Friday 5 April 2013

Khotbah Matius 9:35-38, Minggu 14 April 2013 (Misericordias Domini : “Belas Kasih Allah”)

Introitus : 
Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Yohanes 10:11)

Pembacaan : Yehezkiel 34:11-16 (Tunggal); Khotbah : Matius 9:35-38 (Tunggal)

Thema : 
Allah Setia Mengasihi Anak-AnakNya

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Allah,
Allah itu kasih, Allah itu Setia, Allah itu baik....dsb, menjadi suatu penyataan yang pasti kita imani sebagai orang percaya. Akan tetapi apakah penyataan ini menjadi perilaku bagi kita sebagai orang ber iman ? Iman tanpa perbuatan adalah mati (bd. Yak 2:26), mengingatkan kita tentang kehidupan orang beriman yang melakukan apa yang diimaninya di dalam kehidupannya. Sebagai anak Allah pengakuan akan Allah yang setia, Allah yang mengasihi haruslah mempengaruhi hidupnya yang menjalankan predikat Allah itu dalam kehidupan ini. Kenyataannya.... Sekalipun pertumbuhan dan pertambahan orang percaya semakin banyak, justru kehidupan yang mengasihi, kehidupan yang setia terus semakin tererosi.

Berbagai krisis yang kita alami ditengah kehidupan ini semakin mengingatkan dan menyadarkan kita tentang jati diri kita sebagai anak-anak Allah. Keberadaan kita sebagai anak Allah semakin “dipertanyakan” seiring dengan merosotnya nilai-nilai kemanusiaan ditengah kehidupan zaman ini. Sering sekali perkembangan zaman ini kita jadikan “kambing hitam” sekalipun sebenarnya kita yang tidak mampu mempertahankan identitas kita. “homo homini lupus” (manusia menjadi serigala bagi yang lainya) menjadi hal biasa bahkan jadi tontonan bagi kita. Ketidakpedulian satu sama lain bahkan perampasan hak orang lain seolah “wajar” ditengah perkembangan global sekarang ini..... Akan Tetapi ingat dan sadarilah bahwa... “semuanya itu tidak wajar dihadapan Allah”.

Allah didalam penyataanNya menunjukkan bagaimana rancanganNya baik bagi semua ciptaanNya. Bahkan bagi manusia dinyatakanNya rancangan damai sejahtera bukan rancangan celaka. Hal ini menyadarkan kita untuk kembali tersemangati menunjukkan perilaku Allah didalam kehidupan ini. Karakter ilahi menjadi perjuangan kita sehingga nampak kemuliaan Allah di dalam kehidupan dunia ini melalui kita anak-anakNya... So... apa yang harus kita lakukan....?

Minggu ini Allah mengingatkan kita tentang keberadaanNya yang setia dan mengasihi. Memahami tentang Allah dengan benar akan membentuk perilaku kehidupan kita didalam kebenaranNya. Melalui kitab Yehezkiel 34:11-16 jelas menunjukkan adanya nubuatan akan pengharapan yang besar akan peran Allah bagi umatNya. Yehezkiel menggambarkan bagaimana Allah yang penuh belas kasih “turun tangan” untuk mengasihi umatnya : Allah memperhatikan domba-dombanya dan mencari yang tercerai-berai serta menyelamatkannya. Allah akan membawa mereka keluar dan menggembalakannya menuju tanah yang baik serta memberikan mereka yang terbaik.

Jelas sekali pernyataan ini menunjukkan bagaimana Allah itu penuh kasih bagi umatNya. Sekalipun umatnya tercerai berai (menggambarkan kesusahan, kesalahan, dosa, pelanggaran) atau dengan kata lain sering “lari” dari rancangan Tuhan, tetapi Ia sendiri hadir untuk memperbaharui semuanya sehingga baik adanya. Hal ini sekaligus menunjukkan bagi kita bahwa Allah itu adalah gembala yang baik yang rela melakukan apa saja untuk kita yang dikasihiNya. Jika demikian, apa yang harus kita lakukan di dalam merespon kasih Allah ? Jelas jawaban sederhana adalah : lakukanlah kasih Allah itu didalam kehidupan kita. Jika Allah telah turun tangan untuk mengasihi kita, maka sebagai anakNya : lihatlah disekeliling kita.... padi sudah menguning siap untuk dituai.... mulailah bangkit dengan karya nyata sebagai anakNya dengan menunjukkan kasih dalam bentuk belas kasih bagi orang lain, dengan berempati terhadap kondisi dan situasi sampai kita melakukan aksi untuk mengasihi.

Saudara yang dikasihi Tuhan,
Yesus telah menunjukkan segalanya bagi kita.... Aksi nyata KasihNya menjadi cermin bagi kita untuk berkarya di dalam kehidupan ini.
Melalui Matius 9:35-38 yang menjadi bahan renungan/kotbah minggu ini menunjukkan perbuatanNya yang besar sebagai “yang melayani” (diaken) :
1. Yesus berkeliling kesemua kota. Hal ini menujukkan bahwa sebagai orang yang percaya kita tidak dapat pasif didalam pengakuan akan iman kita. Iman haruslah dilakukan. Kepekaan Yesus terhadap pelayanan membuat dia terus berkarya sekali apapun yang harus dihadapi. Tidak ada waktu yang terbuang, bersantai dsb, yang ada adalah berjuang melakukan pelayanan didalam setiap situasi dan kondisi. Bagaimana dengan kita... ? Apakah kita selama ini menganggap tugas pelayanan yang ada disekeliling kita bukan bagian kita...? Bangkitlah dan mulai berjalanlah... tunaikan tugas pelayananmu....
2. Yesus Mengajar. Satu hal yang perlu kita renungkan dengan perbuatan Yesus dalam hal mengajar adalah melakukan suatu perubahan bagi orang lain. Pengajaran ini membentuk perubahan hidup orang yang menerima pengajaran. Artinya sebagai orang percaya ditengah zaman kita sekarang ini menjadi tanggung jawab iman bagi kita di dalam memberikan pengajaran bagi orang lain, mengubah orang lain agar seturut dengan kehendakNya... tentu hal ini haruslah dimulai dari diri kita sendiri. Berubahlah oleh akal budimu....
3. Yesus Memberitakan Injil Kerajaan Sorga. Kerajaan sorga dapat kita artikan sebagai suasana yang adil, aman, bebas, sejahtera, damai, sukacita, penuh kasih... dsb. Karya Yesus jelas dalam bentuk kasih dengan melepaskan “belenggu” bagi orang-orang yang tertindas, lemah, sakit, susah, dosa... dsb. Hal ini mengingatkan kita untuk menjadi “alat” Allah yang membebaskan orang lain dari “belenggu” nya. Hal ini bukanlah perkara yang mudah, karena kecenderungan kita yang “nyaman di zona aman”, sehingga pekerjaan pelayanan tersebut seolah bukan bagian kita. Marilah kita keluar dari zona aman kita menjadi saksi hidup seperti garam dan terang yang sekalipun berkorban tapi dapat dirasakan oleh orang lain.

Yesus mengasihi dan menyadari keberadaan kita semua anak-anakNya. Banyak pekerjaan pelayanan yang harus dilakukan sementara yang melakukan tugas pelayanan sangat terbatas. Sering sekali pekerjaan yang besar dan berat membuat kita menjadi pesimis untuk melakukannya dan memenangkannya. Sama halnya di tengah kehidupan kita di zaman ini, pekerjaan pelayanan begitu besarnya sampai kita tidak tau harus memulai dari mana bahkan beranggapan tidak mungkin melakukannya.... Ingatlah : Seberat, sebesar apapun pekerjaan pelayanan yang ada didepan kita... ”tidak ada yang mustahil bagi Tuhan”.... Janji Tuhan jelas bahwa kita memiliki “tuan” yaitu Tuhan sang “pemilik” yang dengan meminta kekuatan kepadaNya maka kita akan mampu karena Dia sendiri yang akan memampukan kita melakukan pekerjaan tersebut. Jadi apapun tantangan yang ada di dalam diri kita, dihadapan kita atau dari mana saja datangnya, marilah kita tetap setia kepada Dia yang telah mengutus kita melakukan pekerjaan mulia itu. Kita percaya didalam kesetiaan kita kepadaNya, Dia (Allah) lebih setia mengasihi kita.....
“Jangan takut,... Aku menyertai engkau sampai Akhir Zaman”.....
Tuhan Yesus Memberkati.... Amin

Pdt.Alexander Simanungkalit, S.Th
GBKP Bekasi – Galaxy
081386498009, 087777100076, singchall@yahoo.co.id


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment