Tuesday 20 March 2012

Khotbah Yohanes 12:20-33, Minggu 25 Maret 2012 (Pasion VI; Judika)

Introitus :
Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! (Mazmur 51:12).

Pembacaan: Mazmur 51:1-12; Khotbah: Yohanes 12:20-33

Tema:
Mengikut Yesus harus mampu menjalani yang dijalaniNya

Pendahuluan

  1. Dalam minggu gerejawi masih berada pada rangkaian Passion dan hari ini Passion ke-VI yang mengingatkan tentang kesengsaraan Tuhan Yesus Kristus. Sengsara dan menderita karena berbuat jahat itu wajar dan biasa menurut akal sehat, tetapi Yesus justru berbuat baik melawan kejahatan, membimbing manusia ke dalam hidup yang baik, membela dan menyelamatkan manusia tetapi harus menderita itu baru luar biasa. Dalam perumpamaan Karo “bagi si mulahi biang terkicat” melepaskan anjing terjepit, setelah lepas maka orang yang melepaskannya itu pula yang digigit artinya orang yang tidak tahu merespons kebaikan, itulah anjing.
  2. Minggu ini disebut juga minggu Judika (Latin = Judica, artinya berilah keadilan, Mzm.43:1) Permazmur merasa diperlakukan tidak adil, karena itu dia mengimani hanya Tuhan yang Maha adil dapat menolongnya. Karenanya permazmur mengajak untuk berharap hanya kepada Tuhan saja.
  3. Tahun 2012 bagi GBKP adalah Tahun Peningkatan Solidaritas Internal GBKP. Mungkin dalam perjalanan Gereja yang didalamnya termasuk “serayan” merasakan adanya sengsara dan derita. Dari introitus mengingatkan langkah pertama ada introspeksi diri, apakah karena dosa dan kesalahan pada kita, tentu seharusnya ada pengakuan dan permohonan untuk diampuni. Biarlah Tuhan mentahirkan atau menyucikan. Namun bila telah melaksanakan pelayanan dengan baik, tetapi beban permasalahan semakin berat, ibarat melepaskan anjing terjepit dan digigit, maka lihatlah Yesus Kristus dan berharaplah kepada Tuhan. Yesus telah lebih dahulu mengalami yang sama, Ia solider dengan yang gereja dan serayan alami. Sesuai tema yang menjadi panduan hidup maka sebagai pengikut Yesus harus mampu menjalani yang dijalaniNya.
  4. Hari ini dilaksanakan Musyawarah Sidi Jemaat (Musyawarah Ngawan) sekali setahun satu kesempatan keikut sertaan jemaat untuk mendengar laporan perkembangan jemaat dan menggumuli Tri Tugas Gereja Marturia (Kesaksian), Koinonia (Persekutuan) dan Diakonia (Pelayanan) serta memberikan usul-usulan guna pertumbuhan dan pembangunan jemaat. Pakailah kesempatan yang berharga ini untuk “bercermin” apakah Pendeta, Emeritus, Penatua, Diaken, Kategorial, Jemaat tetap berjalan di jalan Yesus artinya masih dalam rel atau sudah anjlok keluar rel sehingga tidak akan sampai ke tujuan akhir. Momentum Musyawarah Sidi ini membuat program bentuk-bentuk kesetiakawanan kita agar bersama semua “ngawan” dapat berjalan di rel jalan Yesus, sehingga akhirnya semuanya sampai ditujuan. Untuk GBKP Klasis Jakarta Bandung, salah satu bentuk konkrit solidaritas internal serayan mengunjungi jemaat serentak dalam bulan perkunjungan Mei 2012.

Pendalaman teks

  1. Dalam perikop kita ini, Yesus memperkenalkan diriNya sebagai pribadi yang akan mati dan bangkit sekali gus akhir karya Yesus di depan umum.
  2. Iman dan pujian orang banyak menyebabkan orang Farisi memprotes (band.ayat 19), bahwa fakta beralih dari kondisi yang selama ini terkesan eksklusif dimana Yesus khusus bagi orang-orang Yahudi saja, seperti dalam Matius 15:24 “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”. Kini menjadi inklusif termasuk orang-orang yang bukan Yahudi, karena penolakan orang Yahudi terhadap Yesus semakin terang-terangan. Hal ini terlihat pada ayat 20 bahwa diantara mereka yang berangkat beribadah pada hari raya itu terdapat beberapa orang Yunani.
  3. Kerinduan orang Yunani bertemu dengan Yesus disampaikan kepada Filipus (Filipus sang mediator.band.6:5). Karena pola pikir yang eksklusivisme itu, Filipus agak ragu dan tidak langsung mempertemukan orang Yunani kepada Yesus, tapi berkonsultasi dengan Andreas (Andreas sang mediator yang sangat tanggap.band.6:8-9). Bentuk solidaritas Andreas melalui tanggap dan penguatan ditengah keraguan Filipus dan akhirnya mereka bersama-sama datang kepada Yesus.
  4. Reaksi Yesus atas permohonan orang Yunani sangat cepat dan kedatangannya ini sebagai bukti bahwa perutusanNya hanya kepada bangsa Israel telah selesai, karyaNya telah usai. Dengan kata tetapi pada ayat 24 ada peralihan, bahwa untuk pertama kali Yesus menyatakan “saatNya” sudah tiba, yang bagi Yesus menunjuk kepada kematianNya sebagai kemuliaanNya, sedangkan bagi pengikut-pengikutNya merupakan penghinaan.
  5. Untuk menjelaskan perubahan pola pikir salib bukan penghinaan tetapi kemuliaan, maka Yesus menegaskan seperti gandum yang tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Harus ada penderitaan sebelum ada kemuliaan. Biji itu memiliki hidup di dalamnya, dan membawa hidup itu bersamanya melalui kematian. Kematian yang dialami biji itu adalah untuk kepentingan hidup itu sendiri. Dengan kematian, hidup itu dilepaskan dari bungkusnya, dari batas-batas yang melingkunginya dan berkembang menjadi tanaman baru yang merupakan kebangkitannya. Akhirnya menghasilkan banyak buah yang merupakan buah-buah kebangkitan.
  6. Sebuah peringatan pada ayat 25 “barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”. Ada 4 (empat) kali diulangi yaitu Mat.10:35, Mrk 8:35, Luk.17:23, Yoh.12:25. Kata nyawa disini maksudnya hidup. Mencintai hidup artinya terlalu mementingkan hidupnya sendiri, sehingga tidak mengalami hidup yang kekal. Sedangkan membenci hidup sendiri menunjukkan sikap yang menilai hal-hal sorgawi lebih penting dari hal-hal di dunia ini. Benar bahwa dunia akan berlalu, segala keindahannya akan layu, dan semua isinya akan lenyap. Jika demikian halnya, apa gunanya kita mengutamakan semua itu lebih dari pada harta yang kekal? Ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa orang yang hanya hidup bagi dirinya sendiri adalah orang yang berpenyakit jiwa.
  7. Yesus tidak saja memberikan peringatan, tetapi juga memberikan semangat bagi para pengikutNya yaitu harus selalu siap mengikut Yesus pada jalan yang dilaluiNya. Sebenarnya inilah tema injil sinoptik, yakni mengikuti guru sampai mati. Mengikut Yesus ada aturan dan ada hadiahnya. Aturannya adalah selalu bersama-sama dengan Yesus dimanapun Dia berada dan meneladani cara hidupNya serta target Yesus jelas Soli Deo Gloria. Yesus senantiasa ada disemua lapisan masyarakat baik orang kaya, maupun orang miskin, baik orang ilmuan maupun yang sederhana. Namun Yesus lebih sering dijumpai diantara orang-orang yang ter (terbelakang, tertindas, terpinggirkan, terbuang). Hadiahnya adalah Bapa menghormati dia (ayat 26).
  8. Melalui salib dan kebangkitan Yesus, penghakiman mulai berlangsung dimana iblis atau penghulu kekuatan-kekuatan dunia yang melawan Allah/pengikut Yesus akan dilempar ke luar. Memang iblis masih memakai hal-hal duniawi untuk menentang Kristus dan GerejaNya. Oleh karena itu “persahabatan dengan dunia ini adalah permusuhan dengan Allah” Yak.4:4.
  9. Seperti Yesus sampai akhir hidupNya memperlihatkan keakrabanNya dengan Bapa yaitu dengan membiarkan rencana Bapa yang berlaku dan suara Bapa yang berbicara tentang Yesus (ayat 28). Dan ini merupakan keunikan Injil Yohanes yang memperlihatkan hubungan akrab antara Anak dan Bapa. Yesus anak Allah dan Ia sedang melaksanaan apa yang menjadi kehendak Allah, yaitu menganugerahkan kehidupan baru bagi semua orang.
  10. Mereka yang menolak Dia menempatkan diri di pihak penguasa dunia ini dan akan dienyahkan bila Yesus diangkat pada salib dan dalam kebangkitan. Namun seperti pembacaan Mzm.51:1-12 Yesus berjanji untuk menarik semua orang datang kepadaNya, yaitu yang mengaku kesalahan dan memohon ampun dan berjalan di jalan Yesus.

Penutup

  1. Sebagai pelayan Tuhan kita diingatkan untuk senantiasa mengikut Dia, dimana pun Dia berada disitu kita berada. Pola pelayanan kita mengacu kepada pola pelayanan Yesus yang inklusif, cepat merespons, solider di semua lapisan (la rayo-ayo), akrab dengan pengutus Sang Bapa, target yang jelas Soli Deo Gloria. Dan yang kita lakukan kini menjadi sempurna dalam janjiNya: “Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” Yoh.14:3
  2. Musyawarah Ngawan sekali ini menjadi peringatan untuk bertobat (Natan memperingatkan Daud untuk mewujudkan Judika, baca : keadilan). Cerita Natan tentang perlakuan si kaya yang telah mengambil domba betina milik si miskin untuk menjamu tamunya dirasakan Daud tidak adil dan setelah dibuktikan ternyata pelakunya Daud sendiri (2 Sam.12:1-7). Jadi momentum ini bukan mencari pembenaran atau saling menyalahkan, tetapi merencanakan program yang mengarahkan jemaat kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persekutuan dengan Yesus. Kita sukseskan bulan Mei 2012 sebagai bulan perkunjungan, salah satu bentuk solidaritas serayan sebagai mediator yang dapat dirasakan jemaat.
Bogor, 13 Februari 2012
Pdt.E.P.Sembiring


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment