Monday 27 August 2012

Khotbah Yakobus 1:17-27, Minggu 2 September 2012

Introitus :
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu (Matius 7 : 24)
Ogen : Ulangan 4 : 1-2, 6-9; Khotbah : Yakobus 1 : 17 - 27
Thema :
Dengarkanlah dan Lakukanlah Firman Tuhan

Pengantar
Ada istilah “mendengar tapi tak menyimak”; bukankah ini seperti berada di tengah kerumunan orang ramai yang sedang berbicara, kita mendengarnya namun karena kita ngga peduli maka apa yang dibicarakan oleh orang banyak itu tidaklah menjadi perhatian kita. Demikian juga dengan kehidupan kekristenan kita, begitu banyak yang mengaku dirinya sebagai orang Kristen (pengikut Kristus) namun pada kenyataannya tidaklah banyak orang yang setelah mendengar FirmanNya kemudian melakukannya dalam kehidupannya. Kebanyakan mereka kembali pada kehidupannya masing-masing, melakukan apa yang bagi mereka mau lakukan, tanpa memandang atau mempertimbangkan ulang apa yang telah mereka dengar tentang tuntutan Firman Tuhan itu.

Introitus
Apa yang Yesus maksudkan adalah sebuah peringatan bagi orang-orang yang mengaku sebagai pengikutNya. Sebab banyak orang-orang yang mengaku sebagai pengikutNya, sepertinya melakukan apa yang dituntutkan padanya demi nama Yesus, namun yang ada pada kenyataannya adalah kebohongan dan kemunafikan. Yang hendak dikritisi oleh Yesus adalah “para penjilat-penjilat iman” yang mengaku soleh dan bertaqwa namun semua yang mereka lakukan adalah untuk kepentingan duniawinya semata. Mendapatkan popularitas atas nama Yesus. Namun sebaliknya bagi orang yang dengan ketulusannya mendengar dan melakukan kehendakNya memang benar punya komitmen kuat untuk melaksanakannya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Ada jerih dan juang yang mereka lakukan namun semuanya tetap dilakukan; yang pada akhirnya menurut Yesus adalah ibarat mendirikan bangunan di atas batu karang. Bangunan itu kuat, kokoh, dan tidak akan kalah dengan tantangan dan godaan yang ada dari sekitarnya.

Bacaan
Mungkin kita setuju kalau dikatakan bangsa Israel adalah bangsa yang sangat sulit untuk menerima pengajaran. Arti sulit bukan menunjukkan kebodohan mereka tapi kebebalan mereka. Sejarah Alkitab memperlihatkan bagaimana tabiat dari bangsa ini selama melakukan perjalanannya keluar dari tanah Mesisr menuju Tanah Perjanjian. Berapa kali mereka mendukakan hati Tuhan, berapa kali juga Tuhan harus kembali berupaya untuk menunjukkan bahwa tindakanNya adalah tindakan Kasih yang Tulus untuk memberikan kebebasan hidup bagi bangsaNya. Namun kebebasan dan pembebasan itu tidak sepadan dengan perlakuan bangsaNya terhadapNya.

Oleh sebab itu sebelum bangsa ini memasuki Tanah dimana bangsa ini akan menetap dan hidup, maka tetap dirasa Tuhan perlu untuk memberikan “garis batas” atau undang-undang atau peraturan sebagai acuan hidup bagi bangsa ini nantinya. Dan Tuhan sendiri menggarisbawahi bahwa nantinya apa yang diberikan atau dititahkan oleh Tuhan adalah sebuah “hukum” yang memiliki ketetapan kuat dan tidak untuk diartikan atau dilakukan seturut dengan kehendak bangsa ini melainkan hanya oleh kehendakNya.

Dan sebagai dasar pijakan bagi bangsa Israel untuk berjalan pada ketetapan Tuhan ini adalah “kesetiaan”. Namun perlu dijelaskan bahwa hanya dengan kesetiaan untuk melakukan apa yang diinginkan oleh Tuhan inilah yang membuat mereka menjadi bangsa yang “disegani”. Menjadi sebuah bangsa besar dimana bangsa-bangsa lain akan melihat adanya suatu kekeuatan besar yang senantiasa ada di sekitar kehidupan bangsa ini. Juga dengan kesetiaan ini, bangsa Israel akan dibentuk menjadi bangsa yang memiliki tingkat kehidupan yang lebih baik ketimbang bangsa yang lain. Bangsa yang memiliki sikap hidup yang bijaksana dan berakal budi, menjadi bangsa yang punya Tuhan yang senantiasa dekat dan membela kehidupan mereka.

Tanggungjawab lain yang disampaikan bagi bangsa ini adalah menyatakan kepada keturunannya kelak tentang cerita bagaimana Tuhan dengan setianya memimpin kehidupan bangsa ini dan menjadikannya menjadi bangsa yang besar. Sehingga pada akhirnya, generasi selanjutnya juga tetap mengenal dan mengandalkan kehidupannya dengan bersandar pada apa yang diinginkan Tuhan dan bukan pada apa yang mereka inginkan.

Khotbah dan Pointer Aplikasi
Yakobus menekankan tentang tujuan Tuhan terhadap keberadaan anak-anakNya. Menurutnya, Tuhanlah yang berupaya menjadikan kita sebagai “anak sulung”. Pemahaman sebagai anak sulung bisa kita artikan bahwa kita dibentuk dan dibawa untuk menjadi ciptaan yang terbaik diantara ciptaan lainnya. Berarti juga menjadi manusia terbaik dibanding dengan manusia lainnya yang hidupnya bukanlah bernaung pada kewibawaan Tuhan.Nah, untuk menjadi manusia atau ciptaan terbaik (manusia unggulan), ada beberapa penekanan yang harus kelihatan dalam perilaku hidup anak-anakNya yaitu :
  1. Cepat mendengar, namun lambat berkata-kata, artinya memahami terlebih dahulu secara baik dan benar tentang arti dan maksud dari setiap perkataan yang didengar. Tidak tergesa-gesa, karena ketergesa-gesaan bisa membuahkan ketidakbaikan.
  2. Tidak gampang marah; manusia unggulan adalah manusia yang mampu mengendalikan emosinya secara baik dan mengubahkannya menjadi enegi positif yang bisa membangun dan mengembangkan karakteristik positif dalam setiap laku dan langkah hidupnya.
  3. Kenal diri; mengetahui bahwa dalam dirinya masih ada melekat kekotoran dan mungkin kenajisan di mata Tuhan. Selanjutnya, membuang dari kehidupannya hal-hal tersebut dari kemudian memberikan keleluasaan bagi Tuhan untuk berkuasa dan mengendalikan kehidupannya.
  4. Dan apabila Tuhan sudah menjadi pengendali kehidupannya maka ia harus terus menerus menambahkan pemahaman akan kehendakNya dan melakukannya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan tanpa mencoba membuat penggolongan-penggolongan tentang apa yang ingin dan hendak dilakukannya. Oleh sebab itu juga kata mendengar bisa diartikan juga sebagai suatu upaya memfokuskan perhatian pada apa yang diperkatakan oleh Tuhan pada dirinya dan melatih secara terus menerus bagaimana melakukan tuntutan dari apa yang didengarnya. Dan itulah yang menjadi ibadah sejatinya. Artinya, kehidupannya itulah yang merupakan wujudnyata dari ibadah dan ketaatan akan kehendak Tuhan tersebut. Dan kecintaannya serta sukacitanya adalah melakukan hal-hal baik dan benar yang pada akhirnya menumbuhkan sukacita dan bahagia juga bagi siapapun yang ada di sekitarnya (tentunya orang-orang yang juga setia mendengar apa yang dikehendaki oleh Tuhan pada dirinya).
  5. Selamat mendengar dengan baik setiap perkataan Tuhan akan tujuan hidup kita dan percayalah kita akan menjadi “putra sulungNya”.

Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe
081361131151

Catan Sermon:
  1. Kita diberi dua telinga dan satu mulut, itu berarti kita harus banyak mendengar dibandingkan berkata-kata. Hear to me: hanya mendengar. Tapi listen to me berarti mendengar dengan sungguh.
  2. Matius 7:21-23
  3. Ibadah harusnya sangat berpengaruh dalam kehidupan bersama, bangsa ini akan menjadi lebih baik, kemiskinan akan semakin kurang (bd.Roma 12:1).


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment