Saturday 27 September 2014

Renungan / Khotbah Matius 21:23-32, Minggu 28 September 2014

Introitus : 
 Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (Matius 7:24)

Bacaan : Yehezkiel 18:1-4; 25-32; Khotbah : Matius 21:23-32

Tema : Iyakan dan Jalankan Perintah Yesus

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Nats khotbah ini merupakan sebuah teguran dari Tuhan Yesus untuk para imam kepala dan tua-tua Yahudi yang masih meragukan kuasa Yesus, dan masih hidup dalam kemunafikan. Sebagai petinggi agama mereka hanya mengerti ajaran-ajaran Taurat TUHAN tetapi tidak melakukannya. Melalui perikop ini paling tidak ada dua hal bagaimanakah sikap sesorang mengiyakan dan menjalankan perintah Yesus?

1. Hidup dalam pengakuan kuasa Yesus
Jika ada sesorang yang merasa lebih benar, lebih baik, lebih pintar dan lebih layak untuk menerima kekuasaan dari pada orang lain, maka ketika ia melihat ada orang lain yang bisa melebihi ia dalam segala hal kemungkinan besar bisa timbul rasa iri hati pada dirinya. Dengan rasa iri hati yang semakin dalam mungkin ia akan mencoba untuk mencari jalan untuk menyingkirkan atau pun menjatuhkan reputasi orang tersebut. Begitulah yang terjadi dengan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi ketika melihat banyak kemampuan yang bisa dilakukan oleh Yesus, dalam berkhotbah/mengajar, menyucikan bait Allah dan mujizat yang dilakukan oleh Yesus (bnd. Matius 21:15, tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: Hosana bagi Anak Daud!” hati mereka sangat jengkel). Sehingga ketika Yesus masuk ke Bait Allah, para imam kepala dan tua-tua Yahudi mendatangi Yesus dan menanyakan kuasa apa yang dipakai oleh Yesus. Yesus mengetahui maksud dari pertanyaan mereka hanya untuk ‘menyudutkan’ Yesus. Maka Yesus membalikkan pertanyan kepada mereka “dari manakah (kuasa) baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?”. Sebenarnya mereka tahu kalau kuasa Yohanes dari sorga karena mereka adalah ahli dalam Taurat, tapi karena dari awal hendak menjebak Yesus maka mereka menjawab “kami tidak tahu”. Karena Yesus melihat kemunafikkan dan ketidakjujuran dalam diri mereka maka Yesus juga tidak memberitahukan kuasa apa yang ada pada Yesus. Walaupun sebenarnya mereka tahu kuasa apa yang ada pada Yesus, hanya saja mungkin karena Yesus berasal dari keluarga biasa dan mereka mengenal semua keluarganya (bnd. Matius 13:55) sehingga sulit bagi mereka untuk percaya kuasa Yesus berasal dari Sorga.

Sebagai pendengar Firman Allah janganlah kita hidup dalam kemunafikan yang terkadang dipakai untuk memberi rasa aman karena takut untuk menyatakan kebenaran Tuhan. Seperti yang dilakukan para imam kepala dan tua-tua Yahudi. Mereka lebih mengutamakan keamanan dirinya saja dari pada kebenaran kuasa yang ada pada Yesus.

2. Hidup dalam Pertobatan
Ketika Yesus melihat ketidakpuasan dan pura-pura tidak mengerti atas jawaban Yesus, maka Yesus kembali memberikan perumpamaan tentang dua orang anak laki-laki. Sebuah gambaran dua kelompok manusia yang ada di dunia ini. Pertama manusia yang mendengarkan perintah dan mengiyakan tapi tidak dilakukannya. Kedua manusia yang mendengarkan perintah tapi tidak mengiyakan pada awalnya tapi akhirnya dilakukanya karena sudah menyesal/bertobat (bnd. Yehezkiel 18:27-28, sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati).Melalui perumpamaan ini kembali mengingatkan kita siapa pun diminta supaya menjadi pelaku kehendak Allah/Yesus termasuk orang-orang berdosa, seperti pemungut cukai dan perempuan sundal. Menyesal dan percaya adalah langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk kita mampu melakukan perintah Allah/Yesus.

Dalam Matius 7:21 (Khotbah di Bukit), Yesus menegaskan jika hanya sebagai pendengar/ucapan tanpa melakukan kehendak Allah, tidak masuk surga. Yakobus dalam suratnya juga (Yak. 2:22) menekankan agar kita tidak hanya sebagai pendengar melainkan pelaku perintah Allah. Menurut seorang teolog, kerajaan Allah bukanlah Kerajaaan teori saja, tetapi sekaligus kerajaan yang dipraktikkan. Orang-orang percaya adalah pelaku, bukan penonton dan bukan hanya menjadi yang sekedar mengaku imannya. Contohnya sebuah pengakuan iman tidak hanya sekedar mengucapkan ‘Pengakuan Iman Rasuli’ di dalam kebaktian minggu. Pengakuan itu disertai dengan pelaksanaan. Pengakuan dengan mulut saja belum sempurna tapi harus dibarengi dengan melakukannya, itulah pertobatan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Masalah yang sedang dihadapi gereja pada saat ini adalah tidak sejalannya kata dan perbuatan. Sering sekali pengakuan yang positif tidak sejalan dengan perbuatan yang positif. Padahal kerajaan Allah itu bukan tempat ‘pelayanan ucapan’ saja melainkan tempat bagi pelaku perintah Allah/Yesus. Hidup dalam pengakuan Kuasa Yesus dan Hidup dalam pertobatan adalah sebuah sikap untuk mampu menerima dan melakukan apa yang Allah kehendaki dalam hidup kita sebagai anak-anak Allah. Biarlah kita menjadi pelaku kehendak Allah, walau pun tidak mudah untuk melakukanya. Tapi satu hal yang pasti melalui nats khotbah ini menekankan kepada kita bahwa keselamatan bukan di peroleh melalui perbuatan kita, tetapi menerangkan bahwa anak-anak Allah adalah anak-anak yang melakukan perintah/kehendak Allah bukan hanya sekedar sudah tahu akan perintah Allah saja. Apa yang kita lakukan adalah buah iman, buah pertobatan kita (bnd. Yeh. 18:32). Dan dari buahnyalah sesorang dikenal sebagai pelaku perintah Allah atau hanya sebagai pendengar perintah Allah (bnd. Matius 7:24). Terimalah dan lakukanlah perintah Yesus yang datangnya dari Allah. Amin

Pdt. Mulianta E. Purba


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment