Tuesday 13 May 2014

Renungan / Khotbah Efesus 6:18-22, Minggu 25 Mei 2014

Introitus : 
Tetaplah berdoa (I Tesalonika 5:17)

Bacaan : Mazmur 66:8-20; Khotbah : Efesus 6:18-22

Tema : “Berdoalah Tak Henti-henti”

Kata Pendahuluan
Saudara-saudara yang kekasih :
Pengajaran Yesus tentang doa (khotbah di Bukit), Matius 6:9-15, Doa Bapa Kami, yang menekankan percaya kepada kebaikan Tuhan (Bapa). Tuhan (Bapa) yang mencukupi makanan hari ini dan mengampuni kesalahan (ay. 12) band. Ay. 14-15 ada 4 kali kata mengampuni. Ini artinya Doa Bapa kami intinya adalah percaya kepada kasih Tuhan (Allah) kepada orang yang percaya dan kasih orang percaya kepada Tuhan yang diperlihatkan dalam kasih kepada saudara. Dengan demikian berdoa tidak seperti orang yang munafik (supaya dilihat orang ay. 5), sesunguhnya mereka telah merndapat upah (pujian dari orang banyak) dan berdoa bertele-tele (merayu Tuhan dengan banyaknya kata-kata ay.7), sesungguhnya mereka tidak mengenal Tuhan.

Tema Minggu ini meminta kepada orang percaya “Berdoalah Tak Henti-henti”. Tema ini menantang orang percaya, apa-apa saja yang menjadi pendorong bagi orang percaya untuk berdoalah tidak henti-henti (bd. Doa Bapa kami bukti mempercayai kasih Tuhan tak henti-henti). Bukan berarti seperti orang Farisi atau orang yang tak mengenal Tuhan

Saudara-saudara yang kekasih :
Dalam Nats Khotbah Efesus 6:18-22 (dalam Perikop. Ef. 6:10-20).
Pertama. orang percaya perang melawan Iblis. Dalam ay. 12 diterangkan sebagai perang melawan kejahatan (Iblis = diabolos sebagai raja pembohong) sebagai berikut:
1. Karena perjuangan orang percaya bukan melawan darah dan daging.
2. Melawan pemerintah-pemerintah.
3. Melawan penguasa-penguasa.
4. Melawan pengulu-pengulu dunia yang gelap.
5. Melawan roh=roh jahat di neraka.
Peperangan ini disebut peperangan rohani melawan kejahatan atau orang-orang yang dapat dipakai Iblis untuk menghancurkan iman orang percaaya tersebut, sampai orang percaya memasuki hidup yang kekal. Dalam Ef. 2:2 dinyatakan bahwa jemaat Efesus hidup di dalam dosa dengan mengikuti jalan dunia ini, yaitu roh yang sekarang bekerja di antara orang-orang durhaka. Band. ay. Ef. 2; 3. Rasul Paulus juga mengakui bahwa ia hidup dalam dosa ketika ia hidup menurut hawa nafsu daging yang patut mendapat murka Allah.
Kedua,peperangan melawan Iblis dituntut kesungguh-sungguhan dalam doa (Ef. 6:18-20), dinyatakan dalam:
1. berdoalah setiap waktu di dalam Roh (ay. 18)
2. Berjaga-jaga di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putus (ay. 18)
3. Berdoa untuk kemenangan segala orang kudus (ay. 18).
4. Mendoakan rasul Paulus agar berani untuk memberitakan Injil dengan benar (ay. 19-20)

Perlengkapan senjata Allah (ay. Ef. 6:13-17) harus disertai doa. Doa bukan hanya bagian dari perlengkapan senjata Allah tetapi merupakan peperangan itu sendiri yang melibatkan Allah. Peperangan tanpa doa berarti menyerah kepada musuh sebab peperangan itu tanpa melibatkan Allah. Orang-orang kudus dan pemberita Injil butuh sokongan doa agar mereka hidup dalam iman di tengah-tengah ancaman penderitaan (Rm. 12:12; Flp. 4:6).

Ketiga, penghiburan jemaat Efesus (Ef. 6:21-22). Rasul Paulus mengirim Tikhikus pelayan yang setia dalam Tuhan untuk menceritakan perkembangan penginjilan dan menghibur jemaat Efesus, dimana rasul Paulus sendiri tidak berhenti mengucap syukur yang tekun berdoa untuk jemaat Efesus (Ef. 1:16).

Pengenaan:
Saudara-saudara yang kekasih:
Melalui nats khotbah Efesus 6:18-22 dengan tema berdoa tak henti-henti menantang jemaat:
Pertama, : Doa bukan seperti “ban cadangan yang anda pakai ketika berada dalam kesulitan, melainkan “roda kemudi” yang menuntun Anda di jalan yang benar. Apakah Anda tahu alasan kaca depan mobil begitu besar dan kaca spion begitu kecil? Itu karena masa lalu kita tidak sepenting masa depan kita. Lihatlah kedepan dan bergeraklah maju, jangan diam di tempat.

Ada satu orang yang selamat dari kecelakaan kapal yang terdampar di sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni. Ia pun berdoa agar Tuhan menyelamatkannya. Setiap hari, ia mengamati langit dan mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada yang terjadi. Ia membangun gubuk dengan peralatan seadanya, untuk melindungi dirinya dari cuaca dan menyimpan barang-barang yang dia miliki. Suatu hari , ketika ia kembali ke gubuknya setelah mencari makanan mendapati gubuknya terbakar. Ia kehilangan segalanya.
Ia pun bersedih dan berkata:”Tuhan betapa teganya engkau melakukan hal seperti ini”, tetapi keesokan harinya ia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu untuk menyelamatkannya.

Terkadang kita mudah sekali menyerah ketika keadaan memburuk. Namun, kita tidak boleh goyah karena Tuhan tetap bekerja dalam hidup kita, meskipun kita berada dalam kesusahan atau kesakitan. Ingatlah ketika gubuk Anda terbakar. Itu merupakan “Asap” bagi kuasa Tuhan untuk bekerja. Ketika ada hal yang negatif terjadi dalam hidup Anda, kita harus menyakinkan diri kita bahwa Tuhan memiliki jawaban positif atas hal itu

Saudara-saudara yang kekasih:
Kedua, dalam Matius 7:9 Yesus menyatakan, adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti?
Tentu jawabannya tidak, tetapi kadang kita merasakan seolah-olah Tuhan itu memberi ”Batu’ bukan “Roti”. Namun dalam kebijaksanaanNya, Dia sebenarnya sedangb bekerja melalui keadaan kita untuk memberikan sesuatu yang jauh yang lebih baik dari yang kita minta (bd. Doa Bapa kami: Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga Mat. 6:10). Seorang penulis mengungkapkannya sebagai berikut:

Aku meminta kesehatan agar dapat melakukan hal-hal yang besar, tetapi aku diberi kelemahan agar dapat melakukan hal-hal yang lebih baik.
Aku meminta kepada Allah agar dapat berhasil, tetapi aku dibuat lemah agar dapat belajar taat.
Aku minta kekayaan agar bahagia, tetapi aku diberi kemiskinan agar dapat bersikap bijaksana.
Aku meminta kekuatan dan pujian dari sesama, tetapi aku diberi kelemahan agar dapat merasakan kebutuhanku akan Allah.
Aku meminta segala sesuatu agar dapat menikmati hidup, tetapi aaku diberi kehidupan agar dapat menikmati segala sesuatu.
Aku tidak memperoleh aqpa pun yang kuminta, tetapi memperoleh segala sesuatu yang kuharapkan.
Meskipun permintaanku tidak dikabulkan, tetapi doa-doaku terjawab.
Aku adalah yang paling diberkati di antara semua manusia (NN).
Kita dapat meminta sesuatu yang salah kepada Allah, tetapi Allah selalu memberikan Jawaban yang benar.

Saudara-saudara yang kekasih:
Ketiga, kita medoakan orang-orang percaya dan orang-orang yang memberitakan Injil, agar mereka melibatkan Allah menang dalam peperangan iman melawan Iblis (raja pembohong) tersebut. Selain mendoakan mereka kita juga mengambil bagian untuk menceritakan kasih karunia Allah yang menyelamat itu (Ef. 2:8-10) sebagai penghiburan dalam penderitaan… Amin.

Cileungsi, 16 April 2014, Pdt. Rasmidi Sembiring M.Th.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment