Saturday 19 September 2009

Asseb-Khotbah 2 Korintus 11:6-16, Minggu 20 September 2009

Introitus: 1 Tesalonika 5:12; Pembacaan : Jeremia 26:7-14
Khotbah: 2 Korintus 11:6-16
Thema:
Terimalah dan hargai/hormati hamba Tuhan/Ergaken ras alokenlah kemahen Tuhan.
Pendahuluan
Mengapa hamba Tuhan harus dihormati? Bukankah ia juga sama dengan kita? Boleh jadi ada yang bertanya demikian. Benar. Namun hamba Tuhan, walaupun ia sama dengan jemaat (bagian dari jemaat), ia telah dipilih dan di khususkan Allah untuk membimbing jemaatNya (introitus) dan yang berjaga-jaga atas jiwa jemaat (Ibrani 13:17). Paulus mengatakan: "Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar".[1] Karena itu berbahagialah hamba Tuhan yang setia melakukan tugas panggilannya tersebut, karena ia akan dipuji tuannna: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”[2]. Demikian juga jemaat yang menghormati/menghargai hamba Tuhan akan diberkati[3]. Janji Allah kepada Abraham (Kej. 12:3) berlaku juga bagi hamba Tuhan dan jemaat, karena kita-lah anak-anak Abraham dalam iman[4].
Penjelasan Nas.
Nas khotbah minggu ini bagian surat Paulus yang kedua kepada jemaat Korintus. Surat ini di tulis ketika ia di Mekadonia sekitar tahun 55/56 untuk menegur minoritas dalam jemaat yang sedang dipengaruhi oleh para lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang lebih lanjut.
Melalui surat teguran dan pembelaan Paulus ini kita dapat belajar tentang beberapa hal:
(1) Paulus berani terus terang mengakui bahwa ia bukan ahli berpidato Paulus tahu kelebihan dan kekurangannya. Jemat dalam menilai harus juga berdasarkan kenyataan tersebut, bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Paulus bukan ahli pidato seperti Apolos, tetapi sisi yang lain tidak demikian, Paulus mempunyai kelebihan dalam hal pengetahuan dan pengenalan akan Allah. Memang dalam khotbahnya Paulus tidak menggunakan kepandaian berpidato dan berfilsafat seperti orang Yunani yang tinggi pendidikannya. Sebab ia memeberitakan Injil tidak hanya kepada orang yang berpendidikan tinggi, tetapi juga kepada orang-orang yang berpendidikan rendah. Oleh karena itu paulus dalam berkhotbah tidak menggunakan kata-kata hikmat yang menyakinkan secara logika tapi mengutamakan kuasa Allah. Jemaat dan hamba Tuhan sering terjebak ke dalam masalah ini. Jemaat mau agar dalam khotbah, logikanya dipuaskan, dan juga faktor hiburannya diperoleh. Namun bagi Paulus bukan itu yang penting, yang penting pemberitaan itu membuat orang bertobat, menerima Yesus sebagai Tuhan dan JuruslamatNya.
(2) Menjadi hamba Tuhan bukan berarti tidak ada tantangan. Tantangan itu bisa datang dari luar jemaat, mapun dari dalam jemaat sendiri. Itulah yang dialami Paulus. Maksud baiknya diartikan salah oleh orang-orang yang tidak senang dengan Paulus, dalam hal ini mereka yang disebut Paulus sebagai rasul palsu.[5] Paulus bermaksud baik dengan tidak membebani jemaat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama memberitakan Injil di Korintus, namun hal ini dijadikan musuh-musuh Paulus menghasut jemaat untuk menyatakan bahwa Paulus bukan rasul.[6] Paulus sangat tahu bahwa setiap orang yang bekerja harus mendapat upah. Demikian juga setiap Pemberita Injil harus hidup dari sumbangan mereka yang mendengarkan Injil itu. Hal ini sudah diajarkan Paulus kepada jemaat dalam suratnya yang pertama.[7] Namun mengapa Paulus tidak mau menerima sumbangan jemaat Korintus, padahal pada waktu di Korintus ia dalam kekurangan (ayat 9)? Tidak lain karena ia tidak mau sama dengan rasul palsu yang disebutkan dalam ayat 13 yang sudah seperti lintah darat membebani jemaat[8], juga supaya di dalam jemaat Korintus tidak ada yang berkata bahwa ia memberitakan Injil hanya untuk uang. Hal ini tidak berarti bahwa Paulus tidak perlu uang. Paulus juga perlu uang untuk kehidupannya sehari-hari dan Allah memberikannya melalui jemaat Mekadonia. Allah memelihar setiap hambaNya.
(3) Sikap hamba Tuhan menghadapi tantangan. Hamba Tuhan memang harus rendah hati, sabar dan penuh kasih. Tetapi juga harus tegas dan tidak kompromi terhadap hal yang tidak benar. Hal itulah yang dinampakkan Paulus. Melalui suratnya ini, paulus menegor jemaat, mengingatkan rasul palsu bahwa pada saatnya mereka akan menerima hukuman jikalau tidak bertobat, seperti iblis akan di hukum.
Pointer Aplikasi
1. Setiap hamba Tuhan pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ada yang pintar berbicara secara sistimatis, ada yang sangat rajin mengunjungi jemaat yang sakit, ada yang mau dan rajin bila disuruh mengajar katekisasi, ada yang bisa memimpin koor, dsb. Hal ini seharusnya tidak membuat hubungan antara hamba Tuhan tidak harmonis, sebaliknya dengan mempunyai kelebihan dan kekurangan tersebut dapat saling melengkapi. Lagi pula bukankah tujuan hamba Tuhan sama, yakni melayani Tuhan?
2. Kalau kita perhatikan pengalaman Yeremia dalam pembacaan kita dan juga rasul Paulus dalam memberitakan Firman Tuhan mempunyai kesamaan. Mereka kurang diterima, dihargai apa lagi didukung. Ada pihak-pihak tertentu dalam jemaat yang menentang mereka, menentang Yeremia karena nubuatannya yang sangat tajam dan kerasulan Paulus dengan mencari-cari kelemahan dan kekurangan mereka. Mereka dibanding-bandingkan dengan hamba Tuhan yang lain bukan dalam hal yang positif, dsb. Hal inilah yang menjadi tantangan dalam pelayanan hamba Tuhan. Juga pada jaman kita sekarang. Tantangan bukan semakin sedikit. Tuntutan pelayanan semakin banyak dan kompleks, tetapi kadang jemaat kurang menghargai hamba Tuhan. Menghargai yang dimaksud seperti mendukung, memperlengkapi, mensupport, mendoakan Pendeta, Pertua/Diaken, pengurus Kategorial, pengurus Pjj, agar sanggup melayani dengan baik. Menuntut hak, tetapi kurang memperhatikan tanggungjawab. Walaupun ditengah-tengah jemat masih demikian, tentunya hal ini tidak mengurangi semangat para hamba Tuhan dalam melayani. Upah kita tidak hanya besar di sorga (itu pasti), tetapi di dunia ini pun Allah mencurahakan berkatNya kepada setiap hambaNya. Namun satu kebenaran yang perlu dikemukakan kepada jemaat, bahwa siapapun yang menghargai hamba Tuhan sebagai hamba Tuhan akan diberkati[9], tetapi bila tidak akan terjadi juga sebaliknya[10]. Oleh karena itu hormatilah[11] hamba Tuhan, dukung dan doakanlah dia sehingga ia semakin giat melakukan tugas yang dipercayakan Allah kepadanya.
Pondok Gede, 18 September 2009
Pdt.S.Brahmana
-----------------------------------
[1] 1 Timotius 5:17
[2] Matius 25:21, 23
[3] Menghormati bisa juga dalam arti mematuhinya seperti janda Sarfat, 1 Raja-raja 17:9-16
[4] Bd.Roma 4:16
[5] Ayat 13
[6] Memang pada masa itu sudah lazim apa bila guru-guru yang mengajarkan suatu ilmu atau filsafat meminta sumbangan dari orang-orang yang diajarinya. Jika seseorang tidak meminta sumbangan atas apa yang diajarnya, orang-orang yang diajarnya itu menganggap orang itu bukan guru yang sah dan ajarannya tidak berharga. Musuh paulus menggunakan kesempatan itu untuk mempitnah Paulus (J.Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus kedua. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996, hal. 156).
[7] 1 Korintus 9:3-18
[8] Bd. Ayat 12
[9] Bd.Kejadian 12:3; Matius 10:42, Markus 9:41
[10] 1 Samuel 26:9; Bd.Bilangan 12:1-16
[11] Menghormati atau menghargai hamba Tuhan berati juga mengingatkan/mengkritisi secara positif bila perlu untuk kemajuan hamba Tuhan tersebut di dalam melakukan tugasnya.



Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment