Friday, 30 August 2013

Renungan / Khotbah Yohanes 7:37-39, Pekan Doa Wari I, 22 September Tahun 2013

Introitus : 
Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1:2).

Bacaan : Kisah Rasul 2:1-4; Khotbah : Yohanes 7:37-39

Tema : Siapakah Roh Kudus itu?

Sebagai orang yang mengaku percaya kepada Kristus, sering sekali kita merasa bahwa kita sudah dipenuhi Roh Kudus. Baik melalui tindakan atau sikap kita, seakan-akan kita merasa bahwa Roh Kudus itu ada dalam genggaman kita, sehingga kita merasa lebih baik dari orang lain. pertanyaannya “Siapakah Roh Kudus itu”, bagi kita yang mengaku percaya? Apakah kita sudah memilikinya? Apakah Dia berkuasa atas kita, atau sebaliknya kita yang berkuasa atasNya?

Pada teks kali ini bercerita tentang Yesus sedang merayakan hari Pondok Daun bersama murid-murid di Yerusalem. Puncak perayaan Pondok Daun adalah hari ketujuh saat para imam mengadakan prosesi pengambilan air dari kolam Siloam untuk dipersembahkan sebagai kurban curahan pada mezbah di Bait Allah. Hal ini merupakan tradisi yang dimulai sejak zaman Salomo, kemudian Hizkia hingga zaman sesudah pembuangan. Pada saat itulah, Yesus dengan lantang mengundang peziarah di Bait Allah untuk percaya dan menerima Dia sebagai sumber Air Hidup yang akan melegakan hidup mereka (Yoh 7:37-38). Maksudnya adalah, bukan tradisi semata yang dikehendaki Yesus, lebih dalam dari itu yaitu sikap hidup yang nyata sebagai orang yang mengaku percaya. Sebab orang percaya bukan menyembah kepada Allah yang mati, melainkan Allah yang hidup.
Oleh karena itu, Yesus berkata dengan lantang “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum!” Pada ayat ini, jelas bahwa Yesus ingin menunjukkan bahwa Dialah sesungguhnya kurban curahan yang benar dan berkenan bagi Allah. Maka hendaklah orang-orang berdosa datang dan percaya kepada Yesus dan meneladani Yesus dalam hidupnya. Selanjutnya pada ayat 38, Yesus berkata “Barangsiapa percaya kepadaku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup”. Ini adalah bukti sebagai orang yang percaya kepada Yesus, iman itu harus nyata dalam kehidupannya.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Yesus menjanjikan Roh Kudus akan tinggal dalam hati orang percaya. Dikatakan “Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya”. Orang yang percaya adalah orang yang menerima pengampunan itu. Di mana ia menyadari dosanya dan meminta pengampunan dari Allah dan mau diperbaharui. Karena di dalam Roh Kudus itu Allah secara langsung hadir di dalam hidup kita, maka dengan tegas diperingatkan kepada kita tentang dosa terhadap Roh kudus (Lih. Mark 3:22-30). Apakah dosa itu? Dosa bukan saja tentang perbuatan jahat tertentu (mencuri atau membunuh), melainkan sikap-sikap orang yang dengan sadarnya menolak atau tidak mau menerima anugrah (kasih karunia) Allah. Roh kudus mau memberi kepastian kepada kita bahwa segala dosa kita sudah diampuni. Hanya ada satu dosa yang “tidak dapat diampuni”, yaitu menolak pengampunan itu sendiri, oleh sebab ia mengeraskan hatinya sedemikian rupa, sehingga pekerjaan Roh Kudus dihinakannya dan menyebutnya sebagai pekerjaan roh jahat. Tetapi barangsiapa yang memandang kepada Kristus dan mendapati dirinya berdosa, lalu memohon pengampunan, justru hal itulah yang membuktikan bahwa Roh Kudus sedang bekerja dalam dirinya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa yang ditegaskan Yesus adalah setiap orang yang mengaku percaya kepadaNya sudah merupakan suatu keharusan hidup dalam Roh, yakni Roh Kudus.

Siapa Roh Kudus itu?
Roh Kudus adalah Allah sendiri. Di dalam Yoh 4:24, dikatakan bahwa Allah adalah Roh adanya. Demikian pula dengan Kristus, yang merupakan Allah. Allah, Yesus dan roh Kudus adalah satu pribadi yang tidak dapat dipisahkan. Hanya peran yang berbeda, Allah di dalam Roh sebagai Pencipta; Yesus juga yang adalah Allah sebagai penyelamat sekaligus pendamai manusia dengan Allah; dan Roh Kudus yang juga adalah Allah sebagai Penghibur atau Pemelihara manusia. Di dalam teks ini, Yesus menegaskan bahwa orang percaya harus hidup sesuai dengan kehendak Allah. Tetapi, bagaimana mengetahui kehendak Allah itu? Agar manusia mengetahui kehendak itu secara jelas, Allah menjelma di dalam rupa Yesus Kristus. Selama hidupNya, Yesus sudah menjadikan diriNya teladan Allah di dalam dunia ini. Tujuannya adalah agar orang percaya bahwaYesus adalah Allah sendiri.

Perhatikan kata “sebab Roh itu belum datang,karena Yesus belum dimuliakan.” Kata “belum datang”, dalam terjemahan aslinya bukan berarti demikian, melainkan terjemahan yang lebih mendekati adalah “belum diberikan”. Jelas kedua kata ini sungguh berbeda. Roh Kudus belum diberikan pada saat itu, tetapi bukan berarti Roh Kudus ‘belum datang’, karena keberadaan Roh Kudus sudah ada sejak semula. Sebab Roh Kudus itu adalah Allah sendiri, bukti di dalam Alkitab juga disebutkan sifat-sifat Roh kudus yang benar-benar tergolong kepada kesempurnaan Allah. Misalnya Roh itu kekal (Ibr 9:14), bebas dalam tindakanNya (1 Kor 12:11), Roh itu adalah Tuhan, yang berkuasa dan berwibawa, yang memberi pimpinan dan pengajaran (Yoh 14:26; 16:13). Juga Roh Kudus adalah Penghibur yang dari Allah, yang memberi nasihat dan penghiburan kepada kita (Yoh 14:16).
Dengan demikian, Roh Kudus ada sebelum dunia terbentuk dan dijadikan (lih.Kej. 1:2). Bahkan lebih dalam dari itu, Roh Kudus ada pada waktu penciptaan dunia. Di dalam cerita penciptaan itu, kita melihat bahwa Allah sebagai Roh yang mencipta dan menghidupkan (Kej 1:1-2). Pernyataan ini artinya dengan tegas menolak segala macam anggapan mistis tentang penciptaan, karena penciptaan itu dilakukan oleh Allah sendiri. Begitu banyak tafsiran yang berbeda mengenai kata “ruah” di dalam Kej 1:2. Namun, semua terjemahan tersebut mengandung arti bahwa Yahwe sebagai Allah yang menguasai samudera raya dan segala isinya.

Roh itu belum diberikan, karena Kristus belum dimuliakan.
Mengapa demikian? Karena Roh pada hakikatnya adalah ‘diri Kristus’, maka peranan langsung Roh tidak terlalu mendesak bagi sedikit orang yg sedang menikmati kehadiran Kristus. Kristus sendiri adalah Penasihat, Pembela, Penghibur dan Sumber kekuatan, sehingga selama kehadiran-Nya sepanjang kurun waktu inkarnasi-Nya di bumi ini, peranan penghibur (Parakletos) belum begitu mendesak hingga Kristus kembali ke sorga. Selama Kristus sendiri dapat langsung menjelaskan diriNya sendiri, bersaksi dan menyampaikan ajaran-Nya kepada murid-murid-Nya, maka tidak diperlukan yang lain untuk memberikan pencerahan, bersaksi dan membuat Firman diingat. Tapi bila Yesus meninggalkan mereka, maka penting bagi Bapa mengutus Roh untuk mengambil alih tugas-tugas tersebut terhadap orang-orang percaya, dan juga tugas-tugas selanjutnya yakni menginsafkan dunia akan dosa karena tidak percaya kepada Kristus; akan kebenaran karena Kristus, penjelmaan kebenaran, telah naik kepada Bapa; akan penghakiman karena penguasa dunia dihukum dalam kematian Kristus (Yoh 16:7-11). Dengan jelas Kristus menyatakan bahwa Roh tidak akan meniadakan karya dan pribadi-Nya, tapi akan menyampaikan dan menata kekayaan anugerah dan karya Kristus (lih Kis 1:1, berarti Yesus melanjutkan pekerjaan dan ajaran-Nya melalui RohNya yang Kudus). Secara jelas memperlihatkan kepada kita bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Turunnya Roh Kudus, kita peringati sebagai hari pentakosta, yaitu hari ke 50 setelah Yesus bangkit dari kematian dan naik ke surga. Di dalam Kis 2:1-4, diceritakan bahwa ketika itu turunlah bunyi seperti suatu tiupan angin keras, yang segera memenuhi seluruh rumah. Sesaat kemudian mereka melihat hal lain yang sangat menyolok mata, yaitu cahaya yang memecah seperti lidah-lidah api, yang bertebaran dan hinggap di antara mereka. Hal ini menyatakan bahwa betapa agung, kuat dan kudus Roh Allah. Roh Allah itu memberi terang serta kehangatan, membakar serta membersihkan.

Dengan turunnya Roh Kudus, menolong kita sebagai orang percaya untuk hidup seperti yang Allah kehendaki, dari dalam hati akan mengalir air hidup, yakni Kristus. Sebab Kristus adalah sumber air hidup yang mengalir di dalam hati orang percaya. Ketika kita hidup di dalam Roh, maka Kristus akan nyata di dalam diri kita dan hal itu terlihat dari sikap dan tindakan hidup kita.
Hal yang harus diperhatikan bahwa dengan menerima Roh Kudus, tidaklah menjadikan kita seperti Allah, tetap ada batas yang tidak dapat dihapuskan antara Allah dan manusia. Bahkan Roh tidak menjadi “milik” orang beriman, sehingga manusia dapat berkuasa atasNya. Tetapi sebaliknya: Roh Kudus membuat kita menjadi milik Allah, menjadi milik Yesus Kristus. Biarlah Roh Kudus yang berkuasa dan memimpin kita dalam setiap kehidupan kita. Sehingga benarlah apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus. Rasul Paulus mengajarkan bahwa seorang pengikut Kristus haruslah dapat dikenali melalui buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Demikianlah hendaknya kehidupan yang dipenuhi dengan Roh Kudus, sebab Allah kita adalah Allah yang kudus.

Pdt. Andareas Joseph Tarigan,S.Th.,M.Div
GBKP Runggun Harapan Indah


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment