Friday 4 September 2009

Khotbah Yohanes 17:14-23, Minggu 6 September 2009

Introitus : Roma 15:6; Pembacaan : Roma 15:5-9;
Khotbah : Yohanes 17:14-23
Thema :
Sehati dalam Kristus/Sada ukur ibas Kristus
Pendahuluan
Kita sangat bersyukur bahwa gereja-gereja di Indonesia semakin hari semakin menampakkan semangat kesatuan, walaupun secara umum masih dalam bentuk prayaan-perayaan ibadah, seperti natal dan paskah bersama. Masing-masing gereja sudah menyadari pentingnya kesatuan dalam rangka mengemban tugas panggilan bersama di tengah-tengah dunia ini, paling tidak di kalangan tokoh-tokoh gereja atau pemimpin-pemimpin gereja. Memang benar berbicara mengenai kesatuan gereja bukanlah hal yang sederhana, bahkan dapat dikatakan sebagai suatu missi “impossible” jika itu dilihat sebagai kesatuan organisasi, kesamaan tata gereja dan cara beribadah, dll. Sebab setiap gereja hadir menurut sejarah dan konteknya masing-masing. Namun hal itu sangat mungkin bahkan harus mungkin bila dipahami sebagai kesatuan secara rohani. Bukankah kita semua satu dalam iman, dalam pengharapan dan kasih kepada Yesus?

Pendalaman Nas
Bagian nas kita adalah doa Tuhan Yesus kepada muridnya dan juga kepada semua orang percaya oleh pemberitaan murid-muridNya[1]. Memang kehidupan Yesus tidak terlepas dari kehidupan doa. Namun hal yang menarik sebelum Yesus ditangkap[2], Yesus secara khusus berdoa untuk murid-muridNya dan juga untuk semua orang percaya di duni ini, berarti termasuk kita sekalian. Pertanyaannya ialah mengapa Yesus berdoa untuk murid-muridNya dan juga setiap orang percaya di dunia ini? Salah satu alasannya ada pada ayat 14. Yesus berdoa untuk para muridNya karena dunia membenci mereka, yaitu karena mereka telah menerima Firman Tuhan, yang tidak bisa diterima oleh dunia. Satu kebenaran yang sangat dalam di sini ialah bahwa Yesus mengatakan para muridNya bukan berasal dari dunia ini, sama seperti Dia sendiri bukan berasal dari dunia ini. Memang hal ini tidaklah sama. Yesus benar-benar bukan dari dunia ini. Ia dari Surga, dari rumah bapaNya. Murid-murid tidak. Namun melalui pernyataan ini Yesus mau mengatakan betapa besarnya pengaruh Firman Tuhan bagi kehidupan manusia yang menerimanya. Siapa yang menerima Firman Tuhan (menerima Yesus)[3] ia disamakan sebagai yang bukan dari dunia ini[4]. Inilah alasan mengapa dunia akan membenci para murid, sebagaimana Yesus juga dibenci dunia ini[5]. Yesus dibenci dan puncaknya disalibkan sebagai penjahat kelas kakap, melebihi Barabas karena ia berani berbeda, berani lain dengan para pemuka agama Yahudi yang berkuasa pada waktu itu. Ia bahkan berani mengkritik, dan menyingkap kemunafikan mereka. Jadi bukan asal berani tampil beda, tetapi berbeda karena hidup menurut kebenaran Allah. Bagi Yesus tidak ada istilah kompromi bila itu bertentangan dengan kebenaran yang digariskan BapaNya. Demikianlah juga setiap pengikut Yesus yang telah diposisikan sebagai yang bukan dari dunia ini, hidupnya juga berani berbeda/lain dari dunia ini. Hidup berani berbeda berarti hidup dalam risiko dibenci. Tetapi bagi orang percaya hal ini tidak merisaukan hatinya atau melemahkannya, bahkan sebaliknya semakin menguatkannya karena merasa ada kemiripan dengan Kristus, TuhanNya[6].
Hal lain yang perlu kita perhatikan dalam doa Yesus ini ialah, Ia tidak berdoa agar para muridnya diambil dari dunia ini, tetapi berdoa agar murid-muridNya dilindungi dari yang jahat. Hal ini berarti, (1) Yesus tidak ingin murid-muridNya diambil segera ke sorga ketika Ia naik kesurga. Yesus menghendaki Murid-muridNya dan semua orang percaya berada di dalam dunia ini untuk memberitakan Injil, baik melalui perkataan maupun sikap hidup yang lain (hidup tampil beda) dari dunia ini. (2) sebagai ujian apakah kita murid yang setia/taat atau tidak. Hal ini akan dibuktikan sejauhmana kita hidup menuruti kehendak Tuhan melakukan tugas kesaksian kita. (3) Untuk tugas itu perlu perlindungan, bukan agar terhindar dari penderitaan akibat dibenci dunia ini, tetapi dari yang jahat agar kehidupan kita sebagai saksi Tuhan dapat kita lakukan/jalani sampai akhirnya (menjadi pemenang) karena keinginan sijahat (dalam hal ini si Setan) sangat jelas yakni agar orang percaya murtad atau paling tidak agar sama dengan dunia ini[7].
Agar murid-murirnya eksis menjalankan tugas pengutusannya memberitakan Injil, Yesus juga berdoa agar murid-muridnya tidak hanya kudus sebagaimana Allah juga kudus (Hagios=berbeda atau terpisah), tetapi juga menjadi satu.
Doa Yesus agar semua orang percaya menjadi satu, menjadi sangat penting bagi setiap orang yang menyatakan dirinya kristen (pengikut kristus). Penting karena dalam kesatuan orang percaya ada kuasa kesaksian. Sebagaimana disebutkan dalam ayat 21 agar dunia percaya bahwa Yesuslah Mesias yang diutus ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia. Oleh karena itu terjadinya perpecahan, eksklusivisme, demikian juga persaingan di antara gereja-gereja dengan saling menjelekkan, saling merendahkan, saling merebut anggota, dsb. sangat bertentangan dengan keinginan Yesus. Gereja boleh berbeda, organisasi dan kebiasan beribadah boleh tidak sama, namun satu hal yang paling penting bagi kita sebagai orang kristen adalah bahwa kita satu dalam Kristus yang adalah Tuhan dan Juruslamat kita. Karena itu saling mengasihi sebaimana Kristus mengasihi kita seharusnya menjadi panggilan yang harus dinampakkan sebagai gereja, bukan sebaliknya.
Pointer Aplikasi
1. Renungan kita minggu ini, mengingatkan kita mengenai doa Yesus atau dapat dikatakan sebagai keinginan Yesus yang telah menjadikan kita murid-muridNya dan mengutus kita ke tengah-tengah dunia ini untuk memberitakan Injil, baik melalui perkataan mapun kesaksian hidup kita yang berani tampil beda. Memberitakan Injil memang mendatangkan sukacita bagi yang mendengar dan menerimanya tetapi pada saat yang sama Firman Tuhan itu juga dapat menimbulkan kebencian dari dunia dunia ini. Karena itu sebagai orang kristen yang betul-betul hidup sesuai Firman Tuhan, janganlah terlalu mengharapkan pujian/sanjungan dari dunia ini[8]. Hidup demikian berarti hidup dalam risiko dibenci, tetapi hal ini kiranya tidak merisaukan hati kita dan melemahkan kita, bahkan sebaliknya semakin menguatkan kita seperti rasul-rasul pada jaman Yesus. Mereka sebaliknya bersukacita ketika mereka dibenci, ketika mereka diperlakukan tidak adil karena merasa ada kemiripan dengan Kristus Tuhannya. Apa lagi bukan kah Tuhan Yesus sudah berdoa agar kita dilindungi dari yang jahat? Siapa takut!!
2. Yesus juga mau agar setiap orang percaya, walaupun mempunyai gereja, organisasi, cara beribadah yang berbeda, tetapi menjadi satu/sehati dalam Kristus yang dinampakkan dalam kerukunan yang saling melengkapi, saling mendukung dan saling mengasihi sehingga rencana Allah bagi dunia ini dapat diwujudkan. Namun dalam kenyataananya sering doa Yesus ini tidak menjadi nyata dalam hidup kita sebagai gereja karena kita lebih mencintai organisasi gereja sendiri, cara ibadah sendiri dari pada mengasihi Yesus yang mau agar kita saling mengasihi. Sangat ironis memang jikalau gereja yang adalah persekutuan orang kudus tetapi jemaatnya tidak saling mengasihi, tidak saling membangun tetapi sebaliknya saling membenci dan tidak mau mengampuni.
3. Bagaimana supaya kesatuan dalam jemaat dapat bertumbuh? Menurut Paulus berdasarkan pembacaan kita dalam Roma 15:5-9 ialah jikalau kita menerima satu dengan yang lain sebagaimana Kristus telah menerima kita apa adanya. Dan hal inilah yang dinampakkan dalam kehidupan jemaat awal/jemaat mula-mula[9].
4. Gereja yang sehati dalam kristus juga bukan berarti tidak ada lagi masalah seperti misalnya perbedan pendapat, tetapi orang yang hidup dalam persekutuan dengan Krustus mampu menyelesaikan perbedan pendapat secara bersama-sama. Sebab Kristus yang telah mempersatukan jemaat jauh lebih besar dari perbedaan yang ada dalam jemaat.
Pondok Gede, 4 September 2009
Pdt.S.Brahmana
----------------------------
[1] Yohanes 17:6-19, 20-26
[2] Baca Yohanes 18
[3] Bd.Yohanes 1:1, 14
[4] Yesus berkata kepada Nikodemus bahwa orang harus dilahir-barukan supaya bisa melihat Kerajaan Allah. Dalam keadaan sudah lahir baru ini, maka para murid ‘bukan dari dunia’ ini (Bd. Yohanes 3:1-8).
[5] Yohanes 15:19-20. Membaca ayat ini saya teringat tahun 1990 pada waktu saya KKN di GTM (Gereja Toraja Mamasa) di Mamasa. Kami baru tiba di kota Mamasa dan langsung ke rumah seorang Pendeta senior. Begitu bertemu, pendeta tersebut langsung bertanya kepada saya “apakah pendeta muda sudah pernah menderita karena Kristus’? Saya belum sempat menjawab, ia telah melanjutkan bahwa bila belum, tunggulah pasti anda akan mengalaminya sebagai pengikut Krisstus.
[6] Bd.Kis.Rasul 5:41.
[7] Bd.! Petrus 5:8
[8] Illustrasi: seorang misionaris yang telah melayani selama 42 tahun di Cina dan seorang ‘entertainer’ (= penghibur) yang terkenal yang berada di Cina selama 2 minggu, sama-sama kembali ke Amerika Serikat dengan kapal yang sama. Pada waktu mereka tiba, banyak penggemar dari ‘entertainer’ tersebut yang menyambutnya, tetapi tidak ada seorangpun yang menyambut si misionaris. Misionaris tersebut lalu mengeluh kepada Tuhan: ‘Tuhan, aku memberikan 42 tahun hidupku bagi Cina, dan ia hanya berada di sana selama 2 minggu, tetapi begitu banyak yang menyambut dia sewaktu dia pulang, dan tak seorangpun yang menyambutku’. Dan Tuhan menjawabnya: ‘Nak, kamu belum pulang ke rumah!’.
[9] Bd.Kis.Rasul 2:46-47; 4:32




Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment