi “para dombaNya”. Dan Allah sendiri yang memberi jaminan tentang suasana bahagia dan menyenangkan di tempat itu.

Sebaliknya, Allah akan menyingkirkan (ay. 11b) orang-orang yang melawanNya. Ini juga menyatakan bahwa setelah Ia membuka peluang bagi pertobatan, namun masih ada yang “bertahan” pada keegoan dan kesombongannya, maka Allah akan memisahkan mereka dari anak-anakNya. Bukan sekedar itu, kita yakin bahwa aka nada penghukuman bagi mereka.

Pointer Aplikasi
(1) Kebahagiaan dan kesenangan yang diperoleh dengan cara yang tidak benar tidak akan pernah memberikan kekekalan bagi para pelakunya. Apalagi untuk mendapatkan itu, ada pihak-pihak lain yang dikorbankan, bahkan menganggap bahwa Allah tidak akan mampu menghalangi apa yang mereka lakukan. Tapi ini tidaklah benar. Keyakinan Maria dan apa yang dilakukan Allah Zef. 3 : 11 menunjukkan bahwa bukan manusia yang melakukan perlawanan bagi mereka tapi Allah sendiri.

(2) Air mata, kesusahan, perkabungan, dukacira, ini harus kita yakini hanya ada di kehidupan dunia. Dan keberadaan kita di dunia ini juga hanya sementara. Jadi walaupun sepertinya semuanya itu menguasai kita, tapi kekuasaannya juga hanya sementara. Jadi hendaknya janganlah kita mengorbankan “kesementaraan” itu dengan “menjual keimanan” kita.

(3) Seperti Maria yang mampu mengubah makna keberadaannya dari “aib” menjadi sukacita; kita juga diyakinkan bahwa kehidupan kita yang dibayang-bayangi situasi dunia yang banyak digelayuti ketidakbenaran, di sana juga kita bisa menemukan kebahagiaan. Tinggal sejauh mana kita bisa merasakan bahwa diri kita adalah Yerusalem yang didalamnya Allah tetap berkarya dan memberkati.

(4) Setialah dalam iman dan kebenaran, maka Allah akan memenuhi kita dengan sukacita dan kebahagiaan. (bd. Fil 4 : 4)

Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe
081361131151

Catatan Sermon:

  1. Uga makana malem ate. (1) Sigejapken iperdiateken Dibata (Luk.1:48). Mbue kalak lanai nggejapken ia iperdiataken Dibata seh maka usur nina iii, labo ooo. Selaku kalak si erkiniteken arusna kai pe jadi ningenlah ooo, labo iiii. (2) Natal njadiken Maria erlapis-lapis pengenehenenna (mata ukur/hati). Nggit kita ngalah ijeme kemenangen. Membaca dengan mata iman. (3) erlajar bujur. latihen. Natal mbabai kita latihen erlajar bujur. (4) sharing ia ras malekat, erbahansa simesera ngantusisa jati terantusi. Sharing ijenda berarti ertoto, ercakap-cakap ras Dibata arah toto.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment