Monday 6 October 2014

Renungan / Khotbah Matius 22:1-14, Minggu 12 Oktober 2014

Introitus : 
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia (Wahyu 19: 7).

Bacaan : Yesaya 25 : 1 – 9; Khotbah : Matius 22: 1-14

Thema : 
Bersiap dan jalani Kerajaan Allah (Ersikap dingen dahilah Kinirajan Dibata e)

(1) Saudara yang dikasihi Tuhan pernahkah saudara mendapat undangan untuk menghadiri suatu acara panting? Undangan pasta ulang tahun, pengucapan syukur, pesta pernikahan, atau pun undangan-undangan penting lain misalnya? Jawabnya pasti sering. Sadarkah kita ketika mendapatkan undangan itu artinya kita mendapat suatu penghargaan besar dari si pengundang?

Coba umpama bila yang mengundang itu adalah seorang jutawan. Maka biasanya orang yang diundang adalah orang-orang yang dianggap pantas untuk diundang. Mana mungkin kira-kira ia mengundang orang-orang buta, orang timpang, orang gembel, dsbnya

Bagaimana kira-kira andaikata kita sebagai orang biasa tau-tau mendapat undangan dari bapak Jokowi untuk hadir dalam pesta pelantikannya? Boleh jadi kita berkata: "mimpi apa aku semalam"?
Tentu kita pasti berupaya untuk datang karena peristiwa semacam itu tentulah suatu peristiwa yang tak terlupakan seumur hidup kita, sebuah kenang-kenangan yang berharga!

(2) Pasal 22 ini merupakan lanjutan dari pembicaraan yang disampaikan Kristus di dalam Bait Allah, dua atau tida hari sebelum kematian-Nya. Perintah yang diberikan, melalui perumpamaan tentang perjamuan kawin yang berkaitan dengan penolakan terhadap bangsa Jahudi dan panggilan kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi (ayat 1-10)

Dan juga tamu undangan yang tidak berpakaian pesta, sebuah gambaran mengenai bahayanya kemunafikan di dalam iman Kristen (11-14).

(3)  Melalui Nats ini mari kita kami melihat melalui 2 Fokus:

Pertama: Focus kepada Undangan/Pesta
Panggilan dan Penawaran Injil diumpamakan sebagai sebuah undangan ke pesta perjamuan. Mereka yang mengadakan perjamuan mengundang tamu untuk meramaikan perjamuan itu. Tamu-tamu Allah adalah anak-anak manusia.

Para tamu yang pertama diundang adalah orang-orang Yahudi. Dan undangan disampaikan kepada semua orang yang bisa mendengar berita sukacita Injil itu. Para hamba yang membawa undangan tersebut tidak menuliskan nama-nama yang diundang dalam secarik kertas, karena tidak ada persyaratan untuk itu, siapa saja tanpa kecuali diundang, yang tidak diundang adalah mereka yang tidak mau menerima undangan itu sendiri.

Walaupun para undangan istana itu mempunyai dalih yang bermacam-macam, bahkan sampai menangkap, menyiksa bahkan membunuh hamba-hamba utusannya. Rupa-rupanya sang raja ini seorang yang murah hati. dan ia tetap mengundang orang-orang untuk datang ke pestanya. Namun kali ini para undangannya bukan lah orang-orang terhormat. Pokoknya orang jahat, orang gembel, bandit, dsb.

Saudara yang dikasi Tuhan “Undangan”/berita itu adalah anugerah, undangan itu adalah pertanda bahwa Allah mengasihi kita, untuk itu kita harus bersyukur jika undangan itu disampaikan bagi kita.
Lihatlah betapa hati Kristus tertuju kepada kebahagiaan jiwa-jiwa yang malang.

Kedua: Focus kepada yang diundang
Sikap dingin yang sering dijumpai Injil Kristus di antara anak-anak manusia ditunjukkan oleh sikap dingin terhadap berita yang disampaikan dan sikap garang terhadap si pembawa berita itu sendiri. Dalam hal ini, baik raja maupun mempelai laki-laki kerajaan sama-sama terhina. Hal ini terutama menggambarkan orang-orang Yahudi yang menolak nasihat Allah bagi diri mereka sendiri, dan lebih jauh lagi melukiskan penghinaan dan perlawanan banyak orang di segala zaman terhadap Injil Kristus.
Me¬reka mesing-masing punya alasan. Alasan yang memang tak dapat ditawar-tawar. Alasan yang memang juga tak boleh diremehkan! Ya, karena menyangkut keperluan hidup alias jaminan hidup. Yang bila diabaikan bisa fatal akibatnya!

Untuk itulah mereka satu-persatu meminta maaf kepada si pengundang. Maaf karena urusan ladang. Maaf karena harus mengusrus usaha. Yang lain juga maaf.., karena barang sebentar bersenang menakmati kebahagiaan keluarga. Ya, maaf,., ma¬af. , , maaf ... Dan siapa yang mengatakan bahwa se¬gala urusan mereka itu salah? Tidak, tidak sa¬lah! Hanya masalahnya, mereka tidak menyadari bahwa undangan tersebut teramat penting.
apa yang mau dikatakan Yesus melalui perumpamaan dalam nas ini? Nah, ini! Apa¬bila hanya karena urusan perut, soal jamian hidup, atau juga masalah kebahagiaan hidup di alam fana ini kita menjadi sangat sibuk. Selalu sibuk. Terlalu sibuk. Dan akhirnya diperbudak oleh kesi¬bukan. Dan persoalan yang diurus kesibukan tadi menjadi satu-satunya yang dianggap paling berharga. Menja¬di satu-satunya tujuan hidup. Di sinilah celakanya! Apalagi bila karenanya kita sampai menganggap soal keselamatan menjadi tak ada artinya. Di sinilah bahayanya! Lalu akhirnya kita menjadi ke¬hilangan makna hidup yang sesungguhnya. Untuk apa sebenarnya kita ada di tengah-tengah kehidupan i¬ni. Apa yang mestinya dilakukan sebagai persiapan bila nanti memasuki alam yang di seberang sana!

(4) Saudara, selain 2 focus diatas ada satu situasi yang sangat mengagetkan kita. Salah seorang undangan itu mendapat hukuman berat. Diikat kaki tangannya. Dilemparkan ke tempat yang paling gelap. Apa masalahnya? Sederha¬na kelihatannya! Ia tidak mengenakan pakaian pes¬ta. Hanya itu? Akh, keterlaluan. Hanya gara-gara pakaian.

Apakah anti kiasan dalam nas ini? Adalah orang-orang yang telah dipanggil menjadi pengikut-pengikut Kristus. Menjadi anggota jemaat warga Ke¬rajaan Allah, tetapi masih tetap dalam dosanya. Tidak mau mengenakan pakaian pesta yang telah disediakan oleh Kristus. Yaitu "pakaian" kebenaran (Mat. 28 3; Why. 3:18).

(5) Sebagai kesimpulan dalam nas ini ada dua pelajar¬an penting yang perlu kita perhatikan, ketika Tuhan mengundang kita: Kesungguhan dankeseriusan kita dalam hal hidup keagamaan kita, masalah kesibukan janganlah sampai menggantikan hal-hal yang paling prinsip dalam hidup kita. Sedangkan yang berikutnya: bahwa masalah hidup dalam kebenaran haruslah selalu diutamakan. Jang¬an dikesampingkan, Kita telah dikasihi oleh Allah melalui korban Kristus. Kit telah dianggap berharga dan te¬lah diundang dalam sukacita sorgawi hanya semata¬ oleh kasih Allah. Janganlah sampai kita sia-siakan atau mengabaikannya!

Dengar panggilan Tuhan dan Bertobatlah dari tingkah lakumu yang jahat dan dari perbuatanmu yang jahat. (Bdk.Bacaan Yesaya 25).

Pdt.Iswan Ginting, M.Div


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment