Friday 11 September 2009

Kis.Rasul 28:1-10, khotbah Minggu 13 September 2009

Introitus : 1 Petrus 4:11; Pembacaan : 1 Raja-Raja 17:7-10;
Khotbah : Kis.Rasul 28:1-10
Thema :
Perbuatan baik mendatangakan sukacita/Perbahanen si mehuli mpeturah kemalemen ate.
Pendahuluan
Pada dasarnya semua orang ingin berbuat baik dan bisa berbuat baik. Bahkan penjahat, orang yang dianggap identik dengan orang tidak baik sekalipun masih bisa berbuat baik. Meskipun intensitas perbuatan baik yang dilakukan oleh para penjahat tersebut tidak sebanyak atau seintens yang bisa dilakukan orang "baik-baik, namun toh masih bisa mengapresiasikan suatu perbuatan baik kepada orang lain, setidaknya, perbuatan baik itu dinyatakan kepada orang-orang yang ada disekitarnya.
Oleh karena itu bisa dikatakan, semua orang yang mempunyai pikiran dan akal budi, serta semua orang yang telah mengenal kehidupan, pasti bisa berbuat baik. Yang sulit adalah konsisten untuk terus-menerus melakukan perbuatan baik. Sebab tidak semua orang yang mampu tetap konsisten serta berketetapan hati untuk mengapresiasikan adanya perbuatan baik sepanjang hidupnya. Apa lagi untuk berbuat baik itu ternyata tidak segampang diucapkan, sebab pada realitanya ternyata banyak tantangan baik dari dalam diri sendiri mapun dari luar diri sendiri. Mengapa bisa demikian? Bukankah setiap orang menginginkan agar orang lain berbuat baik kepadanya? Sebabnya (1) karena setiap perbuatan baik itu menyenangkan hati Tuhan dan si iblis tidak menyukai hal tersebut sehingga ia berusaha dengan segala cara aga manusia engggan berbuat baik; (2) Sebagaimana dikatakan Yesus kepada murid-muridNya: roh memang penurut tetapi daging lemah (natur keberdosaan manusia)[1]; (3) Karena nilai atau ukuran baik seseorang tidak sama. Baik menurut kita belum tentu bagi orang lain. Karena itu perbuatan baik juga membutuhkan pengorbana, perjuangan dan kontekstualisasi; (4) Karena pada dasarnya manusia masih sulit untuk dapat melepaskan adanya pemikiran-pemikiran egois atau mementingkan diri sendiri; (5) Juga karena adanya risiko dalam berbuat baik. Hal inilah yang membuat lebih mudah melakukan perbuatan tidak baik dari pada yang baik. Kalau memang demikian apakah kita enggan atau mengurangi berbuat baik? Sebagai orang percaya haruslah kita katakan tidak. Inilah yang membedakan orang yang sudah sungguh-sungguh percaya, sekedar percaya dan tidak percaya. Motivasi memegang peranan penting disini. Apa motivasi kita melakukan perbuatan baik, agar dipuji? Kita akan kecewa. Tetapi karena implikasi iman kita bahwa Yesus telah berbuat baik dengan menebus dosa-dosa kita, maka kita tidak akan pernah takut, enggan atau merasa lelah untuk berbuat baik. Karena dalam berbuat baik ada janji berkat Tuhan bagi kita.[2]
Pendalaman Nas
Perikop kita menceritakan perjalanan Paulus ke Roma bukan sebagai pelancong atau turis, tetapi sebagai tawanan. Ia ditawan bukan karena kejahatan kriminal yang pernah dilakukan tetapi oleh karena perbuatan baik, yakni memberitakan Injil keselamatan Yesus Kristus kepada semua orang. Memang hal ini tidak adil. Itulah kadang-kadang realita kehidupan. Bukankah dalam kehidupan kita sekarang juga kadang kita menjumpai yang demikian? Banyak ketidak adilan yang kita lihat dan bahkan rasakan. Apakah kemudian kita lantas bersungut-sunggut dan menjadi enggan melakukan pekerjaan yang baik? Rasul paulus tidak demikian. Memang menjadi percaya kepada Yesus tidak harus selalu identik dengan hidup tanpa masalah. Kadang sebaliknya. Dan itu diijinkan Tuhan bukan saja menguji kita tetapi dalam rangka menyaksikan Kristus melalui hidup kita. Satu hal yang tetap dilakukan Paulus ialah tidak jemu-jemu, tidak lelah untuk melakukan kebaikan sebagai implikasi imannya. Dimanapun dan dalam situasi apapun ia tetap ber PI, baik melalui perkataan maupun perbuatan. Kalau kita baca mulai dari Kis.Rasul 27 yang menceritakan perjalanan Paulus ke Roma sebagai tawanan, kita melihat Paulus tetap hadir sebagai garam dan terang. Walaupun peringatannya tidak di dengarkan[3], tidak membuat Paulus berkecil hatil. Ia terus berbuat kebaikan dan setiap kesempatan ia terus memberitakan Injil.[4]
Memang berbuat baik mendatangkan yang baik pula kepada kita, paling tidak ada sukacita yang kita rasakan jikalau perbuatan baik itu dilakukan dengan tulus.[5] Itu jugalah yang disaksikan kepada kita melalui pembacaan dari 1 Raja-raja 17:7-10 dan Kis.Rasul 28:1-10 nas renungan kita minggu ini.
Penduduk pulau Malta berbuat baik kepada Paulus dan rombongannya. Walaupun mereka tidak menganal Paulus dan rombongannya, penduduk pulau Malta menyamputnya dengan ramah. Mereka menyiapkan api besar agar rombongan ini dapat menghangatkan diri, bahkan selama mereka terdampar di pulau itu mereka dijamu oleh Publius, gubenur pulau itu. Dan Tuhan memberkati mereka. Tidak saja ayah Publius sembuh dari penyakitnya setelah Palus berdoa dan menumpangkan tangan atasnya, tetapi juga orang-orang sakit lain dipulau itu juga disembuhkan. Itulah juga sebabnya penduduk kota itu sangat menghormati Paulus dan rombongannya, bahkan ketika mereka meninggalkan pulau itu, penduduk pulau Malta menyediakan segala sesuatu yang diperlukan (ayt 10). Demikian juga perempuan Sarfat dengan anaknya akhirnya selamat dari kelaparan akibat kemarau panjang karena berbuat baik menolong Elia, nabi Tuhan.
Pointer Aplikasi
1. Minggu ini Pertua-Diaken GBKP Pd.Gede akan ditahbiskan dan dikukuhkan untuk periode 2009-2014. Bersedia menjadi Pertua-Diaken berarti bersedia melakukan perbuatan yang baik. Benar bahwa pekerjaan ini tidak gampang sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, karena itu tidak semua orang dipanggil menjadi pelayan khusus. Panggilan khusus ini diberikan kepada orang-orang yang khusus yang dianggap mampu untuk melakukannya. Memang, walaupun itu tidak mudah tetapi kita pasti bisa melakukan. Bersama Tuhan kita bisa. Sebab Allah yang memanggil kita, bukan memanggil begitu saja tetapi Ia juga memberikan kita kemampuan untuk melakukannya.[6] Karena itu yang penting tetaplah hidup di dalam Tuhan sebab sebagaimana disebutkan dalam Yohanes 15:5 bahwa kita tidak akan dapat berbuah dan juga tidak dapat berbuat apa-apa kalau kita diluar Tuhan. Artinya hanya dengan mengandalkan Dia, sebagaimana juga disebutkan dalam introitus (1 Petrus 4:11) kita dapat melakukan perbuatan baik yang melaluinya Allah dipuji dan dimuliakan.
2. Janji Allah kepada Abraham, berlaku juga bagi kita sebagai anak-anak Abraham dalam iman.[7] Dalam Kejadian 12:3 Allah berjanji kepada Abraham: “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”. Demikian juga dalam Markus 9:41 Yesus mengatakan: “Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya”. Demikianlah penduduk pulau Malta yang berbuat baik diberkati, tentu terlebih lagi setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus melakukan perbuatan baik akan diberkati. Hal inilah yang diamini Paulus sehingga ia menulis suratnya kepada jemaat Efesus 6:8 “Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan. Kalau demikian marilah kita semua dengan tidak jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.[8]
By Pdt.S.Brahmana
-----------------------------------------------
[1] Matius 26:41, Markus 14:38; bd. Roma 7:18-20
[2] Galatia 6:9, Amsal 4:18, Roma 2:10a.
[3] Kis.Rasul 27:9-11
[4] Kis.Rasul 27:21-44
[5] Bd.Galatia 6:7-8
[6] Bd.pemanggilan Yeremia dalam Yeremia 1:5-10
[7] Galatia 3:7, Yohanes 8:39
[8] Galatia 6:9




Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment