Thursday 25 August 2011

Khotbah Matius 21:28-32, Minggu 4 September 2011

Introitus :
Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu (Ulangan 11 : 13)

Bacaan : Mazmur 113 : 1 – 8; Khotbah : Matius 21 : 28 – 32

Thema:
Orang Yang Percaya dan Ikut Kehendak Tuhan, Diberkati. (Kalak si Tek ras Ngikutken Sura-Sura Dibata, Terkelin)
Pendahuluan
Untuk menemukan sebuah alamat pada saat ini tidaklah menjadi sesuatu yang sulit dengan telah ditemukannya sebuah alat yang dinamakan GPS (Global Positioning System) yang terdapat pada HP (handphone) kita. Kita tinggal mengetik alamat yang kita cari, lalu kita bisa mengikuti arah yang ditunjukkan pada alat itu. Tapi bagaimana pada masa sebelumnya, tentu tidak segampang saat ini; kita sering bertanya “di mana”, “ke arah mana”, dan ‘bagaimana ke sana” pada orang yang kita rasa tahu atau orang yang kita temui di jalanan. Ketika kita diberitahu tentang tujuan kita tersebut, apa yang seharusnya kita lakukan sebagai orang yang tidak tahu. Tentunya kita harus percaya pada arahan yang diberikan dan mencoba mengikutinya. Dan bisa kita bayangkan bila orang sudah memberi petunjuk yang benar, namun kita tidak percaya dan mengambil jalan lain; maka niscaya kita tidak akan pernah sampai pada tujuan kita tersebut. Demikian halnya dengan kehidupan iman kita. Tujuan hidup orang beriman adalah mengikut ajaran Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab sehingga pada akhirnya kita mendapatkan kehidupan yang kekal. Namun barang siapa yang tidak percaya pada Alkitab dan tidak mengikuti pengajaran Tuhan maka dia tidak akan pernah mendapatkan hidup yang kekal itu.
Isi
Bila kita menelaah apa yang tertulis pada bahagian khotbah minggu ini maka ada beberapa hal yang menarik untuk kita bahas:
  1. Cerita tentang 2 anak dengan bapanya. Perumpamaan ini menunjukkan tentang bagaimana kehidupan manusia yang tidak sempurna. Manusia yang dalam kesehariannya masih diliputi oleh keinginan bebasnya. Namun ada yang membedakan dari kedua anak tersebut yaitu anak yang pertama adalah cirri anak yang merasa walaupun ia tidak menuruti kehendak bapanya namun percaya kalau bapanya akan memahaminya. Tapi benarkah itu? Yang kedua adalah anak yang pada awalnya menginginkan kebebasannya, namun akhirnya menyadari bahwa apa yang diperintahkan oleh bapanya memuat pengajaran akan tanggungjawab dan berbuahkan kebaikan pada dirinya.
  2. Perkataan Yesus yang memperbandingkan para pemungut cukai dan perempuan sundal dengan “para pendengar pengajaran Yesus” pada waktu itu. Suatu kecaman yang begitu keras yang disampaikan Yesus. Bisa jadi Ia sebenarnya mengarahkan tujuan perkataannya pada peristiwa penyalibanNya yang diawali ketika Ia memasuki kota Jerusalem sebagai orang yang begitu dielu-elukan. Namun “mereka” mengelu-elukan itu juga yang akhirnya “menyalibkanNya. Ironis sekali. Bisa kita lihat pada bagian sebelumnya, bagaimana “mereka yang menguasai tulisan kitab-kitab dan tahu nubuat tentang Mesias” begitu berkeras pada pemahamannya tanpa mau melakukan pembaharuan bahwa apa yang mereka ajarkan selama ini sudah digenapi. Mereka tetap pada pola pikir lama dan justru menganggap kehadiran Yesus bukan sebagai bukti nyata penggenapan Mesianis itu tapi menganggapnya sebagai “ancaman” akan keberadaannya. Bukankah kita juga demikian. Kita merasa sudah lama mengenal Tuhan, sudah lama mengikut Tuhan, sudah lama bersaksi tentang Tuhan. Tapi ada sebuah pertanyaan yang mendasar : Dengan cara siapakan kita selama ini melakukan itu? Jangan-jangan selama ini kita melakukannya dengan cara kita; yang apabila tidak sesuai dengan keinginan kita maka bukan kita yang harus berubah tapi orang yang di sekitar kita. Bahkan ada yang merasa bisa mengatur waktu dalam kehidupannya, seolah-olah dia tahu kapan waktunya dia benar-benar tunduk pada jalan Tuhan. Dan sebuah ungkapan yang biasa adalah “ Nanti juga masih ada waktu kok” (kari pe sempat nge) Tapi bagaimana dengan “para pemungut cukai dan perempuan sundal”, mereka adalah kaum “new coming” yang selama ini ada di luar lingkaran Tuhan, namun begitu menyadari bahwa mereka selama ini “salah”, begitu diingatkan akan kesalahannya, langsung merubah arah kehidupannya tanpa menunggu waktu (wasting time) dan tetap setia pada perubahan hidupnya itu.
Kesimpulan
Pada bagian introitus dan bacaan Alkitab (Mazmur 113) merupakan peringatan dan cara yang hendaknya kita lakukan sebagai orang yang “mengaku sebagai pewaris kehidupan yang kekal” itu. Menempatkan posisi Tuhan sebagai yang mulia dan berkuasa atas kehidupan kita adalah sikap yang mutlak harus berlaku dalam kehidupan kita. Sehingga apapun yang sudah berlaku dalam kehidupan kita dengan segala raihan yang bisa kita capai dan dapatkan, tidak akan memberikan sukacita dan damai sejahtera bila kita masih menempatkan “keakuan” kita diatas segalanya apa lagi di atas iman kita. Jadi, melakukan perubahan dan pembaharuan kehidupan iman kita juga menjadi mutlak yakni dengan senantiasa menjaga pengajaran Tuhan dalam kehidupan kita. Seperti syair sebuah lagu : FirmanMu p’lita bagi kakiku, terang bagi jalanku (Mazmur 119:105). Demikianlah kehidupan kita tidak ada terang kehidupan yang tetap akan terang sampai selama-lamanya kecuali terang kasih Kristus pada kehidupan kita… Amin
Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe
081361131151
Catatan Sermon:
  1. Ada norma-norma umum berlaku ditengah-tengah masyarakat Yahudi, bahwa pemungut cukai, perempuan sundal adalah sangat rendah, berdosa. Dan mereka ini juga menyadari statusnya. Dan dalam hubungan dengan menerima Yesus ternyata, kelompok ini yang lebih dapat menerima dengan sungguh-sungguh. Dengan sungguh-sungguh berarti ada proses penyesalan, merasa tidak layak. Dan sesungguhnya, siapapun kita, status kita dihadapan Allah sama, yakni orang berdosa. Dosa besar kecik sama, upah dosa adalah maut/kematian kekal.
  2. Terkelin, dalam konteks ini adalah keselamatan/ketuahen.
  3. Gambaran anak yang tua/sulung adalah Yahudi, anak yang bungsu adalah non Yahudi. Mengapa orang Yahudi tidak menerima jalan kebenaran? Karena mereka merasa ada jalan kebenaran pada mereka, tetapi tidak demikian dengan pemungut cukai dan perempuan sundal. Ketika jalan kebenaran diberitakan kepada mereka ada rasa haru dan penyesalan dalam hidup mereka sehingga mereka dengan rasa girang dan haru menerima jalan tersebut.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment