Monday 17 February 2014

Renungan / Khotbah Mazmur 119:33-40, Minggu 23 Februari 2014

Introitus : 
Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (Mazmur. 1:2)

Bacaan : 1 Korintus 13:10-13 (Anthiponal); Khotbah : Mazmur 119:33-40 (Responsoria)

Tema : 
"Aku merindukan Undang-undangMu agar aku tidak mengejar yang sis-sia/”Metedeh ateku AturenNdu, Gelah Ula Ku Ayaki Si Sea-Sea

Saudara-saudara didalam Yesus Kristus,
Mengingat sebuah lagu rohani : satu hal yang kurindukan ya Tuhan, selalu berada di dekatMu… dengan segnap hati dengan segnap jiwa …. Membawa kita kedalam suasana keteduhan, kedamaian dan kebahagiaan di dalam hadirat Tuhan. Sebagai orang yang percaya tentu kita punya pengakuan bahwa di dalam Tuhan kita mendapatkan semuanya itu.

Demikian Pemasmur mengungkapkan pengakuan dan juga pengharapannya akan apa yang telah ditetapkan Allah melaui Undang-undangNya yang membawa manusia hidup dalam keteduhan dan kedamaian. Sekalipun di dalam bentuk ketetapan, undang-undang/aturan, tetapi Pemasmur melihat bahwa kesetiaan melakukan Taurat menjadi hal yang sangat penting. Bahkan melebihi segala apa yang cenderung manusia perjuangkan : kesejahteraan, keuntungan, kehebatan.

Demikian hebatnya pengakuan dan kesetiaan Pemasmur ini akan Taurat Tuhan, sehingga ia mampu menolak keinginan dagingnya untuk mendapatkan kemuliaannya. Menarik untuk kita renungkan pengakuan Pemasmur ini sekaligus memotivasi kita mengejar sesuatu yang sangat berharga : Undang-undang Tuhan/Taurat.
Mengapa ?... Pemasmur memberikan jawaban bahwa orang yang kesukaannya Taurat Tuhan dan merenungkannya siang dan malam itulah yang berbahagia (Mzm. 1:1-2.. lih. Introitus). Artinya ketika seseorang ingin mendapatkan kebahagiaan maka ia harus hidup di dalam Taurat (baca. Aturan Tuhan) itu.
Kecenderungan manusia dari dulu sampai sekarang ingin hidupnya bahagia. untuk mendapatkan kebahagiaan segala cara dilakukan, akan tetapi sering sekali kebahagiaan yang dikejar/dicari hanya bersifat instan atau sementara, karena yang diperjuangkan adalah kebahagiaan diri dalam arti pemenuhan nafsu manusia itu sendiri. Banyak orang beranggapan ketika dia hidup makmur, kaya raya, punya jabatan, menjadi pemimpin akan mendapatkan kebahagiaan, akan tetapi sekalipun itu boleh didapatkannya kebahagiaan itu masih jauh dari padanya. Demikian halnya di zaman kita sekarang ini, orang mengejar kebahagiaan hidup dengan mengejar yang instan sehingga ketidakpuasan diri senantiasa melingkupinya. Bahkan banyak juga orang untuk mengejar kebahagiaan itu segala cara dilakukan termasuk merampas hak orang lain atau menyingkirkan orang lain. Akibatnya manusia cenderung “liar” sehingga kebahagiaan jauh daripadanya.

Mazmur 119:33-40

Pada Minggu ini kita diingatkan tentang apa yang menjadi kesaksian Pemasmur tentang Taurat Tuhan sebagai sumber/dasar mendapatkan kebahagiaan itu. Dalam bahasa Ibrani Taurat, hukum dipakai kata Torah yang berarti Pengajaran atau petunjuk. (hal ini dihubungkan dengan petunjuk yang diberikan Tuhan kepada Musa di gunung Sinai) sampai akhirnya diartikan sebagai Hukum Taurat. Torah ini merupakan peraturan yang harus ditaati untuk dapat memperoleh perkenaan Allah dan juga berkat Allah. Untuk mendapat kebahagiaan dan hidup yang sejati maka harus mendengar dan menaati petunjuk-petunjuk Allah (Torah) bukan dengan menyenangkan diri sendiri (Lih. Mzm 1; 19; 119).

Ungkapan Pemasmur: Perlihatkan kepadaku, buatlah aku mengerti, biarlah aku hidup, condongkanlah hatiku, aku rindu, semuanya ini menunjukkan bagaimana kuatnya pengaruh Taurat itu dalam diri pemasmur. Keyakinan Pemazmur ini menyadarkan kita di jaman sekarang ini melihat perintah Allah (Firmanya) sebagai dasar hidup anak-anak Allah. Sering sekali di dalam hidup ini Alkitab kita pahami sebagai firman Allah dan juga aturan hidup orang percaya, akan tetapi kerinduan untuk melakukan firman itu dikalahkan dengan kerinduan kita mendapatkan kepuasan diri kita. Aturan yang ditetapkan di dalam Alkitab sering sekali kita anggap membatasi kebebasan kita melakukan kehendak kita, atau bahkan ada pemikiran Firman itu sendiri tidak lagi relevan di jaman kita sekarang. Apa yang salah…. Bukan Alkitab, bukan ajaranNya melainkan pengertian di dalam diri kita sendiri dalam arti pembenaran diri kita.

Pemasmur menyadari bahwa kecenderungan manusia melihat dari keinginan dagingnya sehingga permohonannya adalah lalukanlah mataku dari yang hampa, lalukanlah celaku. Hal ini berhubungan dengan pemahaman akan apa yang senantiasa di kejar manusia dalam kehampaan, kesia-siaan dimana mengejar sesuatu hanya untuk kepuasan diri sampai kepada perbuatan-perbuatan jahat, tak beriman dan tidak peduli akan sesama manusia.

Pemahaman Pemasmur menunjukkan bahwa ketika melakukan Taurat Tuhan maka tanggallah sifat-sifat ketidakpedulian satu dengan yang lain. Seseorang yang setia melakukan Taurat Tuhan adalah orang yang melakukan kehendak Allah dengan menunjukkan kehendak Allah di dalam dirinya. Kehendak Allah adalah Kasih/Mengasihi. Jadi seseorang yang melakukan kehendak Allah menunjukkan perubahan dirinya dengan mengasihi orang lain sekalipun banyak pengorbanan yang harus dilakukannya (bd. Pemahaman Paulus dalam mengartikan Kasih di dlm Pembacaan : 1 Korintus 13). Jadi kesetiaan melakukan Taurat Tuhan akan mengubah manusia itu sendiri dalam mengenal akan dirinya sekaligus mengasihi sesamanya, dan itulah menjadi kebahagiaan sejati.

Saudara Yang dikasihi Tuhan,
Firman Tuhan mampu mengubah kita melihat, berjuang dan berharap akan kebahagiaan. Firman juga menerangi hati dan pikiran kita sehingga menanggalkan ego-ego serta pembenaran diri kita, sebab dengan mengerti dan melakukan firman itu sendiri harus merendahkan diri di hadapan kuasa Allah yang adalah firman itu sendiri. Kita kembali diingatkan lagu : FirmanMu pelita bagi kakiku terang bagi jalanku… menghantarkan kita kepada penerangan yang benar kepada tujuan yang pasti. Ketika kita mengejar kebahagiaan yang sejati “Jalani hidup ini dan hiduplah dijalanNya”

Bekasi, Januari 2013
Pdt. Alexander. S. S.Th
081386498009; 087777100076;
singchall@yahoo.co.id; alex.singchall@gmail.com

Catatan sermon:
  • Undang-undang bagi orang percaya seperti kolam bagi ikan. Jika ikan tetap di kolam ia akan hidup tapi diluar kolam ia akan mati. Patuh kepada Umdamh undang Tuhan menyehatkan.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment