Saturday 17 October 2009

UNDANGAN HUT KE-XV TABLOID SORA MIDO

UNDANGAN

Dengan hormat,
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Tabloid Soramido yang ke-XV, maka dengan ini kami mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dalam acara seminar sehari/dialog interaktif yang akan dilaksanakan pada :

Hari/tanggal: Minggu, 1 Nopember 2009; Waktu: 14.00 WIB s/d Selesai; Tempat: Aula Universitas Jakagakarsa Jakarta; Acara: Seminar sehari/Dialog interaktif

Pembicara:

(1) Drs. Inget Sembiring
(2) dr.Amir Mirza Sebayang Sp.THT
(3) Cuaca Bangun, SE, Ak.M.Si

Hiburan: Gendang Keyboard; Penyanyi Karo; Door Prize

Demikian undangan ini kami sampaikan, dengan harapan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dapat meluangkan waktunya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 14 Oktober 2009
Soramido
Pemimpin Umum

Dto
Drs.N.J.Sembiring

Ps: - Undangan Harap dibawa - Bila berhalangan harap konfirmasi ke 021-8463653 (Joevita)

RENCANA ACARA

WAKTU

AKTIVITAS

KETERANGAN

14.00-14.30

Pengisian buku tamu

Oleh panitia

14.30-14.35

Pembukaan

Oleh Pembawa acara

14.35-14.40

Pembacaan doa

-

14.40-14.55

Kata sambutan & berbagi pengalaman sejak berdirinya tabloid soramido sampai sekarang

Oleh

Pt.Em.Drs.N.J.Sembiring

14.55-15.00

Peresmian Acara

-

15.00-15.45

Pemaparan dari pembicara

Oleh Pembicara

15.45-17.30

Diskusi terbuka/dialog interaktif

Oleh pembicara,panitia dan audiens

17.30-17.45

Pemberian penghargaan kepada

narasumber/pembicara

Oleh panitia dan audiens (tamu) yang hadir

17.45-17.50

Pembagian Door Prize

Oleh Panitia

17.50-19.00

Doa Makan Malam bersama

-

19.00-21.00

Ramah-tamah & Hiburan gendang

keyboard

-

21.00-21.30

Penutupan & Pembacaan doa

-




PROPOSAL HUT TABLOID SORA MIDO KE-XV
Thema:
Karo Ersada ula sipandang punjuten,ula sikapit-kapit.
Sub Thema:
"Transformasi nilai-nilai budaya karo dulu, saat ini dan nanti, untuk meningkatkan ekonomi,pendidikan, kesehatan dan politik."
Latar Belakang
Sejak jaman dulu, masyarakat Karo diajarkan nasihat/pedah untuh berbudaya dalam tatakrama pergaulan social kemasyarakatan, yaitu : Ola mekarus, Ola meturdak, Ola megombang, Ola pertewas, Ola melewas,Ola melantar,Ola mekisat, Ola merimah. Nilai-nilai budaya itu ditanamkan oleh orangtua kepada anak-anaknya (keturunan), supaya generasi demi generasi berikutnya dapat melaksanakan pergaulan bermasyarakat untuk saling menghargai, menghormati,sikeleng-kelengcn,dan memiliki sifat rendah hati, jujur, rajin, hemat dan tolong menolong.
Kita menyadari dan mengakui bahwa sifat rendah hati akan menumbuhkan dan mendorong terciptanya ketekunan. Kita akan lebih tekun menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan ini. Persoalan pekerjaan, Bisnis, Keluarga, dan Beragama dapat diselesaikan bila semua pihak memiliki sifat sikeleng-kelengen dan saling rendah hati. Contohnya, budaya gotong-royong dan arih-arih (runggu). Dalam 2 Contoh ini terkandung makna ketekunan "Sisampat-Sampaten". Sisampat-sampaten dalam bekerja dan sisampat-sampaten dalam "arih-arih' untuk mengambil keputusan terbaik menghadapi persoalan hidup ini. Hampir mustahil kita mampu menyelesaikan persoalan tanpa pertolongan sesama.
Ketekunan dalam segala hal tersebut akan memberikan keberhasilan dalam bidang bisnis, pendidikan,ekonomi dan aspek kesejahteraan lainnya.
Jadi nilai budaya karo berupa pedah/nasihat/rambu-rambu itu akan menciptakan sifat rendah hati selanjutnya rendah hati akan menimbulkan ketekunan, ketekunan akan menghasilkan kesejahteraan.
Saat ini, pedah-pedah jaman dulu tersebut dirasakan semakin terkikis. Masyarakat Karo cenderung tinggi hati, curiga, meterialistis, individualistis dan egois. Tutur sapa pun terasa ham bar. Apalagi sering terlihat yang bertutur sapa hanya antar kelompok tertentu. Jarang sekali terlihat hubungan yang akrab antara senina dengan senina,anak beru dengan anak beru,kalimbubu dengan kalimbubu dan seterusnya.
Hasil akhirnya adalah merenggangnya hubungan persaudaraan. Merenggang nya rasa tali batin "tutur siwaluh rakut si telu". Sehingga muncul pameo "anak beru enggo jadi kalimbubu". Kade-kade nge tempa tapi lanai siteheden erkiteken kurang saling menghargai.
Permasalahan
Dengan membandingkan nilai-nilai budaya karo jaman dulu yang bersifat saling menghargai, tolong-menolong, dan gotong royong dengan keadaan sekarang yang bersifat praktis, materialistis, individualistis, dan egois maka yang menjadi pokok permasalahan disini adalah :
  1. Adat adalah kebiasaan tertentu,masyarakat tertentu, di daerah tertentu dan zaman tertentu.
  2. Masih perlukah adat dan budaya karo itu di pertahankan secara utuh khususnya di kota-kota besar misalnya maba belo selambar, runggu di tikar, pesta di tikar atau pakai kursi?
  3. Mampukah orang karo perantauan mewariskan ke generasi berikutnya tentang nilai-nilai budaya karo itu? Bagaimana caranya supaya nilai-nilai budaya itu tidak hilang ditelan pergantian generasi? Bagaimana caranya agar masalah Materialistis, individualistis dan egois dapat diatasi?
  4. Masih adakah manfaat nilai-nilai budaya karo dalam ekonomi, bisnis dan kekeluargaan?
  5. Bagaimana pengaruh nilai-nilai budaya karo dalam alam demokrasi untuk mencapai masyarakat karo yang sejahtera?

Solusi yang di tawarkan (panduan)

  1. Meningkatkan komunikasi: Lewat tulisan di media cetak karo, radio karo, seminar atau dialog untuk membicarakan masalah bersama.
  2. Meningkatkan kesadaran. Menyadari bahwa ada masalah besar terkikisnya nilai-nilai budaya karo. Kita harus sadar juga bahwa masalah ini harus diatasi bersama dengan mengatakan "Hayo kita bergerak", untuk menggantikan kata-kata saling menyalahkan seperti yang sering diucapkan "adi kalak karo messera nge".
  3. Meningkatkan konsolidasi Persatuan dan Kesatuan "tutur siwaluh rakut si telu".
  4. Jati diri dan nilai-nilai dipertahankan dan di sesuaikan dengan tempat dan waktu tertentu misalnya: (a) Maba belo selambar sudah sering digabung dengan nganting manuk, mengingat efisiensi waktu dan tempat. (b) Untuk dikota besar misalnya duduk tidak harus diatas tikar tapi diganti dengan kursi. (c) Berbicara tidak bertele-tele, harus to the point, misalnya tidak memakai kata-kata bohong-bohongan sehingga kurang simpatik, antara lain: tidak dikatakan hanya berlaku sekali ini, "luah simanjilenken" berupa bohong-bohongan dll.
  5. Jaringan dan kinerja dan disinergikan dengan tempat tertentu.
  6. Kelestarian adat budaya karo di perantauan tidak terlepas dari pengaruh adat budaya daerah/masyarakat karo di tanah karo, dan karo di luar tanah karo. Walaupun pada dasarnya adat budaya karo itu dipertahankan seperti di kampung halaman, tetapi perlu juga diberikan dispensasi sesuai kebutuhan.

Tabloid Sora Mido
Tabloid Sora Mido adalah sebuah media cetak non profit, untuk kalangan sendiri yang bergerak di bidang informasi khususnya mcngenai informasi Seni dan budaya adat masyarakat karo dengan semboyan "inganta ercakap dalinta arih"

Visi:
Tabloid Sora Mido menciptakan rasa cinta dan memiliki Seni dan Budaya adat karo

Misi:

  1. Memelihara dan melestarikan Seni dan budaya adat karo
  2. Menanamkan rasa memiliki dan mencintai budaya karo khususnya unt.uk generasi muda masyarakat karo
  3. Mempertahankan Seni dan Budaya adat karo bagi masyarakat karo perantauan.

Hasil/Pencapaian terbitnya Tabloid Sura Mido selama ini:

  1. Semakin melekatnya seni,kebudayaan dan adat karo di masyarakat karo itu sendiri.
  2. Terjalinnya komunikasi yang baik antara masyarakat karo di berbagai tempat di Indonesia dan di luar negri.
  3. Beredar nya banyak informasi-informasi/berita penting untuk masyarakat karo
  4. Terciptanya sebuah tempat "inganta ercakap dalinta arih bagi warga masyarakat karo untuk mendiskusikan permasalahan seni, budaya dan adat istiadat.
  5. Warga masyarakat karo perantauan tetap bisa ingat dengan seni budaya dan adat istiadat karo yang sudah lama ada.
  6. Bagi masyarakat karo yang menggeluti usaha, industri milik sendiri dapat mempromosikan produk usahanya di tabloid Sora Mido dengan biaya murah.

Saran-saran/Usul :

  1. Apa saran/usul masyarakat karo umumnya dan pembaca khususnya terhadap tabloid Sora Mido?
  2. Partisipasi apa yang dapat diberikan masyarakat karo untuk memajukan Tabloid Sora Mido yang telah terbit selama 15 tahun ini?
  3. Sebagai perbandingan untuk memberikan koreksi, kami membagikan tabloid Sora Mido secara gratis mulai dari No 1 tahun 1994 sampai sekarang.


Artikel lain yang terkait: