KHOTBAH MINGGU 13 DESEMBER 2020
Invocatio :
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab
di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5).
Bacaan: Mazmur 126:1-6; Khotbah :1Tesalonika
5:16-24
Thema:
Besiap menyambut kedatangan Tuhan
Renungan …
Selayaknya kita akan kedatangan orang yang begitu penting, maka tentunya persiapan yang kita lakukan untuk menyambutnya juga tentunya sangat special dan penuh perhitungan dalam ati agar semuanya berjalan dengan baik.
Melalui
tema pada Minggu advent yang ke tiga ini kita kembali diingatkan agar persiapan
yang kita lakukan bukan sekedar teori, atau sekedar kainginan dan kata-kata.
Tapi lebih menekankan agar kita sungguh-sungguh bersiap-siap menyambut hari
natal dan sekaligus menyambut kedatangan Yesus ke dua kali, juga yang tidak
boleh kita lupakan adalah menyambut hari kematian kita. Kalau menyambut hari
Natal yakni memperingati dan merayakan kelahiran Yesus sang Juruslamat kita,
karena sudah terjadi maka mengenai kapan
tidak ada lagi masalah, tetapi tidak demikian dengan kedatangan Tuhan yang ke
dua kali demikian juga hari kematian kita. Kapan dan dimana tidak seorang pun
yang tahu. Itulah sebabnya tema Minggu Advent yang ketiga ini kembali mengingatkan
kita apakah saudara dan saya sungguh-sungguh dalam keadaan atau posisi sudah bersiap
menyambut kedatangan Tuhan?
Seharusnya bagaimana sikap kita dalam menyambut memperingati dan merayakan Natal menjadi gambaran bagaimana sesungguhnya kesungguhan kita dalam melakukan persiapan menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua kali dan juga hari kematian kita.
Berbicara mengenai bersiap menyambut kedatangan Tuhan, maka seharusnya bukan sekedar formalitas, bukan sekedar ikut-ikutan atau bahkan terpaksa bersiap-siap. Melalui invacatio kita diingatkan bahwa kita seperti ranting pohon anggur yang seharusnya selalu dan senantiasa terhubung dengan pohon anggur yang adalah Allah sendiri sehingga berbuah banyak. Apa artinya? Persiapan yang dimaksud memastikan diri kita ada di dalam iman yang sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus, dan firman Tuhan mengatakan jika iman kita sebesar bisi sesawi saja dapat memindahkan gunung. Jika kita memiliki iman yang sungguh-sungguh tentu nampak dalam kehidupan kita menjadi berkat. Itulah buah yang dimaksud. Itu yang pertama mengenai persiapan bagaimana menyambut kedatangan Tuhan.
Yang kedua melalui pembacaan kita, Mazmur 126:1-6 menyatakan bahwa kita seharusnya tetap memiliki pengharapan. Ujian tentang apakah kita tetap beriman dan berpengharapan adalah ketika keadaan yang kita hadapi tidak seperti yang kita harapkan atau dengan kata lain dalam keadaan susah seperti situasi kita di jaman pandemic covid 19 saat ini. Benar keadan semakin sulit, ekonomi secara umum menurun, bahkan secara psikis kita dihantui rasa takut akan kematian akibat terpapar virus ini. Dalam situasi inilah kita diuji apakah kita tetap memiliki pengharapan yang sunggu-sungguh atau tidak. Yang pasti pengharapan kita tidak akan mengecewakan kita. Yang pasti pengaharapan kita akan mendorong kita untuk tetap setia hidup di jalan Tuhan.
Yang
ke tiga sebagaimana disebutkan dalam nats renungan kita, 1 Tesalonika 5:16-24.
Kepada jemaat Tesalonika juga tentunya kepada kita saat ini Paulus mengingatkan
agar dalam menjalani hidup ini dengan menantikan atau bersiap menyongsong
kedatangan Yesus kedua kali agar menjalaninya dengan:
1. Bersukacitalah senantiasa. Hal inilah
yang diperlihatkan Paulus dalam hidupnya. Kita tahu bagaimana perjalanan
kehidupan Paulus bukan saja sering mengalami kesulitan ekonomi dalam
memberitakan Injil, tetapi juga berbagai penganiayaan, upaya pembunuhan dan
akhirnya dipenjara, akan tetapi semuanya ini tidak memupus atau menghilangkan sukacitanya. Mengapa? Karena
dia tahu baginya hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Inilah
gambaran orang yang beriman dengan sungguh-sungguh.
2. Tetap berdoa. Ini sangat penting. Sebab doa itu adalah
nafas bagi setiap orang percaya. Bagaimana mungkin kita tetap bersemangat dan
sehat jikalau tidak bernafas dengan normal, apa lagi sama sekali tidak lagi
bernafas berarti sudah mati.
3. Mengucap syukur dalam segala hal. Hal
ini sungguh mudah diucapkan, tetapi tidak demikian dalam melakukannya.
Banyangkan mengucap syukur dalam penderitaan, dalam kegagalan atau keadaan yang
tidak menyenangkan. Biasanya orang dapat bersyukur bila keadaan menyenangkan,
sukses dalam usaha, dilimpahi rejeki, dll. Disinilah akan memperlihatkan siapa
kita sesungguhnya. Apakah kita sungguh-sungguh anak-anak Tuhan atau tidak,
sebab mengucap syukur dalam segala hal berarti kita mengakui bahwa segala
sesuai yang kita alami baik senang ataupun susah adalah seijin Tuhan dan di
dalamnya Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi
Dia. Dalam hal ini ada baiknya kita mengingat cerita Ayub.
4. Jangan padamkan Roh. Roh digambarkan
sebagai api yang memberi kehangatan, energi dan semangat untuk hidup sebagai
orang Kristen. Artinya indicator bahwa Roh itu tidak padam dalam diri kita nampak
dalam gairah kita memuji-muji Tuhan, berdoa, membaca Firman Tuhan dan melakukan
segala perbuatan baik.
5. Paulus juga mengingatkan agar
disamping tidak menganggap rendah nubuat-nubuat (ula anggap enteng nandangi
berita kerna sura-sura Dibata), menguji segala sesuatu dan peganglah yang baik,
tetapi juga agar menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan.
Ibarat
ujian, tentu semuanya ini bukan soal yang mudah. Tetapi jangan takut, jangan
merasa berat atau tidak mungkin karena Allah yang telah memanggi kita sehingga
percaya kepadaNya adalah Allah yang setia, Ia juga akan menggenapinya. Artinya
Ia akan menolong kita, menguatkan kita di dalam Roh Kudus sehingga roh, jiwa
dan tubuh kita terpelihara sempurna
dengan tak bercacat pada kedatangan Kristus yang kedua kali.
0 komentar:
Post a Comment