Monday 18 July 2011

Khotbah Yohanes 1:35-42, Minggu 24 Juli 2011

Introitus :
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia” (I Petrus 2:9a).

Bacaan : Mazmur 114:1-8; Khotbah : Yohanes 1:35-42

Thema:
“Bersukacitalah! Tuhan telah memilih kita menjadi pengikutNya”
Pendahuluan
Mengaku sangat berbeda dengan mengaku-ngaku. Yang mengatakan dirinya dekat dengan Tuhan sangat banyak tetapi yang benar-benar merasakan arti kehadiran Tuhan dalam hidupnya masih kurang. Akan ada pembuktian orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Tuhan Yesus. “Jangan menyebut dirimu pengikut-Ku jika engkau tidak hidup menurut jalan-Ku”. Harus jelas jalan kehidupan pengikut Kristus, ketulusan hati dan ketekunannya mengikut Yesus. Bagaimana ia mau membayar harga untuk mengikut Yesus, bagaimana ia memberikan segenap hidupnya bagi Yesus, bagaimana ia membuat hidupnya berarti bagi Yesus?

Paulus berkata, “bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sempurna” (II Kor.13:11). Setiap orang yang diselamatkan akan bersukacita tetapi tidak berhenti disitu saja pada zona aman dan nyaman; tetapi harus bergerak menyempurnakan diri menjadi seperti Tuhan ingini. Manusia kehilangan identitas dirinya, banyak orang yang merasa hidupnya hampa dan menganggap hidupnya tidak berarti. Manusia kehilangan arti dan tujuan hidupnya, sebab pendidikan membentuk manusia menjadi mesin yang menghasilkan uang. Padahal uang tidak ada apa-apanya (nilainya) dibandingkan dengan keselamatan jiwa kita. Bagaimana kita menjadi mengerti bahwa bertemu dan mengenal Yesus yang membuat hidup kita berarti. Jati diri sebagai pengikut Kristus yang mengubah segala-galanya. Nilai hidup seseorang ditentukan seberapa kuat tekadnya mengikut Yesus.

Pendalaman Nats
Krisis panggilan, makin berkurang manusia yang merasa terpanggil memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Padahal semua orang percaya mendapat panggilan serta diyakinkan “kamulah bangsa terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri”. Sungguh lengkap ‘gelar’ yang diberikan bagi kita. Panggilan untuk hidup kudus (hidup bagi Tuhan) adalah panggilan untuk tinggal bersama Allah dan hidup menurut kehendakNya.

Bacaan kita Mazmur 114 mengungkapkan pujian dan sukacita karena Allah penyelamat yang tahu betul cara menyelamatkan bangsaNya. Karya penyelamatan itu menimbulkan nyanyian pujian, segenap alam pun menjadi saksi akan perbuatan Tuhan. Bumi bergetar karena Tuhan hadir, kehadiran Tuhan akan membawa dampak yang luar biasa. Tuhan sanggup mengubah segala sesuatu, itulah yang menjadi pengharapan bagi kita. Tetapi bukan alam atau situasi yang terlebih dahulu diperbaiki tetapi Tuhan memanggil orang-orang yang akan dijadikan agen pembaharu. Tuhan telah bertindak dan turun tangan, tetapi kemungkinan besar tidak banyak orang yang tahu pekerjaan besar sudah dimulai. Peran Yohanes pembabtis adalah melihat dan menunjukkan bagi orang lain bahwa Mesias telah hadir. Ia mengatakan dengan terus terang bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah, Mesias yang ditunggu-tunggu, Dia yang harus diikuti.

Yesus adalah Anak Domba Paskah, yang melepaskan setiap orang percaya dari maut. Yohanes pembabtis selaku anak imam, tentu tahu bahwa setiap pagi dan petang ada seekor anak domba yang dikorbankan di Bait Allah untuk menebus dosa-dosa umat Israel; Yohanes pembabtis menyadari bahwa Yesus adalah korban penebusan sekali untuk selama-lamanya untuk menebus semua manusia. “Anak Domba Allah” pun tertulis 29 kali dalam kitab Wahyu, sebagai gelar yang indah bagi Yesus. Ungkapan itu menyiratkan kasih, pengorbanan, penderitaan dan kemenangan Yesus.
Yesus datang sebagai Anak Domba yang lemah lembut; Ia datang dengan cara yang amat sederhana, membuka hati kita dengan damai dan cahaya yang tenang. Yohanes pembabtis mengundang setiap orang untuk menjadi peka terhadap suara dan kehadiran Yesus yang lembut, mengundang kita untuk percaya kepadaNya dan membangun persahabatan dengan Dia.

Cukup menarik, saat Yohanes pembabtis menyatakan Yesus sebagai Anak Domba Allah mendorong muridnya untuk mengikut Yesus. Saat Yesus menoleh dan melihat mereka mengikutNya justru Yesus bertanya "Apakah yang kamu cari?" Pertanyaan ini mengarahkan kita “apa yang sebenarnya kita harapkan untuk hidup kita?” Kedua orang itu, mungkin terkejut, karena tidak tahu dengan jelas apa yang mereka harapkan, balik bertanyan"Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Mereka menanyakan tempat tinggal Yesus, karena mereka tidak ingin berbicara sambil lalu saja, mereka ingin bergaul lebih lama untuk mengenal Yesus lebih mendalam. Pengertian mereka akan dibuka dengan relasi pribadi dengan Yesus, artinya mereka akan mencari tahu dari Yesus. Mereka ingin masuk ke dalam hubungan pribadi dengan Yesus, untuk berada bersama Dia, untuk tinggal bersamaNya. Mereka ingin menjadi muridNya dan Yesus terbuka bagi mereka "Marilah dan kamu akan melihatnya." Karena keinginan mereka untuk mengenal Yesus tentu mendapat sambutan dari Yesus.

Pertama mereka menyebut Yesus “Rabi” yang artinya Orang-besarku, gelar kehormatan yang diberikan para murid kepada guru yang mereka akui kebijaksanaannya. Namun setelah mereka tinggal bersama Yesus, mereka menyebut Yesus “Mesias” yang berarti “Yang terurapi” yang dipilih oleh Allah untuk membawa kebebasan bagi bangsa. Hal ini tentunya timbul dari kesadaran dengan siapa mereka bertemu, tentu saat bersama Yesus mereka merasakan kedamaian dan sukacita, yang mereka dengar adalah Firman kehidupan yang membuka hati mereka bagi Allah. Setelah Andreas menemukan persahabatan dengan Yesus, ia selalu berusaha membawa orang lain ke dalam persahabatan itu. Hanya tiga kali di dalam Injil Andreas menjadi tokoh utama. Pertama, ia membawa Petrus kepada Yesus. Kedua, ketika ia membawa seorang anak laki-laki yang punya lima roti dan dua ikan kepada Yesus (baca Yoh.6:8,9). Ketiga, ketika ia membawa seorang Yunani yang ingin bertemu Yesus (baca Yoh.12:22). Andreas menjadi teladan bahwa kita tidak boleh memiliki Yesus hanya untuk diri kita sendiri. Malah, walaupun Petrus nantinya lebih dekat dengan Yesus, tidak membuat ia kecil hati, yang terpenting baginya membawa dan memperkenalkan Yesus kepada orang lain.

Andreas yang dipenuhi rasa kagum dan kasih, pergi menjumpai Simon saudaranya dan membawanya kepada Yesus. Yesus memandangnya dan berkata "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)." Yesus mengenalnya secara mendalam serta segera mengganti namanya dari Simon menjadi Petrus. Perubahan ini mengandung arti yang istimewa, dipanggil menjadi batu karang iman. Di dalam PL perubahan nama seseorang menyatakan perubahan hubungan dengan Tuhan. Seperti Yakub menjadi Israel (Kej.32:28) dan Abram menjadi Abraham (Kej.17:5) ketika mereka memasuki hubungan yang baru dengan Allah. Berarti nama baru identik dengan memasuki hubungan yang baru dengan Allah, memulai hidup baru dengan Allah. Saat Yesus memandang seseorang, Ia memandang hati seseorang dan Ia tahu bahwa orang ini bisa berubah menjadi manusia baru. Petrus tidak hanya dipandang sekedar seorang penangkap ikan dari Galilea tetapi seorang yang bisa dijadikan batu alas bagi bangunan gerejaNya.

Pointer Aplikasi
  1. Kita mulai menyaksikan rencana Allah yang sedang terlaksana, Yesus menghimpun kelompok inti dari sekitar diriNya. Yesus akan membentuk hati mereka, yang akan pergi ke seluruh dunia, untuk mewartakan dan meneruskan pesan kasih dan pengampunanNya. Pekerjaan ini terus berlanjut sampai sekarang, kita pun dipanggil untuk berhimpun bersama Yesus, Ia hendak memperkenalkan diriNya bagi kita. Semakin mengenal Yesus, semakin kita mengerti makna dan tujuan hidup kita. Di sebuah kota kecil bernama Werder, Jerman, terdapat sebuah gereja kecil dengan patung seekor domba yang terbuat dari batu. Patung domba itu mempunyai kisah yaitu saat tukang mengerjakan gereja itu, dia terjatuh dari atap dan persis menimpa domba yang sedang memakan rumput. Domba itu mati tetapi tukang itu hidup dengan sedikit luka. Sebagai tanda terima kasih karena telah menyelamatkan nyawanya, tukang itu memahat seekor domba dan menempatkannya pada atap gereja itu.
  2. Yang perlu kita lihat dari Yesus ‘Anak Domba Allah’ yang menyelamatkan hidup kita, yang mau mengorbankan nyawaNya bagi kita. Dengan sukarela dan penuh cinta mengorbankan hidupNya supaya kita hidup. Dan kehidupan yang kedua diberikan bagi kita supaya kita menjalani hidup yang baru. Hidup yang penuh ucapan syukur, bersukacita karena kita dipilih menjadi pengikutNya. Kita yang merasakan betapa besar kasih Tuhan bagi kita, maka hidup kita tidak boleh di sia-siakan.
  3. Yesus hendak berkata bagi kita “Berikanlah hidupmu padaKu, maka Aku akan menjadikan engkau ciptaan baru sebagaimana engkau harusnya ada”. Pada suatu kali saat Michelangelo sedang memahat batu besar dengan pahatnya. Seseorang bertanya, “apa yang sedang engkau lakukan?” Maka jawabnya, “aku sedang melepaskan malaikat yang terbelenggu di dalam batu besar ini”. Yesus bisa melakukan lebih dari itu, yaitu melepaskan seorang pahlawan yang tersembunyi di dalam diri setiap orang. Masih banyak manusia yang diselubungi dan ditutupi berbagai hal yang membuat dirinya belum berbentuk. Kalau ia mau, Yesus sanggup membentuk dirinya menjadi pahlawan iman.
  4. Jangan seperti seorang yang tinggal di sebuah loteng tanpa penerangan apa pun. Dia takut menuruni anak tangga karena pernah mendengar tentang orang yang jatuh dari tangga dan mengalami patah leher. Dia tidak mau menyeberang jalan karena pernah mendengar tentang ribuan orang yang tertabrak mobil di jalanan. Orang itu bertahan di atas loteng untuk menghindari kematian, dan dengan demikian dia sekaligus menghindari kehidupan.
  5. Dunia ini menakutkan kalau kita tidak melihat pekerjaan Tuhan. Dunia ini menjadi peluang jika kita mau berjalan bersama Tuhan. Orang yang paling takut mati adalah orang yang paling takut hidup. Tuhan memberi keberanian bagi kita, dengan berkata “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 10:39). Tidak ada pilihan lain, menyerahkan nyawa bagi pelayanan Yesus Kristus maka kita menemukan kehidupan yang sesungguhnya. Kalau mau hidupmu berarti layanilah Yesus, dalami kasihNya dan beritakan kepada dunia. Amin.
Bandung, 30 Juni 2011
Pdt.Sura Purba Saputra, S.Th
GBKP Bandung Barat
HP: 081263596400
Catatan Sermon
  1. Sukacita Andreas dalam pengenalan akan Yesus tidak hanya bagi dirinya tetapi juga dibagikan kepada orang lain, dalam hal ini Petrus sang abang. Iman yang muncul bagi Andreas bukan iman yang egois, tapi iman yang dibagikan kepada orang lain. Dan hal ini menjadi relevan dalam situasi kita saat ini, ketika ada istri atau suami tidak lagi merasa terbeban melihat istri atau suami yang tidak mau tahu terhadap kehidupan rohani, hal ini nampak dari tidak lagi ada usaha-usaha yang dilakukan, demikian juga jika ada anak tidak lagi mau tahu terhadap kehidupan rohaninya, orang tua cuek-cuek saja.
  2. Mengapa Andreas bersukacita? (1) Karena dari ketidak layakannya, dia sudah bertemu dengan Yesus dan memanggilnya menjadi murid-murid Yesus. (2) Ada yang menjamin masa depan sehingga ada sukacita. Yang menjamin tersebut nampak dalam ungkapan: Anak Domba Allah (Mesias). Theologi Mesias, Yesus itu sebagai Raja, Nabi an Imam.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment