Tuesday 13 October 2009

PENELITIAN PELAYANAN KAUM PRIA (MAMRE) GBKP SURABAYA

PENELITIAN PELAYANAN KAUM PRIA (MAMRE) GBKP DI SURABAYA
SEBAGAI UPAYA MELIHAT MASALAH DAN PEMECAHANNYA SEHUBUNGAN KETIDAK MINATAN MAMRE MENGIKUTI KEGIATAN GEREJA
(Penelitian dilakukan Agustus 2007)
Pendahuluan
Pelayanan Kaum Pria (Mamre) di GBKP sebenarnya sudah dimulai sejak lama oleh beberapa majelis jemaat, khususnya jemaat-jemaat besar yang ada di kota seperti di Kabanjahe, Medan, Jakarta. Pelayanan yang dilakukan disamping PA, juga dalam bentuk retreat dan perayaan hari besar gerejawi. Namun secara formal pelayanan kaum pria di dimulai sejak ditetapkannya atau disyahkannya persekutuan Kaum Bapa sebagai suatu lembaga yang dinamai lembaga Mamre pada tanggal 27 Agustus 1995. Sejak itu pelayanan kepada kaum pria semakin lebih baik karena ada lembaga (organiasi) yang secara langsung bertanggungjawab, baik tingkat Moderamen (Synode), Klasis, dan tingkat Majelis jemaat. Adapun tujuan dibentuknya lembaga Mamre disebutkan dalam Pokok-Pokok Peraturan (P2P) Mamre GBKP. yaitu "Mamre bertujuan untuk meningkatkan iman anggotanya agar lebih berperan dalam Keluarga, Gereja dan Masyarakat".[1] Untuk lebih memudahkan pelayanan di tingkat majelis jemaat, pengurus Lembaga Mamre Pusat menyediakan bahan-bahan bimbingan PA (Penelahan Alkitab) yang diterbitkan setiap tahun dalam bentuk buku.

Dibandingkan dengan Persekutuan Wanita (Moria), Persekutuan Kaum Bapa (Mamre) memang tergolong masih muda. Persekutuan Wanita (Moria) sudah di mulai sejak tanggal 15 Oktober 1957.

Pelayanan Kaum Pria (Mamre) di GBKP Surabaya.

A. Kepengurusan

Pelayanan Pria (kaum bapa) di GBKP Surabaya sudah dilakukan sejak lembaga Mamre ini disyahkan. Sesuai P2P Mamre GBKP, struktur kepengurusan lembaga ini terdiri dari: Ketua: Robinson Sembiring, Wakil Ketua: Satria Sembiring Pelawi, Sekretaris: Jhon Pieter Bangun, Wakil Sekretaris: Johanes Barus, Bendahara: Amar Ginting, anggota 2 orang: Rahmat Purba dan Agus Trisakti Tarigan dan seksi-seksi: Sie Kerohanian/Kesaksian/PI; Petrsi H.Barus, Christian Terkelin Bukut, Mimpin Purba; Sie Olah Raga/Seni/Budaya: Temanata bangun, Moningkat perangin-angin, Rony Cipta A.Surbakti; Sie Sosial: Joni Surbakti, Ari Praja T.Sembiring, Abman sembiring; Sie Usaha: Herson Ginting, Rupinus Sitepu, Superiadi Ginting. Priodesasi kepengurusan selama 5 tahun.
B. Program tahun 2006 [2]
C. Animo Mamre menghadiri kegiatan pelayanan
Pada umumnya kegiatan yang bersifat rutin seperti PA (Penelahan Alkitab), kehadiran Mamre masih sangat kurang. Dari 78 orang anggota kaum bapa, biasanya yang hadir hanya 10-15 orang. Berbeda kalau ada acara tambahan dalam kegiatan PA tersebut, seperti memotong anjing (Bl) atau memanggang daging babi (B2), biasanya yang hadir jauh lebih banyak. Sehingga kata Mamre dipelesetkan menjadi (Ma=manggang, M=maka, Re=reh (Manggang maka reh), dalam bahasa Indonesia diterjemahkan "kalau ada acara memanggang (membakar) daging Bl atau B2 baru datang.
D. Strategi yang diiakukan
Berbagai cara telah diiakukan. Bahkan dalam rapat majelis sudah disepakati agar Pertua dan Diaken (Majelis Jemaat) yang berjumlah 18 orang mengkoordinir masing-masing 4 atau 5 orang kaum bapa agar setiap ada kegiatan seperti PA[3], pertua atau diaken tersebut bertanggungjawab mengusahakan agar ke 4 kaum bapa tersebut hadir. Namun hal ini juga tidak membuahkan hasil sebagaimana di harapkan. Akhirnya pengurus Mamre mengusulkan agar PA Mamre dilaksanakan pada setiap Minggu ketiga dan keempat [4] pada jam 17.00 WIB bersamaan dengan PA kaum Ibu (Moria). Setelah disosialisasikan dan menjadi keputusan dalam rapat koordinasi antara Majelis Jemaat dan Pengurus Kategorial maka kegiatan ini dilaksanakan sebagai uji coba. Bila jumlah yang hadir mengikuti PA Mamre dan PA Moria selama tiga bulan, lebih banyak, maka PA yang dilaksanakan secara bersamaan di Gereja terus dilaksanakan, bila tidak akan kembali seperti semula dimana PA Mamre dilaksanakan pada hari Senin jam 19.30 WIB dan PA kaum Ibu (Moria) dilaksanakan pada hari Jumat jam 14.00 WIB. Juga telah disepakati selesai PA dilanjutkan makan malam bersama yang disediakan secara bergilir olah sektor. Sumber biaya untuk makan bersama tersebut diambil dari kas Persekutuan Kaum Bapa 25 %, dari kas Persekutuan Kaum Ibu 25 % dan dari kas gereja 50 %. Ternyata dengan strategi tersebut, kehadiran Mamre maupun Moria mengikuti PA semakin banayak, di atas 40 %.
Mengapa strategi ini lebih berhasil meningkatkan jumlah kehadiran Mamre mengikuti PA? Dari survey yang diiakukan melalui angket yang dibagikan kepada Mamre, dimana salah satu pertanyaan yang dikemukakan adalah "apa yang menyebabkan kaum bapa kurang berminat mengikuti kegiatan ibadah dan kegiatan-kegiatan pelayanan Mamre?" Ternyata dari 30 orang yang mengembalikan angket tersebut, 53 % menjawab karena sibuk, 16,6 % menjawab karena jarak rumah ke gereja jauh, 10 % menjawab tidak menarik, 6,6 % menjawab karena malas. Berdasarkan hasil angket ini, dikembangkan suatu pemikiran atau analisa dengan membuat suatu pertanyaan "benarkah karena alasan sibuk sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan-kegiatan gereja?", atau hal itu hanya sebagai pembenaran saja. Maka dibuatiah suatu perbandingan dengan kaum bapa yang setia mengikuti kegiatan gereja, khususnya PA. Apakah benar mereka aktif karena tidak sibuk, atau mereka raj in mengikuti kegiatan di gereja kerna jarak tempat tinggal dengan gereja dekat. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, ternyata pada umumnya mereka adalah orang yang benar-benar sibuk dan mempunyai kedisplinan yang ketat dalam pekerjaan mereka. Saya ambil contoh, seorang anggota jemaat yang bernama Sentosa (bukan nama sebenarnya), ia bekerja sebagai pegawai di PT Pusri Persero. la benar-benar sibuk dalam pekerjaanya, namun Sentosa boleh dikatakan Mamre yang rajin mengikuti kegiatan-kegiatan gereja. Berdasarkan hal ini, disimpulkan bahwa masih ada hal lain yang menjadi alasan dibalik kata "sibuk", di balik alasan jarak yang jauh, dll, yakni masalah ekonomi, masalah biaya transportasi.
Analisa pelayanan Kaum Pria di GBKP Surabaya.
A. Kelebihan
  1. Adanya P2P Mamre GBKP yang merupakan acuan sekaligus dorongan kepada semua anggota Kaum Bapa di semua tempat di mana ada GBKP agar membentuk wadah persekutuan dan pelayanan bagi kaum bapa.
  2. Buku Bimbingan yang berisi bahan-bahan PA (Penelahan Alkitab) Mamre dalam satu tahun telah disediakan oleh Pengurus Pusat Mamre yang berkedudukan di Kabanjahe-Sumatera Utara. Bahan Bimbingan PA ini ditulis oleh para Pendeta dan juga pertua/Diaken (Majelis) yang dianggap mampu. Bahan PA terdiri dari Perikop/Nas, Thema, Tujuan. dan bahan disksusi. Dalam pemilihan nas/perikop dan thema disesuaikan dengan Tahun-tahun Gerejawi dan peristiwa-peristiwa penting di GBKP, misalnya HUT GBKP, HUT Kategorial (Mamre, Moria, Sekolah Minggu), HUT Injil masuk ke Tanah Karo, hubungan pemerintah dan negara, budaya, dll.
B. Kelemahan.
  1. Bahan PA yang sudah ditetapkan setiap minggu, kadang tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak mengena/menyentuh persoalan kaum bapa pada saat itu. Metode yang digunakan menoton (metode diskusi). Hal ini berdasarkan survey melalui angket, ada sekitar 25 % kaum bapa yang mengemukakan PA kurang menarik karena menoton, dan bahan PA kurang mengena.
  2. Kepengurusan yang ada masih bekerja setengah-setengah. Hal ini nampak dalam kehadiran pengurus mengikuti kegiatan seperti PA, hanya 60 %.
  3. Anggota jemaat secara umum memiliki tempat tinggal yang cukup jauh dari gereja. Disamping itu dari 78 anggota Mamre, lebih 50 % adalah Mamre muda dan mereka memiliki anak yang masih kecil (usia balita hingga SD, dan beberapa SMP) dan saya melihat ini juga menjadi faktor penghambat bagi Mamre mengikuti kegiatan pada jam sore hingga malam hari, terlebih ketika kegiatan seperti PA dilaksanakan bersamaan di Gereja (PA Mamre dan PA Kaum Ibu). Yang sering menjadi persoalan bagi mereka adalah siapa yang tinggal di rumah menjaga anak-anak. Kalau dibawa ke gereja siapa yang menjaga mereka! Berbeda dengan kebaktian pada hari Minggu, di sana ada kelas sekolah minggu.
Saran-saran
  1. Walaupun bahan PA telah ditetapkan dari pusat, ada baiknya pengurus Mamre beserta Pendeta menetapkan metode PA yang dianggap menarik dilaksanakan.
  2. Menciptakan suasana kerelasian. Ini penting, sebab tanpa adanya hubungan yang baik satu dengan yang lain, hubungan yang saling percaya, saling membutuhkan, maka anggota Mamre tidak akan mempunyai semangat dan keinginan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pelayanan (Amsal 27:17, 1 Tesalonika 5:11).
  3. Hendaknya pengurus menjadi model, menjadi teladan khususnya dalam hal keaktifan mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah di programkan.
  4. Perkunjungan masih sangat efektif terus dilakukan dan ditingkatkan, juga di tengah-tengah kehidupan yang serba sibuk saat ini, upaya menunjukkan perhatian dan kepedulian satu dengan yang lain sebagai saudara seiman dapat diwujudkan dengan saling meneleponi untuk menguatkan dan mengingatkan serta mengajak sesama Mamre untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
  5. Membuat PA atau kursus Alkitab bagi anak sekolah minggu pada waktu PA Mamre dan PA Moria (kaum Ibu) dilaksanakan, sehingga ini juga dapat mendorong kaum bapa dan ibu mengikuti PA yang dilaksanakan di gereja karena sekaligus juga membawa anak-anak mereka. "Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui", peribahasa ini saya kira sangat tepat dalam konteks ini. Mengapa tidak?!!
Penutup
Demikianlah hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat berguna bagi upaya meningkatkan pelayanan bagi kaum pria yang lebih baik. Diharapkan dengan mempelajari pelayanan kaum pria di GBKP Surabaya dapat menjadi bahan pembanding dan juga masukan bagi kita dalam melaksanakan pelayanan kaum pria di mana kita melayani atau akan melayani. Syalom.
---------------------------
[1] Badan Pengurus Pusat Mamre GBKP, Bimbingan PA Mamre GBKP tahun 2006, hal. 104
[2] Diangkat dari buku laporan Sidang Tahunan GBKP Surabaya tahun 2006, hal. 20 (lampiran)
[3] Mengapa hanya kegiatan PA (Penelahan Alkitab) yang disebutkan? Karena kalau kegiatan lain yang sifatnya tidak rutin biasanya yang hadir lebih dari 70 % sehingga dianggap yang paling serius harus ditangani adalah kegiatan rutin seperti PA.
[4] Dilaksanakan pada hari Minggu ketiga dan keempat karena pada hari Minggu lainnya, khususnya pada jam 17.00 WIB sudah ada jadwal kegiatan gereja lainnya.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment