Monday 10 November 2014

Renungan / Khotbah Yesaya 64:1-9, Minggu 30 November 2014

Introitus : 
“Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu” (Yesaya 64:8).

Ogen : Markus 13:24-37 (Tunggal); Khotbah : Yesaya 64:1-9 (Antiphonal)

Tema : ”Ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami!”

1. Pendahuluan
Seorang ibu yang baru melahirkan anak pertamanya ditemani oleh orang tuanya (ibunya). Suatu sore ia mengatakan kepada ibunya bahwa suatu kejutan karena bayinya memiliki rambut hitam, karena ia keduanya dengan suaminya memiliki rambut pirang. Nenek itu menjawab, "wajar saja, ayahmu kan memiliki rambut hitam". Putrinya menjawab, "tapi, Mama, itu tidak ada kaitannya, karena aku diadopsi". Dengan senyum malu, si ibu mengucapkan kata-kata yang paling indah bagi putrinya: "Aku selalu lupa". Semua orang Kristen diadopsi menjadi anak-anak Allah yang diterima oleh Allah dengan cinta tanpa syarat yang sama seperti ibu ini lakukan untuk putrinya.

Status kita sebagai anak-anak Allah sangat menentukan bagi seluruh hidup kita. Roh Kudus telah menjadikan kita anak-anak Allah yang berhak menjadi ahli waris yang memperoleh janji-janji Allah. “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:16). Dan sekali kita menjadi anak-anak Allah maka seterusnya kita adalah anak-anak Allah. Tidak akan pernah Allah lupa akan janji-Nya, membatalkan pengangkatan dan menyangkal bahwa kita adalah anak-anak-Nya.

Tetapi apakah status sebagai anak-anak Allah ini telah meningkatkan kualitas hidup kita? Ataukah kita tetap menjadi anak-anak yang mengecewakan dan membuat malu Bapanya? Bagaimana harapan kita ke depan? Apa yang hendak kita lakukan kepada Bapa yang menebus dan menyelamatkan kita dari kuasa dosa dan maut? “Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?” (Roma 6:1-2). Kita diajak untuk hidup sebagai anak-anak Allah yang sejati, yang bertekun dalam rancangan dan jalan Tuhan.

2. Pendalaman Nats
Nats ini berasal dari zaman sesudah tahun 587, zaman sesudah Yerusalem jatuh dan bangsa Israel dibawa ke pembuangan Babel. Hal ini merupakan jawaban Israel atas Firman Allah yang disampaikan oleh nabi-nabi yang memberitakan hukuman; hukuman diterima, namun umat Allah yakin bahwa Tuhan tetap mengasihinya seperti seorang bapa mengasihi anaknya.
Allah bertindak atas kasih setiaNya, walaupun Ia dikecewakan, walaupun Ia murka terhadap pemberontakan Israel, Ia tidak dapat mengabaikan mereka. Allah sendiri yang mengingatkan bangsa Israel untuk berharap kepada-Nya. Dan atas dasar ini, Yesaya dan bangsa Israel berdoa memohon kepada Allah. Dalam hal ini perlu diingat bahwa bukan doa yang tulus yang menggerakkan Allah, bahwa Allah sendiri yang tergerak oleh belas kasihan-Nya. Manusia tidak mempunyai hak untuk mendesak Allah untuk menolongnya, jika Tuhan bertindak, Ia digerakkan oleh perasaan-Nya sendiri.

Berdoa adalah berpegang pada Allah, dengan iman memegang janji-janji dan deklarasi Allah yang telah membentuk kita. Kita memohon kepada-Nya – seolah-olah menarik dia seperti orang yang hendak pergi dari kita, sungguh-sungguh memohon pada-Nya untuk tidak meninggalkan kita, atau memohon kepada-Nya yang telah pergi, meminta-Nya untuk kembali. Tetapi sebenarnya kita berpegang kepada Allah adalah seperti nelayan yang menarik perahunya menuju pantai, seolah-olah dia menarik pantai padanya, tapi sebenarnya menarik perahunya ke pantai; jadi kita berdoa, bukan untuk membawa Allah kepada kita, tetapi untuk membawa diri kita kepada Allah. Bahwa Tuhan tidak berubah, sebenarnya kitalah yang telah berubah.

Di sini terbukti bahwa kasih setia Tuhan melebihi murka-Nya. Kasih setia Tuhan (Bhs. Ibrani “khesed”) merupakan dasar hidup umat Allah dari sejak awal mula dan satu-satunya jaminan untuk masa depan. Yesaya 63:7 “Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar”. Karena itu Tuhan sendiri bertindak untuk menebus dan menjadi Juruselamat bagi anak-anak-Nya yang dikasihi-Nya.

Mengapa Bait Allah dinajiskan dengan diinjak-injak oleh bangsa asing? Karena bangsa Israel sendiri terlebih dahulu telah menajiskannya. Sehingga Allah tidak menyatakan kehadiranNya di dalam BaitNya yang Kudus. Untuk sementara waktu Tuhan tidak menunjukkan wajah-Nya bagi Israel. Umat Israel berbalik menantikan TUHAN dengan mengaku: kami berdosa, kami memberontak, kami sekalian najis, kesalehan kami seperti kain kotor, kami sekalian menjadi layu, kami lenyap oleh kejahatan kami, kami menyerahkan diri ke dalam kuasa dosa kami. Semua ini adalah kesalahan kami, kebodohan kami; karena itu kami berserah kepada-Mu.
Mengapa bangsa Israel berani menghadap Tuhan di dalam doa permohonan mereka? Karena Tuhan sendiri mengingatkan akan perbuatan-Nya pada masa lalu dan Tuhan tetap menyatakan diri sebagai Bapa mereka. Ke-Bapa-an-Nya tidak dapat ditiadakan sebab Allah yang membentuk mereka.

Mereka berdoa agar Tuhan melihat ke bawah dari surga, agar Ia datang untuk membebaskan mereka. Mereka berdoa agar Tuhan membelah langit dan turun menyatakan kuasa pembebasan-Nya. Harapan agar Tuhan menyatakan kekuasaan-Nya, keadilan dan kebaikan-Nya, secara luar biasa, sehingga bangsa-bangsa dapat melihat dan mengakui Allah Israel. Doa ini juga berlaku untuk kedatangan Kristus yang kedua, ketika Tuhan sendiri akan turun dari surga. Kita berdoa “Tuhan Yesus, datanglah segera”. Dengan harapan kedatanganNya mengalahkan semua yang melawan dan menentang nama-Nya. Api kemuliaan-Nya akan melelehkan semua gunung-gunung yang tegak berdiri, bahwa tidak akan ada suatu apa pun yang bertahan dihadapan-Nya. Semua gemetar dan tidak tahan berdiri di hadapan kekudusanNya. Harinya akan datang ketika semua bangsa gemetar dan berlutut di hadapan-Nya.

Orang-orang yang menanti-nantikan Allah mengharapkan hari Tuhan menyatakan diri, sebab kedatangan Tuhan bertujuan untuk menyatakan keselamatan dan kebahagiaan bagi orang-orang yang dikasihiNya. Bahwa semua orang yang mencari Dia, dan melayani Dia, dan menjaga imannya, telah dipersiapkan, sehingga mereka tidak perlu takut apalagi kecewa pada waktu itu, sebab kehidupan telah disiapkan bagi mereka.

Manusia tidak mendengar atau melihat apa yang Tuhan siapkan bagi mereka yang menantikan-Nya. Perhatikan karakter umat Allah; mereka yang menantikannya dengan kesungguhan hati bekerja untuk Tuhan, menunggu keselamatan yang telah dijanjikan dan dirancang untuk mereka. Allah telah memenetapkan bagi mereka yang takut akan Dia, dan yang percaya kepada-Nya. Allah sendiri menetapkan kebahagiaan pada masa kini dan masa depan bagi jiwa-jiwa orang-orang kudus. Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Kor. 2:9).

Kita harus menyimpulkan dari karya kasih karunia Allah yang luar biasa, serta dari karya-karya kekuasaannya yang menakjubkan, bahwa tidak ada tuhan seperti Dia, tidak ada yang dapat dibandingkan dengan Dia.

Tuhan yang mengharapkan kita, dalam lingkup persekutuan dengan-Nya. Pertama, Kita harus membuat hati nurani melakukan dalam setiap hal, kita harus bekerja dalam kebenaran, harus melakukan apa yang baik dan yang Tuhan Allah minta dari kita, dan harus melakukannya segenap hati. Kedua, Kita harus bersukacita dalam melakukan tugas kita, kita harus bersukacita dan bekerja kebenaran, harus menyenangkan bagi diri kita bekerja bagi Allah, harus bersukacita dalam pelayanan-Nya dan bernyanyi di mana kita ditempatkan. Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita, seorang penyembah yang bersukacita. Kita harus melayani Tuhan dengan sukacita. Ketiga, Kita harus menyesuaikan diri dengan semua metode pemeliharaan-Nya, kita harus ingat berada di jalan-Nya, dalam semua cara dipakai Tuhan, apakah ia menuntun sesuai dengan harapan kita atau mengarahkan kita bertentangan dengan harapan kita. Kita harus tanpa keberatan kepada-Nya dan selalu mengucap syukur ketika jalan-Nya tidak seperti yang kita pikirkan, dengan kesabaran dan penyerahan diri mengikuti-Nya. Kita harus mempertimbangkan bahwa rancangan dan jalan Tuhan yang terbaik.

Bagi kita diberitahu apa yang kita harapkan dari Allah sehingga kita melakukan kehendakNya. Mempersiapkan diri menerima berkat-berkat kebaikan-Nya, dengan bersukacita berbuat baik dan mengerjakan kebenaran, dan menantikan penggenapan janji-Nya. Kita hidup dengan kepastian dari indahnya janji Allah dan dalam ketepatan janji-Nya yang tidak pernah berubah, terlepas dari dosa-dosa umat-Nya dan rasa tidak senangnya terhadap mereka karena dosa-dosa mereka. Harapan kita akan keselamatan bukan dibangun berdasarkan kebaikan atau kelayakan kita sendiri. Tetapi berdasarkan belas kasihan dan janji-janji Allah, bahwa tindakan Allah berkelanjutan.

Umat Allah mengaku dalam penderitaan mereka dan meratapi dosa-dosa mereka, mengakui Tuhan benar dalam tindakan-Nya menghukum mereka, mengakui bahwa mereka tidak layak mendapatkan rahmat-Nya, sikap ini mempersiapkan mereka untuk pembebasan. Yang terbaik dari kami telah pudar dan tercemar, bahwa kebaikan kami hanyalah seperti kain kotor. Mereka mengakui penderitaan mereka menjadi buah dan produk dari dosa-dosa mereka sendiri dan Murka Allah. Dengan kebodohan sendiri: "Kita semua menjadi najis, dan karena itu kita semua layu seperti daun, kita tidak hanya layu dan kehilangan kecantikan kita, tapi kita jatuh dan terlepas", demikianlah kata yang menandakan seperti daun di musim gugur. Kami dilahap oleh murka-Mu; Engkau telah melebur kami. Allah telah menempatkan kita dalam tungku, tetapi tidak membakar kita seperti sampah, tapi melebur kita seperti emas, yaitu memurnikan kita dan membuat menjadi baru.

3. Pointer Aplikasi
Karena Allah menyatakan diri sebagai Bapa kita, maka kita dapat menghadap pada-Nya dan mencurahkan semua isi hati kita kepada-Nya. Walaupun kita telah jatuh dan gagal memenuhi harapan-Nya, kita dapat mengaku akan kelemahan kita. Ia akan bertindak setia dan adil terhadap kita. Bahwa tidak ada suatu apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah.

Pekerjaan Allah bagi kita tidak dapat disangkal bahwa Tuhan yang mengerjakan keselamatan kita. Tuhan yang selalu menambahkan kebaikan dalam hidup kita, tetapi kita yang selalu menguranginya dengan kebodohan dan kebebalan hati kita. Tuhan mau menyatakan kemuliaanNya di tengah-tengah kita, Tuhan tidak malu mengakui kita sebagai anak-anakNya atau umat pilihan-Nya. Hal ini seharusnya menyadarkan dan mendorong kita untuk hidup dalam anugerah-Nya. Maka doa kita “dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu” menjadi aksi nyata,bukan hanya doa yang terucap tetapi dengan sepenuh hati dihidupi. Filipi 2:13 “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya”.

Di hadapan Bapa yang penuh kasih membawa keinsafan pada pihak kita sendiri bahwa bukan kita saja yang menderita, melainkan Bapa juga dikecewakan dan disakiti oleh sikap kita. Bahwa nama-Nya tidak dimuliakan dan kerajaan-Nya tidak dinyatakan, sehingga orang lain tidak dapat melihat siapa Tuhan itu sesungguhnya dan mereka tidak datang kepada-Nya.
Di dalam kesadaran akan kesalahan kita, kita ingin berbalik kepada Tuhan. Kita menyerahkan diri kepada pimpinan Tuhan agar segenap hidup kita dibaharui dan kita merindukan agar kuasa Tuhan dinyatakan kembali dalam hidup kita.

Nama Tuhan tidak dipermuliakan di tengah-tengah gereja yang berdebat dan bertentangan satu dengan yang lain. Gereja yang tidak membangun persekutuan dengan Tuhan tetapi membuat agenda-agenda manipulatif dengan memakai nama Tuhan untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Gereja makin menjauh dari tujuan semula pembentukannya.

Banyak orang kristen yang memperdebatkan tanda-tanda kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Tetapi kurang berjaga-jaga dengan mengerjakan kehendak Tuhan Yesus. Apakah tanda-tanda yang utama sehingga kita mengabaikan Yesus Kristus sendiri? Yang terutama adalah kesadaran diri akan Yesus Kristus, bahwa kita tidak tertidur dan tidak sadar akan kehadiran Yesus pada saat ini. "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba. Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya berjaga-jaga” (Markus 13:33-34). Kita sedang menanti-nantikan Hari Tuhan, kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dengan berjaga-jaga dan bekerja. Sebab kita diperintahkan untuk menjaga rumah-Nya sampai Ia datang kembali. Hiduplah dengan penuh tanggungjawab akan kasih Bapa yang mempercayakan kemuliaan-Nya pada kita anak-anak-Nya. Amin.

Pdt. Sura Purba Saputra
GBKP Bandung Barat
HP. 081263596400


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment