Wednesday 21 November 2012

Khotbah Maleaki 3:1-5, Minggu 09 Desember 2012

Introitus : 
“Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:1)

Pembacaan : Filipi 1:3-11; Khotbah : Maleakhi 3:1-5

Thema : 
KedatanganNya membersihkan dan menguduskan kita 
(KerehenNa Mbersihken ras Mpebadiaken kita)

Pendahuluan
Pada Minggu Advent ke dua ini, kembali kita diingatkan akan makna kedatangan Yesus. Dalam Alkitab kedatangan Yesus Kristus dibagi menjadi 2 fase. Yang pertama adalah kedatangan yang sudah terjadi melalui Natal kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Dalam kontek ini, Advent berarti mengingatkan kita sehubungan dengan bagaimana memperingati dan mensyukuri peristiwa kedatangan yang pertama, yang sudah terjadi. Telah menjadi kebiasaan dan disepakati bahwa peringatan itu dilaksanakan pada tanggal 25 Desember setiap tahun. Penekanan agar persiapan dalam memperingati dan merayakan Natal janganlah factor fisik atau lahiriah lebih diutamakan dari masalah spiritual. Sudah saatnya bukan factor sermonial lebih diutamakan tetapi aksi kasih. Yang Kedua, Minggu Advent berarti juga kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali dan itu pasti. Kapan hal itu akan terjadi? Hanya Bapa dalam Sorga yang tahu pasti, tetapi kita tidak . Kita hanya diberi tahu tanda-tanda. Oleh karena itu Advent mengingatkan kita agar mewaspadai hari kedatangan tersebut serta menyikapinya dengan sungguh-sungguh dengan hidup setia dan hidup kudus.

Pendalaman Nast
Maleakhi 3:1-4 merupakan nubuatan kedatangan Mesias yakni Yesus Kristus. Nubuatan ini disampaikan atau dibuat pada masa sesudah pembuangan, ketika banyak orang Yahudi telah kembali ke tanah air mereka. Menurut tafsiran, Maleakhi 1:8 yang menunjuk kepada seorang "gubernur" dijadikan sebagai salah satu argumentasi yang menunujuk kepada masa setelah pembuangan . Waktu itu terjadi kemerosotan rohani, yaitu ketika agama orang Yahudi telah menjadi formalitas semata, dengan kata lain mereka beribadah tetapi mereka melakukan apa yang jahat dimata Tuhan seperti: mempersembahkan binatang cacat (1:6-14), pengajaran yang tidak benar dari para imam (2:1-9), kawin campur dan perceraian (2:10-16), tidak memberikan persembahan persepuluhan (3:6-12), dosa-dosa lain (3:5,13-14).

Nubuatan ini dapat dipamai dalam dua konteks. Konteks pertama pada kedatangan Yesus yang pertama yang didahului kedatangan Yohanes Pembaptis (ayat 1b bandingkan Yesaya 40:3; Markus 1:2,3). Keadaan umat pada jaman Yohanes Pembaptis memiliki kemiripan dengan keadaan umat pada jaman Maleakhi. Sebagaimana Malaekhi, Yohanes Pembaptis juga mengecam kemerosotan moral dan formalitas keagamaan yang kosong, dengan demikian mempersiapkan jalan bagi penekanan yang diberikan oleh Kristus pada soal lahir baru dan penyembahan secara rohani. Yohanes Pembaptis menyerukan agar umat bertobat. Kedatangan Yesus Kristus harus disikapi dengan hidup bertobat. Konteks kedua, kedatangan Tuhan Yesus kali kedua (Ayat 2). Berbeda dengan Mazmur 118:24, suasana menanti hari kedatangan Tuhan yang disebutkan dalam perikop kita ditandai oleh suasana yang menakutkan, bukan suasana gembira dan sukacita. Hal ini dapat dipahami dari penekanan yang mau dikemukakan dalam perikop kita bahwa hari kedatangan Tuhan sangatlah dahsyat, sehingga tidak ada seorangpun yang mampu bertahan untuk menghadapiNya. Di dalam ayat 2 disebutkan “Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu”. Hari Tuhan yang dahsyat itu menurut nubuatan Maleakhi akan menampilkan sikap Allah yang akan datang seperti (1) tukang pemurni logam; (2) seperti sabun tukang penatu; (3) seperti hakim (ayat 5). Umat manusia akan dihakimi di hadapan takhta Allah untuk mempertanggungjawab-kan seluruh tindakan dan perbuatannya selama mereka hidup. Sebagai pemurni logam, Allah akan menguji kemurnian dan kesucian hidup umat manusia dengan api kudusNya. Dan sebagai sabun tukang penatu, Allah akan membersihkan setiap kotoran yang terjadi dalam kehidupan manusia sehingga segala hal yang najis akan segera disingkirkanNya.

Pointer Aplikasi
(1) Renungan kita Minggu ini sangat relevan jika membandingkan dengan suasana keagamaan dan kehidupan masyarakat saat ini. Dimana kehidupan keberagamaan “yang semarak” ternyata tidak membuat kejahatan semakin berkurang, demikian juga ada kecendrungan melakukan perbuatan tercela seolah bukan lagi sesuatu yang memalukan. Oleh karena itu Firman Tuhan ini kiranya juga menjadi peringatan serius kepada kita. Sebagai umat Tuhan, kita dituntut hidup KPP (hidup Kudus, hidup dalam Penyembahan dan Persembahan). Ungkapan dalam ayat 3 dan 4 mengenai mentahirkan orang Lewi dan persembahan Yehuda dan Yerusalem menyenangkan hati Tuhan mengisiaratkan pentingnya hal tersebut. Yang pasti hihadapan Allah pada kedatangannya yang kedua kali hanya ada dua kelompok, yang sudah bersih dan murni atau tidak. Dan hanya yang murni dan bersihlah yang berkenan kepada Allah.

(2) Sebagaimana thema kita: KedatanganNya membersihkan dan mengduskan kita, maka yang harus kita lakukan adalah menerima Yesus dan bersedia diproses agar kita mejadi bersih dan kudus. Dalam hal ini dapat dianalogikan dengan mesin cuci dalam hal menerima Yesus dalam hidup kita. Ketika pakaian kotor ditaruh di dalamnya maka mesin cuci tersebut akan bekerja sedemikian rupa (pakaian tersebut akan dikucek-kucek, diremas-remas, dibilas, diperas, dsb) sampai pakaian yang kotor menjadi bersih. Bukankan menerima Yesus harus demikian? Menerima Yesus berarti kita mau diproses untuk dimurnikan, dibersihkan sehingga sungguh-sungguh menjadi orang yang berkenan kepada Allah. Bila demikian kita akan sangat bersukacita menyambut kedatanganNya yang ke dua kali, bila tidak maka kedatangannya tersebut sungguh menakutkan.

(3) Agar tetap menjadi bersih dan kudus bukan sesuatu yang mudah. Sebab pastilah musuh-musuh (bd.1 Petrus 5:8) terus berusaha agar kita menjadi lemah, oleh karena itu kita membutuhkan saling mendukung, khususnya saling mendukung dalam doa (Bd.Yakobus 5:16). Itulah yang dilakukan Paulus dalam pembacaan kita. Salah satu pelayanan yang dilakukan adalah mendoakan jemaat dan semua orang dikasihinya agar tetap kuat dan dapat hidup suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus (Filipi 1:9-11).

(4) Jangan disiasiakan kesempatan yang ada. Kita masih hidup, berarti masih ada kesempatan. Oleh karena itu mari, momentum advent ini kita jadikan pembaharuan tekad untuk sungguh-sungguh menerima Yesus dalam hidup kita berarti hidup bersih dan kudus.

Pdt.S.Brahmana


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment