Sunday 3 February 2013

Khotbah 2 Korintus 3:12-4:2, Minggu 10 Februari 2013 (Pasion I)

Introitus : 
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kejadian 1:27)

Bacaan : Keluaran 34:29-35; Khotbah : 2 Korintus 3:12-4:2

Thema : 
 ”Tuhan memberi kita kemuliaan”

Pengantar
Manusia pada umumnya ingin dinilai berpenampilan menarik, terutama kaum hawa, ingin dinilai cantik. Karena itu klinik kecantikan yang sudah punya nama dapat menjawab harapan kaum hawa tidak pernah sepi dari pengunjung. Mereka rela membayar mahal demi mendapatkan kecantikan dan penampilan yang menarik. Ada yang mengubah bentuk alis matanya, bentuk bibirnya, menambah mancung hidungnya, memutihkan kulit wajahnya dan lain-lain dan mereka berhasil mendapaatkannya. Tapi mungkin diantara mereka ada yang sudah menarik dan cantik dan tidak perlu ditambah lagi. Yang mereka perlu umpamanya mengubah hatinya, sifat dan karakternya yang suka menjengkelkan dan mengundang kemarahan orang lain. Tidakkah seharusnya seiring dengan perubahan semakin cantik dan menarik juga mengubah hatinya sehingga perbuataannya juga “ cantik dan menarik”? Mereka sendirilah yang mengetahui suasana hatinya, orang lain dapat menilainya. seperti seorang bapak yang memakai jas atau safari yang mewah dan moderen, tapi hanya dia sendiri yang tahu baju singlet apa yang di pakainya, ada sobeknya atau sudah lusuh???!!! Tidak kah seharusnya ada penyesuaian baju luar dan dalam supaya nyaman dan sempurna?

Pokok Persoalen
Teks yang kita bahas adalah tentang bagaimana Rasul Paulus hendak meluruskan hati orang Israel yang sangat mengagungkan Musa, sebab muka Musa pernah bersinar memancarkan sinar kemuliaan Allah. Seakan-akan apa yang telah terjadi kepada Musa adalah kebenaran mutlak yang tidak dapat di ganggu gugat dan abadi. Karena itu Paulus hendak meluruskan pemahaman mereka; bahwa cahaya yang ada pada wajah Musa adalah sementara, tidak kekal. Karena itu Musa menyelubungi mukanya supaya mata orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu (ayat. 13). Pikiran bangsa Israel telah tumpul, sebab pengertian mereka telah terselubung, sehingga setiap kali mereka membaca perjanjian lama khususnya kitab Musa mereka hanya mengagungkan tokoh Musa dan tidak bertemu dengan Yesus yang telah menyingkapkan selubung tersebut. Pemahaman ketokohan itu membuat merka tidak dapat menerima Yesus sebagai tokoh terbesar melampaui Musa dan yang sesungguhnya yang telah menyatakan kemuliaan Allah.

Israel beriman berhenti pada tokoh, bukan bertemu dengan Allah yang Roh maka cara pandang merka sangat sempit dan duniawi. Hal rohani itu hanya menyentuh pada penampilannya saja. Mereka taat beribadah, namun ibadanya tidak nyata di dalam sikap hidupnya. Orang-orang yang menerima Tuhan adalah Roh, percaya dimana ada Roh Allah, disana ada kemerdekaan (ayat. 17). Perbuatan baik bukan supaya…… demi tujuan, tetapi perbuatan baik karena telah di merdekakan Tuhan. Dimerdekakan di dalam Yesus (Galatia 5:1); di merdekakan dari hukuman dan perbudakan dosa (Roma 6:6,14), di merdekakan dari kuasa Iblis (Kis. 26:18). Melalui pengajarannya Paulus mengajak orang-orang Israel jangan berhenti pada hal yang kurang penting tapi capailah hal yang paling utama; bukan kepatuhan yang kaku tetapi kepatuhan yang merdeka. Berbuat baik bukan supaya di lihat orang tetapi karena itulah tampilan aslinya, hidup yang telah menerima kemerdekaan oleh Kristus.

Kalau Tuhan adalah Roh, Dia ada di mana-mana; jika orang menyadarinya maka orang akan hidup benar.
Berbuat benar bukan karena terpaksa tetapi karena ikatan persekutuan dengan Tuhan yang Roh yang tidak pernah putus sebab diamanapun Tuhan hadir.

Pemberitaan dan Renungan
Paulus mengajarkan bahwa orang yang telah di merdekakan hidupnya mencerminkan kemuliaan Tuhan yang tidak terselubung. Kemuliaan yang dapat di lihat semua orang dan nyata di semua tempat bukan kepura-puraan. Mari kita bayangkan dan kita gambarkan kira-kira bagaimanakah wajah Tuhan yang mulia itu? Kalaulah Tuhan memandang kepada kita, kira-kira wajah Tuhan yang bagaimana yang kita lihat? Apakah wajah Tuhan yang penuh kemarahan, kejam dan menyeramkan? Atau wajah yang manis penuh senyuman dan memberi harapan? Kira-kira bagaimanakah gambaran wajah Tuhan kalau Ia memandang orang yang di dalam kesusahan, orang yang hidup di dalam dosa? Tuhan itu adalah kasih dan kemuliaanNya nyata di dalam kasihNya. Ia tidak memandang muka; kepada semua orang diberiNya kasihNya, diberiNya kemulianNya.

Paulus memberitakan di dalam Tuhan kita di ubah menjadi serupa dengan gambarNya dalam kemuliaanNya yang semakin besar (ayat 18). Kepada orang yang percaya gambar Tuhan yang penuh kasih dan mulia itu sudah di kenakanNya. Itulah yang membuat orang percaya mulia, hidup dalam kebenaran dan cinta kasih, jauh dari segala pelanggaran dan dosa. Karena itu bagi orang percaya tidak ada yang mustahil, jika ia tampil dengan kemuliaan Tuhan dalam segala situasi ia sanggup melawan dosa, mengendalikan diri dan menciptakan suasana damai sejahtera.

Coba ingat-ingat bentuk wajah anda terakhir bercermin, kira-kira adakah mencerminkan kemuliaan Tuhan? Coba ingat ingat ketika anda marah, kecewa, sedih, sakit, adakah wajah anda mencerminkan kemuliaan Tuhan? Apakah wajah yang mulia itu hanya kelihataan ketika keinginan kita tercapai, sementara jika yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan apakah kemuliaan itu masih kelihatan? Apakah kepada semua orang kita berbuat sikap yang mulia itu?

Hari ini Paulus dan teman-temannya mengajak kita memeriksa keaslian kemuliaan yang kita miliki. Ibarat emas seberapa besar nilainya; umpamanya emas 24, emas 22? Demi keaslian kemuliaan itu Paulus bersaksi; “Kami menolak segala perbuatan yang tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan Firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah” (4:2). Kebenaran kekristenan itu harus lulus uji. Ketia ia sendiri, tetap dalam kebenaran, isi hatinya yang tidak dapat di selami orang lain penuh dengan kebenaran. Tidak berlaku licik atau berbuat baik demi kepentingan pribadi. Ketika di persalahkan, orang yang hidup dalam kemuliaan Tuhan seharusnya tidak dapat di persalahkan sebab ia tidak berbuat salah dan tidak memelihara dosa. Dari segala sisi hidup orang yang benar-benar mengerjakan kemuliaan Tuhan tidak dapat di persalahkan sebab ia tidak berbuat salah.

Penutup
Hidup dalam kemuliaan Tuhan bahagia, bukan penderitaan. Orang-orang yang hidup dalam kebohongan kemulian Tuhan hidupnya diliputi ketakutan dan menderita sebab semua dusta akan terungkap pada saatnya. “Jangan ada dusta diantara kita!” Tapi mari nyatakan kemuliaan Tuhan di dalam segala kehidupan kita. Dengan kemuliaan yang diberikan Tuhan; Ia punya tujuan supaya orang percaya dapat mewarnai dunia.

Pdt Ekwin Wesly Ginting, Rg Sitelusada


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment