Friday 16 October 2009

Asseb-Khotbah Keluaran 4:10-17, Minggu 18 Oktober 2009

Thema:
Tuhan memperlengkapi dan menyertai orang yang dipilihNya/
Iperlengkapi ras itemani Tuhan kalak si ipilihna.
Introitus: Yohanes 15:16; Pembacaan : 2 Timotius 4:1-5;
Khotbah : Keluaran 4:10-17
Pendahuluan
Siapakah yang layak menjadi hamba Tuhan? Pada bulan April –Mei 2009 telah dilakaukan pemilihan Pertua-Diaken periode 2009-2014 di GBKP. Dan umumnya pada bulan Agustus dan September 2009 Pertua-Diaken tersebut telah dikukuhkan dan ditahbiskan.Apakah mereka yang terpilih tidak mempunyai kelemahan? Apakah mereka merupakan orang-orang yang layak menjadi hamba Tuhan? Di dalam Tata Gereja dan juga buku “pengelayasi” mengenai pemilihan Pertua-Diaken disebutkan syarat-syarat orang yang bagaimana yang layak menjadi Pertua-Diaken, apakah semuanya terpenuhi? Kalau tidak, berapa persen yang terpenuhi? Jawabannya sangat relatif. Namun secara jujur kita semua mengakui bahwa kita mempunyai kelemahan dan kekurangan. Karena itu kita seharusnya bersyukur karena Allah masih mau memakai kita, menggunakan setiap ketidak sempurnaan kita untuk kemuliaanNya, serta yang berjanji memperlengkapi dan menyertai kita. Oleh karena itu janganlah takut, tetaplah setia melakukan tugas panggilan kita, yakni pergi dan menghasilkan buah[1].
Pendaalaman Nas
Nas kita menceritakan pemanggilan Musa yang dimulai pada pasal 3. Mengapa Musa yang dipanggil dan bukan Harun atau orang yang lain tidak dijelaskan dalam perikop kita. Dari penjelasan ayat 14b, jelas disebutkan bahwa Harun tidak saja sebagai anak tertua tetapi juga pandai berbicara. Tetapi mengapa Musa yang dipilih Tuhan, orang yang mempunyai banyak kekurangan, orang yang “kurang percaya diri”? Memang orang yang merasa mempunyai kelemahan-kelemahan sering merasa rendah diri dan kurang percaya diri. Itulah yang yang terjadi pada diri Musa sehingga ia berusaha menolak panggilan Allah dengan 4 alasan. Pertama (Keluaran 3:11-12), Musa merasa tidak layak atau orang yang tidak tepat melakukan tugas yang dipercayakan Allah[2]. Alasan Musa ini juga sangat wajar, terlebih bukankah raja Firaun sedang mencari Musa sehubungan dengan kasus pembunuhan terhadap warga mesir yang dilakukan Musa? Atas keberatan Musa ini Allah menjawab dengan janji penyertaan. Alasan kedua (Keluaran 3:13-22), Musa merasa bangsa Israel tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikannaya atas nama Tuhan, sebab mereka tidak mengenal nama Tuhan. Atas keberatan ini Allah menjawab Musa dengan memberitahukan namaNya: Aku adalah Aku” (Ehyeh asyer Ehyeh). Melalui nama tersebut mau menyatakan bahwa Allah dapat diandalkan[3]. Ia akan mengalahkan raja Firaun. Alasan ketiga (Keluaran 4:1-9), walaupun Allah sudah memberitahu namaNya tetapi Musa masih ragu dengan alasan ia tidak yakin bahwa orang Ibrani akan mengakui panggilannya dan menerima dia sebagai hamba Allah. Atas keraguan ini Allah memeperlihatkan kuasanya dengan melakukan tiga mujizat[4]. Alasan keempat terdapat dalam perikop renungan kita (Keluaran 4:10-17), Musa menyatakan tidak pandai berbicara. Keberatan Musa menyangkut hal ini juga sangat wajar. Bukankah karunia berbicara suatu hal yang sangat penting dalam menyampaikan kehendak Allah? Sementara disebutkan dalam ayat 10 Musa berat mulut dan berat lidah. Dari pernyataan ini sepertinya Musa memiliki kesulitan berbicara, barang kali ia seorang yang gagap. Tetapi terhadap keberatan ini Allah menyatakan kepada Musa: “siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN?” Melalui penyataan ini, Musa kembali diingatkan akan kemahakuasaan Allah sebagai pencipta. Benar ada realita kelemahan pada diri Musa dan hal ini tidak boleh menjadi legitimasi penolakan terhadap panggilan Allah. Dalam ayat 12 Allah menyatakan akan menyertai lidah Musa, bahkan lebih dari itu akan mengajar Musa apa yang harus ia katakan.
Memang kecacatan, ketidak mampuan, kekurangan fisik dapat membuat seseorang “sangat tidak percaya diri”, demikian juga pengalaman kegagalan sering membuat orang dihinggapi perasaan traumatis, khususnya dalam melakukan hal yang sama[5]. Musa, disamping kelemahannya berbicara, tetapi juga pernah merasa ditolak. Ketulusannya membela teman sebanganya pada waktu di Mesir tidak mendapat respons yang baik[6], sebaliknya dipahami sebagai hal yang negatif. Karena itulah dalam ayat 13, Musa tetap berusaha menolak panggilan Allah dengan mengatakan: “ah Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.
Apakah Musa dapat lari dari panggilan Allah? Ternyata tidak. Walaupun disebutkan bahwa Allah murka kepada Musa[7], tetapi Allah dengan sabar tetap membimbing Musa dengan memberinya solusi. Dalam hal ini Allah mengingatkan Musa akan abangnya Harun yang pandai berbicara. Musa dapat meminta Harun menjadi juru bicara Musa dan Allah akan berjanji menyertai mereka berdua.
Pointer Aplikasi
1) Tuhan sangat menegenal orang yang dipilihnya. Dia tahu kekurangan dan kelebihannya. Musa mempunyai kekurangan. Demikian juga kita semua. Namun kekurangan tersebut seharusnya tidak membuat kita menolak panggilan Tuhan, sebab Tuhan lebih tahu tentang kita. Ingat Allah tidak memandang rendah kekurangan kita. Bahkan mau menggunakan setiap ketidak sempurnaan kita untuk kemuliaanNya. Cara Allah mengatasi sesuatu yang kita sebut kelemahan atau keterbatasan kita kadang tidak dengan menghilangkannya, walaupun Allah pasti mampu melakukannya, namun memberkatinya serta menggunakannya untuk kebaikan. Di dalam Perjanjian Baru, Paulus mengalami juga hal ini. Ada kelemahannya yang disebut “duri dalam daging”. Ia telah berulang kali (3 kali) meminta agar Tuhan mengambilnya[8], akan tetapi justru Allah berkata: “cukuplah kasih karuniangKu bagimu”, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna”.
2) Melalui renungan kita minggu ini, kita juga belajar mengenai Pembagian tugas. Pembagian tugas adalah merupakan salah satu solusi mengatasi kekurangan seperti yang ada pada diri Musa[9]. Sebagaimana telah disebutkan, bagaimana pun hebatnya seseorang pasti juga mempunyai kelemahan atau kekurangan. Solusinya ialah dengan cara memenej kekurangan tersebut dengan pembagaian tugas. Harun menjadi penolong Musa. Kekurangan Musa dilengkapi Harun. Memang ada bahaya. Musa dapat merasa tersaingi Harun, dan Harun juga dapat merasa dialah yang seharusnya menjadi pemimpin, bukan Musa. Perasaan demikian berimplikasi kepada menganggap remeh, lebih jauh mengkudeta. Itulah yang kemudian terjadi, Harun dan Miriyam meremehkan Musa[10]. Dengan alasan karena Musa mengawini perempuan kush, tetapi mungkin hal ini hanya sebagai pemicu. Persoalan yang sesungguhnya mungkin karena Harun dan Miriyam tidak puas dengan kepemimpinan Musa, sementara mereka boleh dikatakan tidaklah kalah banyak berperanan. Namun kalau kita baca selengkapnya Bilangan 12, Tuhan tetap memihak Musa. Dan tidak hanya itu, Allah bahkan menghukum orang yang mencoba menjelek-jelekkan, apa lagi yang tidak menghormati hamba yang dipilihNya.
Pondok Gede, 16 Oktober 2009
Pdt.S.Brahmana
-----------------------------
[1] Introitus, Yohanes 15:16
[2] Keluaran 3:10-11 Bd. Keluaran 3:7-10
[3] Mengenai nama Allah ini, DR. Harun Hadiwyono menjelaskan bahwasanya Tuhan bagi Musa dan Israel bukanlah Tuhan yang tidak bergerak, bukan Tuhan yang mati melainkan Tuhan yang hidup dan penuh dinamika (Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986, hal.39). Dengan nama Allah ini mau mengatakan kepada Musa bahwa Dialah Allah yang mahakuasa, ia memiliki kuasa yang luarbiasa yang dapat diandalkan. Dalam Amsal 18:10 disebutkan “ Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat”. Ayat ini menjelaskan bahwa nama Yahwe berkuasa untuk menyelamatkan.
[4] Keluaran 4:2-9 (1. Tongkat menjadi ular, ketika Musa memegang erkor ular tersebut kembali menjadi tongkat; 2. Tuhan menyuruh Musa memasukkan tangannya ke dalam baju dan ketika dikeluarkan telah terkena kusta dan ketika dimasukkan kembali dan dikeluarkan telah pulih kembali; 3. Air menjadi darah).
[5] Saya ambil contoh. Ada sebagian orang seumur hidupnya tidak bisa/tidak tahu menyetir mobil padahal mereka punya mobil, bahkan ada yang lebih dari satu. Disuruh belajar, ia belajar tetapi tetap tidak percaya diri menyetir mobil. Mengapa bisa demikian? Ternyata mereka mempunya pengalaman traumatis pada waktu awal belajar menyetir. Menurut beberapa orang yang saya kenal mengatakan ia tidak biasa menyetir mobil dan tidak mau belajar lagi karena traumatis dengan pengalaman pernah menabrak sesuatu (tembok, orang, trotoar, dsb) kemudian mendapat marah suaminya, kalau anak mendapat marah bapaknya/ibunya.
[6] Keluaran 2:13-14
[7] Ayat 14
[8] 2 Korintus 12:7,8
[9] Allah menjadikan Harun sebagai juru bicara Musa.
[10] Bilangan 12:1-16



Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment