Wednesday 17 October 2012

Khotbah Markus 10:35-45, Minggu 21 Oktober 2012 (Minggu XX Setelah Trinitas)

Introitus : 
Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul (Yes 53:11b- TB-LAI) Suruh-suruhenKu si tutus e, nterem kalak ibahanna benar, janah ia me simersan ukumen nterem jelma (Yes 53:11c Terj. Bhs Karo)

Bacaan : Yesaya 53:4-12; Khotbah: Markus 10:35-45

Tema: 
Melayani Adalah Gaya Hidup Orang Percaya/Ngelai E Me Orat Nggeluh Kalak Si Tek

Pendahuluan
Menjadi orang yang besar dan terkemuka mungkin menjadi kerinduan “kebanyakan orang”. Berbagai cara yang dilakukan orang supaya menjadi yang “lebih besar dan terkemuka”. Salah satu cara yang dilakukan orang supaya menjadi besar adalah “mengkoleksi harta sebanyak-banyaknya, asumsinya dengan “uang/harta” dunia bisa dikendalikan (diatur). Memang tak jarang kita dengar dalam kehidupan ini “kuasa” dapat dibeli dengan uang (bdk. money politic). Menjadi “pemimpin di negeri ini terkadang bukan berdasarkan “kepemilikan kharisma” pemimpin, tetapi berdasakan kuantitas (jumlah) “harta/uang”. Seorang pengamat politik mengatakan : Menjadi pemimpin di negeri ini harus memiliki banyak uang, katanya : “….menjadi seorang caleg berapa uang yang harus di persiapkan untuk dapat di usung oleh salah satu partai”. Lanjutnya : “menjadi orang nomor satu di tingkat Pusat, tingkat 1 dan 2 daerah, berapa dana yang harus dipersiapkan kepada orang-orang (partai-partai) pendukung dan belum lagi dana kampanye yang sangat besar”, lalu katanya :” orang cilik sama sekali tidak punya kesempatan menjadi pemimpin …. Karena tidak punya modal.

Dari dulu sampai sekarang yang namanya jabatan (kekuasaan) terus di kejar-kejar (orang berlomba-lomba menjadi “pemimpin” karena kepemimpinan itu identik dengan kekuasaan yang dijuluki di negeri ini dengan “pemerintah=yang memberi perintah itu sejajar dengan “penguasa” dan sdiapa yang berkuasa (pengaruhnya lebih besar itulah di sebut dengan orang besar dan terkemuka. Tidak dapat di pungkiri bahwa, pekerjaan yang paling “enak” adalah memerintah, apalagi sang pemerintah itu kebal aturan (hukum). Sangat enak dan nikmat menjadi pemimpin duniawi, mau apa tinggal bilang…. Mungkin Yakobus dan Yohanes juga memikirkan dan membayangkan betapa “enaknya menjadi orang nomor 2 atau 3 dalam kepemimpinan Yesus”.

Tetapi apa yang dikatakan oleh Alkitab tentang “yang besar dan yang terkemuka?” Hal inilah yang mau kita renungkan melalui khotbah Minggu ini

Pendalaman Nats
Nats sebelumnya Yesus telah menuturkan akan penderitaan yang akan dialami-Nya, membuat suasana mencekam dan khikmat (ay.32). Suasana cemas dan mencekam berpindah ke dalam permohonan yang begitu berambisi ini adalah kasar. Tidak ada gambaran yang lebih tepat melukiskan bahayanya asyik dengan gagasan-gagasan picik akan diri sendiri pada saat perkara-perkara besar terjadi di bidang kerohanian dari cerita ini.

Mat 20 : 20, 21 menceritakan bahwa yang mengajukan permohonan itu adalah ibu Yakobus dan Yohanes, Salome saudara perempuan Maria ibu Kristus ( 15:40; Mat 27:56; Yoh. 19 :25). Karena itu Yohanes dan Yakobus adalah sepupu Yesus. Apa yang pernah secara tepat disebut “ Persekongkolan Gerejawi yang pertama untuk mendapatkan kedududukan yang tinggi dalam Gereja” Memang dimulai dari usaha kekeluargaan untuk melangkahi Petrus yaitu anggota ketiga dari perkumpulan inti itu.
Tetapi Yesus Seperti yang dikatakan oleh Bengel “ Tetap memikirkan kesengsaraan-Nya karena Ia tahu bahwa, Ia pertama-tama akan mendapat orang-orang lain di tangannya yang kanan dan kiri” ketika di kayu salib bukan murid-murid-Nya. Karena itu dengan memakai ungkapan tentang cawan (ay.38) dan baptisan sebagai penguraian tentang penderitaan dan pencelupan ke dalam kedukaan yang besar sekali maka Yesus mencoba memimpin mereka hingga mengerti apa yang terletak diantara Dia dan kemulianNya.

Ayat 39 : “kami dapat…” adalah cetusan keberanian berdasarkan ketidaktahuan seperti halnya dengan permohonan mereka. Tetapi Yesus menerima kata-kata itu sesuai maksudnya seperti yang akan mereka alami kemudian (Kis 12 ; 2; Why 1 : 9).

Ayat 40 : Tempat yang mereka ingini adalah hak Bapa saja untuk memberikannya. Hal ini bukan didasarkan akan sikap memilih terlebih dahulu melainkan atas dasar kecocokan watak. Seorang wasit tidak dapat menjanjikan 2 hadiah pertama kepada 2 orang pembalap dalam perlombaan, demikian pula Yesus tidak dapat menjanjikan kepada mereka tempat-tempat terhormat dalam kerajaan. Mereka mungkin dapat menerimanya tapi jika mereka layak bukan karena kesukaan.

Ayat 41 : Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menampakkan budi yang tidak lebih baik dari kedua murid yang berambisi itu sebab mereka sama sekali tidak puas menjadi yang terakhir.

Ayat 42 : Yesus mengajak mereka untuk merenungkan perbedaan asasi antara kebesaran duniawi dan kebesaran rohani. Dalam dunia orang suka memerintah dan menguasai orang lain dengan memakai pengaruh orang lain untuk membesarkan diri. Hal ini memang benar tentang kemasyarakatan di segala jaman juga dijaman modern ini, tapi dalam kerajaan kebesaran yang sebenarnya mengalir dari pelayanan ynag rendah dengan sukarela.

Ayat 45: Yesus adalah pengejawantahan etikanya sendiri atau integritas dirinya melakukan apa yang diajarkanNya. Ucapan ini adalah pernyataan tegas yang paling tua tentang tujuan kedatangan Kristus serta menetapkan pekerjaanNya sebagai pelayanan dan memberi.
Hal ini lebih jelas seperti diuraikan Yes. 53 (Nats bacaan dan Itroitus) yaitu sebagai hamba Allah menderita untuk menyelamatkan manusia dari kejahatan. Ini adalah konsekwensi dari yang terbesar dan yang terkemuka yaitu menjadi pelayan dan menjadi hamba untuk keselamatan umat manusia.

Pointer Aplikasi
  1. Nilai seorang hamba hanya dalam pelayanannya, hamba yang tidak melayani sama sekali tidak punya nilai. Hamba tidak bekerja utnuk dirinya tapi dia bekerja untuk “tuannya” dan sebagai orang Kristen kita harus mengangap semua orang itu adalah “tuan-tuan” yang selayaknya kita layani
  2. Kita melayani karena kita sudah lebih dulu di layani Oleh Yesus yang telah memberikan Hidup-Nya untuk keselamatan kita. Dan sebagai orang yang percaya kita harus memeiliki gaya hidup untuk melayani.
  3. Melayani adalah gaya hidup orang yang percaya, seperti iklan Coca-cola : Siapa saja, Kapan saja dan Dimana saja kita harus melayani. Mengejar jabatan yang tinggi, pengetahuan yang tinggi, pengaruh yang tingi itu tidak salah jika semuanya tujuannya untuk melayani (membawa pembebasan)
  4. Mengapa Yesus di kenang sampai akhir zaman, mengapa Ibu Theresia melekat di hati hampir semua umat Kristen, Romo Mangun Wijaya namanya hidup walaupun dia sudah tiada ? tidak lain dan tidak bukan kerena mereka mempunyai gaya hidup yang melayani. Jika kita mau nama kita harum dfan terus diingat dan dikenag orang lain, marilah kita giat dalam pelayanan.
  5. Sebagai orang Kristen, kita harus melayani karena soal duduk di sebelah kanan atau kiri Kristus bukan soal permintaan dan keinginan, tapi soal “menjadi besar dan terkremuka” kalau mau menjadi besar kita harus menjadi pelayan, kalau mau menjadi terkemuka kita harus menjadi hamba, meneladani kehidupan Yesus, Datang untuk melayani bukan untuk di layani”
Pdt. Saul Ginting
Majelis Jemaat GBKP Klender


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment