Thursday 26 July 2012

Khotbah Yohanes 6:35; 41-51, Minggu 12 Agustus 2012

Introitus :
“Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”
Bacaan : 1 Raja-raja 19 : 4 – 8; Khotbah : Johanes 6 : 35 ; 41 – 51
Thema :
“Yesus Adalah Roti Kehidupan.”
Pendahuluan
Bagi orang beriman, harta termahal yang harus dimiliki adalah Allah sendiri, dan rasa laparyang paling menuntut adalah rasa lapar akan Allah. Ada begitu banyak orang kaya berkecukupan, tetapi tidak memiliki hal yang paling berguna dalam hidup ini, apa itu? Allah. Dan begitu banyak orang yang pandai, tetapi sekaligus bodoh. Mengapa? Karena ia tidak mau tahu tentang hal yang terpenting dalam hidup ini. Karena itulah ia tidak pernah merasakan kebahagian yang sesungguhnya. Memiliki segalanya namun yang sementara, sedangkan memiliki Allah berarti memiliki sumber segala-galanya dan yang tak terbatas. Yesus telah menawarkan “roti hidup” yang akan memuaskan rasa lapar dan dahaga manusia selamanya dan itu bukan roti duniawi, melainkan “tubuh-Nya sendiri: Tuhan Yesus mengatakan:”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup dalam dirimu.” (Yoh 6 : 53 ).

Uraian Nats:
Mengenal keluarga Yesus rupanya menjadi penghalang bagi orang-orang Yahudi untuk mempercayai Yesus. Mereka hanya bisa melihat Dia sebagai putra tukang kayu. Mereka tidak mau mempercayai bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tak mudah pula bagi mereka untuk memahami bahwa Yesus adalah roti yang telah turun dari surga. Sama seperti nenek moyang mereka yang hanya menggerutu, berdebat, dan tidak percaya dalam peristiwa manna demikian juga sikap orang-orang Yahudi ini terhadap Yesus. Meski mereka ingin menjadikan-Nya raja dan mengakui Dia sebagai nabi, tetapi sikap dan cara mereka bertanya jauh berbeda dengan pengakuan tersebut. Masalah mereka adalah pernyataan Yesus bahwa Ia adalah roti yang turun dari surga. Apalagi setelah Yesus menyimpulkan ajaran-Nya dengan tantangan agar orang makan daging-Nya yang memberikan hidup. Bahkan tidak hanya menggerutu, pemimpin-pemimpin agama merasa keberatan terhadap pernyataan Yesus yang mengatakan bahwa Ia berasal dari surga. Mereka mengenal keluarga-Nya. Bagaimana mungkin Ia menyatakan bahwa Ia berasal dari surga? Tetapi, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa Ia tidak berasal dari dunia ini. Yesus diutus oleh dan datang dari Allah. Ia menyapa Allah sebagai Bapa-Nya. Sulit sekali bagi pemimpin-pemimpin agama untuk menerima asal Yesus dari surga sebagai suatu fakta. Pemimpin-pemimpin agama juga tidak dapat menerima pernyataan Yesus bahwa Allah adalah Bapa-Nya, sementara mereka mengenal orang tua-Nya. Sebenarnya hal itu tidak mengherankan. Orang percaya kepada Yesus bukan karena ia yang memilih untuk percaya, melainkan karena Bapa yang menarik dia untuk percaya. Orang itulah yang akan dibangkitkan Yesus pada akhir zaman. Sebab ia telah menerima sang Mesias. Orang-orang Yahudi yang bersungut-sungut itu jelas tidak dapat ambil bagian di dalam Kerajaan Allah karena mereka tidak menerima pengajaran-Nya.
Melalui tindakan mukjizat memberi makan orang banyak, Yesus menyatakan bukan saja kuasa-Nya membuat mukjizat, tetapi Ia sendirilah sang roti hidup. Roti hidup merupakan kiasan atas tubuh-Nya yang Ia korbankan untuk memberi kehidupan kekal. Itulah harga yang harus Yesus bayar agar manusia dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Begitu mahalnya hingga Yesus harus mengorbankan diri-Nya sendiri. Ini memperlihatkan kepada kita realitas terdalam kasih Allah, yang menjawab kenyataan gelap manusia dengan jalan pengorbanan hidup Yesus. Meski jawab Yesus ini bertujuan membongkar kedangkalan orientasi hidup orang-orang Yahudi mereka perlu disentakkan bahwa hanya dengan menerima Yesus dan pengorbanan-Nya kelak mereka dapat diluputkan dari maut dan bukan sekadar dari kelaparan sesaat. Mereka sudah menikmati roti dan ikan pemberian Tuhan Yesus, namun mereka tidak menerima Tuhan Yesus sebagai anugerah Allah Bapa bagi mereka. Pertanyaan bagaimana yang mereka ajukan menunjukkan bahwa cara berpikir mereka sama seperti Nikodemus dan perempuan Samaria yang terpaku pada hal-hal lahiriah. Tuhan menandaskan lebih jauh siapa sesungguhnya Ia dan apa saja yang Ia akan karuniakan. Ia akan membangkitkan manusia pada akhir zaman. Ini menegaskan otoritas Ilahi-Nya, yang jauh melampaui para nabi yang pernah mendengar Allah sebab Ia sudah melihat Allah. Ia bisa memberi hidup kekal, yaitu hidup yang jauh lebih penting dan hakiki daripada hidup sementara yang ditopang oleh makanan jasmani. Daging dan darah Yesus adalah hidup Kristus yang Ia karuniakan untuk menyelamatkan orang yang percaya kepada-Nya. Dengan makan daging dan minum darah Kristus, seseorang menerima karya keselamatan Allah. Dengan makan daging dan minum darah Kristus seseorang masuk dalam persekutuan dengan Allah. Oleh karena itu, keselamatan hanya mungkin diperoleh dan dinikmati orang percaya. Agar beroleh keselamatan seseorang perlu anugerah dari Allah Bapa dan menyambut ajaran-Nya melalui Yesus dengan rendah hati.
Ada dua hal yang merupakan ganjalan bagi pemimpin-pemimpin agama di Galilea untuk menerima dan percaya kepada Yesus sebagi “roti kehidupan.” Pertama: Mereka tidak dapat menerima bahwa Yesus adalah Allah. Kedua : Bagi mereka Yesus adalah manusia biasa saja. Mereka juga tidak dapat menerima bahwa kematian Yesus memiliki dampak terhadap seluruh dunia. Dua kebenaran sangat penting tentang Yesus telah mereka tolak.
Aplikasi:
  1. Yesus dapat melihat bukan saja apa yang kita lakukan, tapi Dia dapat melihat ke dalam hati kita yang paling dalam. Yang masih kita pikirkan, rencanakan, bahkan segala motivasi dibalik perbuatan kita dapat diketahui oleh-Nya. Motivasi orang banyak untuk mencari Dia tidak lebih untuk “makanan” bukan untuk kasih. Dalam zaman sekarang inipun masih banyak orang yang aktip di gereja bukan mencari “makanan rohani” tapi mencari “makanan” yang bersifat duniawi. Bahkan banyak orang yang mengaku sebagai “hamba Tuhan” tetapi motivasi yang sebenarnya bukanlah melayani, melainkan mendapatkan untung materi dan popularitas.
  2. Bila kita telah percaya kepada Kristus, kita harus bersyukur oleh karena Bapa telah menarik kita untuk percaya. Percaya itu harus ditujukan kepada Yesus dan pengorbanan-Nya. Marilah kita terus setia dalam iman kita agar sekarang dan seterusnya kita menjalani kehidupan kekal di dalam Dia.
  3. Janganlah lebih menyukai Kebaktian Kebangunan Rohani tetapi juga pembinaan-pembinaan rohani secara mendalam dan serius. Adakah kegiatan kebangunan rohani tersebut dilanjutkan dengan keseriusan membina diri bertumbuh dalam iman percaya? Orang banyak di masa Tuhan juga demikian. Mereka mencari Tuhan bukan supaya mereka tumbuh dalam pengenalan yang benar, yaitu meyakini bahwa Tuhan Yesus adalah yang diutus Allah, Mesias yang hidup. Pertemuan dengan Tuhan dalam kelompok besar tidak membawa mereka pada kesadaran melakukan kehendak Allah. Rasa lapar dan haus yang terus-menerus dirasakan adalah karena mereka tidak datang pada Roti Hidup yang sesungguhnya, Tuhan Yesus Kristus (35). Firman yang telah membuat kita percaya kepada Kristus adalah kebenaran yang sesungguhnya. Rintangan, hambatan, kesulitan dalam hidup dari berbagai pihak sepatutnya tidak meluluhkan iman percaya kita. Kita adalah orang-orang pilihan Allah, anak-anak Allah yang meyakini bahwa di dalam Kristus ada kehidupan kekal dan jaminan keselamatan.
  4. Dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, yang harus dipertahankan adalah bagaimana kehidupan kita tetap sehat. Hidup dalam kebenaran Tuhan dengan makanan kebenaran Firman Tuhan akan senantiasa memelihara kehidupan kita. Orang yang hidup dalam kebenaran sekalipun menderita dan teraniaya akan tetap diperhatikan Tuhan dan dikasihi Tuhan. Tetapi orang yang tidak berjalan dalam kebenaran Tuhan tidak akan merasakan kuasa dan kekuatan dari “roti kehidupan” dan akan mengalami kematian yang sia-sia.
  5. Seperti besarnya hasrat kita untuk mencari makanan ketika merasa lapar, begitulah kiranya kita mencari Yesus sebagai jawaban bagi kelaparan rohani kita. Dialah yang kita butuhkan di dalam hari-hari yang kita jalani. Dia harus diundang masuk ke dalam hidup kita untuk menghidupkan dan menopang kehidupan kita. Dialah kebenaran dan Dialah jalan menuju kehidupan kekal. Amin.
Pdt.Andreas Josef Tarigan


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment