Thursday 1 August 2013

Khotbah Amos 8:4-7, Minggu 11 Agustus 2013

Introitus : 
Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak- anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya Tuhan memenuhi kepada Abraham apa yang dijajikanNya kepadanya (Kejadian 18:19)

Bacaan : Lukas 16:29-31 (Tunggal); Khotbah : Amos 8:4-7 (Tunggal)

Thema : Keadilan Tuhan


Saudara-saudari yang dikasihi Yesus Kristus.

Salah satu istilah yang sedang ngetop saat ini adalah “pengentasan kemiskinan”. Padahal menurut saya istilah ini salah kaprah. Bukan kemiskinan yang harus di”entas” kan (diangkat), melainkan orang-orang miskin itulah, kaum miskin itulah yang mesti kitaangkat, kita tolong, kita “entas” kan ! Tetapi itu hanya istilah, yan penting memang bukan istilahnya, melainkan tindakannya, wujudnya.

Kalau anda ditanya orang asing, “ Indonesia itu sebenarnya kaya atau miskin?”Apa jawaban Anda? Saya yakin Anda akan bingung menjawabnya. Pada satu pihak, negeri kita ini kaya raya. Namun, yang amat ironis dan menyakitkan adalah: negerinya kaya, namun penduduknya miskin. Jadi, ibaratnya seperti ayam yang mati kelaparan di lumbung padi. Bagaimana sikap kita menghadapi situasi ini? Inilah yang menjadi renungan kita, supaya ambil bagian untuk melakukan perbuatan yang membawa manusia ke arah yang lebih baik.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus.

Dalam khotbah Amos 8:4-7, menunjukkan bahwa bangsa Israel di satu sisi menjadi bangsa yang makmur.Banyak orang menjadi kaya , membangun rumah bagus(3:15) dan berpesta pora(4:1).Namun , orang kaya tidak memakai kekayaan atau pengaruh mereka untuk mwnolong sesama.Sebaliknya, mereka semakin serakah.Mereka menipu orang jujur dan membebani orang miskin dengan pajak yang berat.Umat tetap melakukan perayaan-perayaan keagamaan , tetapi Tuhan mulai bosan dengan ibadat-ibadat mereka yang pura-pura.Tuhan menghendaki mereka memperlakukan sesama dengan adil dan setia hanya kepada TUHAN.Sayang sekali , orang Israel tidak selalu menaati hukum-hukum ini.Sebaliknya banyak orang kaya menarik keuntungan dari orang miskin dan menambah kesengsaraan mereka.Karena perbuatan-perbuatan itu maka melalui para nabi Tuhan mengucapkan kata-kata hukuman yang keras terhadap orang-orang Israel yang kaya (lih. Yes 1:21-25; Yer 17:11; Am 4:1-3; Mi 2:1-5; Hab 2:6-8; Zak 7:8-14).Dalam PB Allah juga memerintahkan umat-Nya untuk menunjukkan perhatian yang mendalam kepada orang miskin dan kekurangan, khususnya mereka yang ada di dalam gereja. (1) Sebagian besar pelayanan Yesus adalah kepada orang miskin yang kurang beruntung di dalam masyarakat Yahudi yang kelihatannya tidak diperdulikan orang – seperti mereka yang tertindas (Luk 4:18-19), orang Samaria (Luk 17:11-19; Yoh 4:1-42), orang yang berpenyakit kusta (Mat 8:2-4; Luk 17:11-19), para janda ( Luk 7:11-15; 20:45-47), dan sebagainya. Ia mengucapkan kata-kata hukuman yang keras kepada mereka yang berpegang teguh pada harta duniawi dan mengabaikan orang miskin (Mrk 10:17-25; Luk 6:24-25; 12:16-20; 16:13-15, 19-31)

Saudara – Saudari yang terkasih.

Keadilan di dalam Alkitab tidak semata-mata hanya mematuhi hukum, tetapi juga berarti hidup dalam relasi kasih dan kepedulian. Keadilan berasal dari Allah yang melimpah. Allah menghendaki agar keadilan itu berlaku untuk setiap ciptaan (Mzm. 9:7-9). Allah memilih umat Israel sebagai contoh yang hidup mengenai keadilan Allah (Kej. 12:1-2; Ul 10:17-19)

Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus menjelaskan bagaimana keadilan Allah itu bersumber darih kasih-Nya yang melimpah itu , yang mengalir melalui orang percaya kepada orang miskin (2Kor. 9:7-11). Menanggapi pertanyaan tentang mana perintah yang terpenting, jawaban Yesus menegaskan keadilan Allah, “Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.Kasihilah Tuhan,Allahmu,dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu…Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mrk. 12:29-31; Im. 19:18). Yesus menyatakan bahwa tujuan karya-Nya di dunia adalah memberikan Kabar Baik kepada orang miskin, orang tertawan, orang cacat, dan orang tertindas (Luk. 4:1-18; Yes. 61:1-2).Keadilan berarti perlindungan dan kemerdekaan bagi semua orang. Jika kebutuhan mendesak seseorang dipenuhi dengan memperlakukannya secara adil, orang itu dimerdekakan dari penderitaannya.

Keadilan begitu penting bagi Allah sehingga jika umat Allah tidak berlaku adil dalam relasi dengan sesama , ibadah dan kesalehan mereka menjadi sia-sia (Yes. 1:10-17; Yer. 9:23-24; Am. 5:21-24). Semua umat Allah memang diharapkan berlaku adil , tetapi terutama mereka yang berkuasa dan kaya harus menjadi contoh hidup mengenai keadilan Allah (2Sam. 8:15; Mzm. 45:7-8).Mereka yang memakai kekuasaan dankekayaan untuk mengambil keuntungan dari sesama akan dihukum TUHAN (Am. 2:6-8).Ini berarti sebagian orang akan memandang keadilan Allah sebagai hal yang tidak menguntungkan mereka, Kebutuhan dasar semua orang, terutama yang miskin dan tertindas, harus dipenuhi.

Saudara – Saudari yang dikasihi Tuhan Yesus

Di Indonesia , persoalan kita bukan hanya “kemiskinan”, melainkan juga kesenjangan yang amat mencolok dan menyakitkan hati antara yang kaya dan yang miskin! Perbedaan antara orang kaya dan orang miskin itu , bagi saya wajar-wajar saja. Yang tidak wajar adalah kesenjangan, apalagi kesenjangan yang mencolok. Lebih-lebih lagi apabila kesenjangan itu disebabkan oleh karena ketidakadilan.

Sistem kita banyak yang tidak adil , karna cenderung melindungi yang kuat dan mengorbankan yang lemah. Di pasar-pasar swalayan yang besar, para petani sayur, petani buah, pengusaha-pengusaha kecillah yang memberi utang atau kredit kepada para konglomerat, dengan menitipkan barang dalam bentuk konsinyasi. Jadi, si konglomerat sambil ongkang-ongkang hanya tahu untungnya, sedang yang kecil-kecil yang sudah banting tulang itulah yang mesti menanggung ruginya. Situasi ini mirip dengan yang ditulis dalam Amos 2:6-7, “… mereka menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut;mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang yang sengsara…”

Kalau kemiskinan tidak pernah akan dapat kita lenyapkan dari muka bumi ini, kesenjangan dan ketidakadilan, kalau kita mau, dapat kita hentikan! Dan harus! Sebab kesabaran itu ada batasnya. Cacing pun kalau diinjak akan melawan. Kalau orang-orang yang tertindas ini sudah tidak tahan dan kemudian bangkit serentak, maka akan terjadi kengerian. Mereka akan menerjang seperti air bah. Ini harus kita cegah! Kesenjangan dan ketidakadilan itu harus dihentikan! Dan yang paling berkepentingan dalam hal ini sebenarnya adalah orang-orang kaya! Perbedaan boleh. Hal yang tidak dikehendaki adalah kesenjangan plus ketidakpedulian.

Untuk mengkonkretkan ini, Paulus memperkenalkan sebuah teori atau teologi: teologi keseimbangan (Bnd. 2 Korintus 8:13-15) isinya sebagai berikut:
Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan.” Untuk mencapai keseimbangan ini, tidak berarti yang kaya lalu diperas habis-habisan supaya yang miskin enak-enakkan. Tidak! Tidak boleh ada yang hanya memberi, sedang yang lain hanya menerima. Untuk keseimbangan ini, semua harus memberi untuk semua! Yang kaya memberi banyak, yang miskin memberi sedikit. Tentu! Tetapi semua memberi. Semua harus memberi. Dan semua bisa memberi.

“Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.”

Ini bagi saya amat indah dan amat penting untuk kita hayati dalam kehidupan kita berjemaat dan bermasyarakat. Semua harus memberi untuk semua dan semua harus menerima dari semua. Artinya, semua bisa memberi dan semua nisa menerima. Orang itu saling membutuhkan. Orang miskin membutuhkan orang kaya itu jelas. Tetapi orang kaya juga butuh orang miskin. Secara hakiki, orang itu bisa kaya karena mengambil dari orang miskin.

Sebab itu, karena semuanya saling membutuhkan, jangan ada yang mengatakan, “Saya tidak membutukan apa-apa! atau “Saya ini bisa memberi apa?” yang memberi banyak jangan tinggi hati, yang memberi sedikit jangan rendah diri. Asal itu sesuai dengan kemampuan Anda. “Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka permberianmu akan diterima, kalau permberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu” (1 Korintus 8:12)

Yang paling tidak disukai oleh Paulus adalah bila dalam persekutuan jemaat, orang tidak peduli, saling tidak memperhatikan satu sama lain. Ingat kecamannya yang luar biasa keras dalam 1 Korintus 11:17-34. dalam menghadapi Perjamuan Kudus, yang satu makan sampai mabuk, sementara yang lain kelaparan, tidak makan apa-apa. Gereja yang seperti itu, tidak layak merayakan Perjamuan Kudus! Orang-orang Kristen yang seperti itu, tidak pantas untuk ikut Perjamuan Kudus! Tidak akan dapat berkat, malah laknat. Itulah yang terjadi kalau di dalam gereja tidak ada persekutuan iman, tidak ada solidaritas sosial, tidak ada kepekaan satu terhadap yang lain. Cuek!

Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan.

Dari uraian khotbah dan dihubungkan dengan introitus, serta bacaan kita, begitu juga dengan tema Keadilan Tuhan, kita diajak untuk merenungkan bahwa kehidupan di dunia ini terbatas. Untuk itu, mari kita peduli terhadap orang lain seperti Tuhan peduli dan bersikap adil kepada kita manusia. Oleh sebab itu, perbedaan boleh dan sah-sah saja. Yang tidak boleh adalah kesenjangan, ketidakadilan, dan ketidakpedulian! Amin!

Rg. Depok LA
Pdt. Abdi E Sebayang, M,Th


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment