Monday 4 January 2010

Khotbah Ulangan 5:6-7, Minggu 10 Januari 2010

Thema:
Allah sajalah yang harus engkau sembah
(Dibata sajalah si sembah)
Introitus: Kis.Rasul 4:24; Pembacaan: Matius 4:1-11
Khotbah : Ulangan 5:6-7
Pendahuluan
Menyembah Allah Yahwe atau tidak adalah suatu pilihan. Allah tidak pernah memaksa dengan kuasanya agar manusia menyembahNya. Manusia bukanlah robot atau bidak catur di tangan Allah. Manusia yang diciptakan segambar dengan Allah diberikan hak otonomi menentukan hidupnya. Itulah yang terkandung dalam pemberitaan manusia di Taman Eden. Ada larangan dan konsekwensinya. Berarti Allah memberikan kebebasan memilih patuh atau tidak. Patuh bertarti keselamatan dan sebaliknya kebinasaan. Demikianlah juga Yosua dalam pidato menjelang kematiannya. Ia memberikan kebebasan kepada bangsa Israel untuk memilih menyambah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, yaitu Allah yang telah menjadikan bangsa Israel sebagai umat pilihanNya, Allah yang telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir atau memilih menyembah allah lain seperti allah bangsa Amori. Namun bagi Yosua dan keluarganya tidak ada pilihan lain selain hanya memilih Allah Yahwe sebagai Tuhannya[1]. Pilihan yang diambil Yosua bukanlah tanpa pertimbangan. Ia sadar sepenuhnya mengapa memilih Allah yang disembah dalam hidupnya. Bagi Yusua Allah yang disembahnya adalah Allah yang hidup, Allah yang Mahakuasa yang telah mengalahkan setiap musuh-musuh umatNya, yang telah memberikan tanah kanaan kepada mereka. Bagaimana dengan kita? Apakah hanya Allah dalam Tuhan Yesus satu-satunya Allah yang kita sembah?

Pendalaman Nas
Perikop kita bagian dari 10 Hukum Taurat atau Dasa Firman. Dari isinya, Hukum Taurat menekankan tentang dua hal. Pertama, hukum 1-4 mengenai bagaimana seharusnya sikap umat dalam hubungannya dengan Tuhan (vertikal), yang kedua, hukum 5-10 mengenai bagaimana seharusnya sikap umat dalam hubungannya dengan sesama (horizontal). Dalam hal ini Yesus menyimpulkannya menjadi dua hal, yakni mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama manusia[2]. Menurut Yesus itulah isi Hukum taurat. Dalam prakteknya kedua hukum ini harus sejalan. Dan hal inilah yang dosoroti dalam Yohanes 4:22. Mengasihi Allah implikasinya mengasihi saudara, mengasihi sesama manusia. Dan sebaliknya mengasihi sesama manusia bukan sebagai implikasi mengasihi Allah maka seseorang tidak akan dapat mengasihi sesamanya sebagaimana yang dikehendaki Allah.

Ulangan 5:6-7 dalam bingkai peraturan atau hukum dalam hubungan umat dengan TuhanNya. “Akulah Tuhan Allahmu”…. Menurut tradisi Yahudi, kalimat ini terhitung sebagai Titah I, tetapi tradisi kresten menghitungnya sebagai pendahuluan terhadap Dasa Titah secara keseluruhan[3]. Dari kalimat ini sesungguhnya sudah menekankan bahwa anugrah mendahului segala tuntutanNya. Itu berarti Dasa Titah diberikan bukan supaya orang Israel layak dipilih oleh Tuhan, melainkan sebaliknya. Dasa Titah diberikan karena orang Israel sudah dipilih untuk menjadi pedoman hidup sebagai umat Tuhan.

“Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan”. Dari pernyataan ini juga mengandung pengertian (1) mengingatkan bangsa Israel bahwa pembebasan mereka dari perbudakan Mesir bukan kebetulan, bukan kuasa Musa atau Harun tetapi semata-mata oleh karena pertolongan Tuhan. (2) Kalimat ini juga mau menyatakan bahwa Allah yang sudah mereka kenal, paling tidak dikenal nenek moyang mereka Abraham, Ishak dan Yakub adalah Allah/Yahwe yang sudah bertindak menyelamatkan mereka dari perbuadakan Mesir. Jadi ungkapan ini juga sekaligus sebagai penghiburan bagi umat agar tetap tabah dan percaya akan penyertaan Tuhan dalam perjalanan mereka selanjutnya menuju tanah Kanaan. (3) Pengenalan dan peyakinan akan Allah yahwe yang demikian menuntut sikap total dari orang Israel untuk menyembahNya. “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu” menegaskan hal ini.

Pointer Aplikasi
(1) Ada ilustrasi demikian. Ada orang yang jatuh ke dalam jurang yang lumayan dalam. Dalam kegelapan jurang tersebut ia mendengr suara yang menyatakan: “ini tali peganglah agar engkau ditarik keluar dari jurang”. Memang ia melihat ada tali, tetapi juga rupaya ada banyak akar pohon yang meyerupai tali yang juga tidak kalah menyakinkan. Oleh karena itu ia tidak hanya memegang tali tersebut tetapi juga memegang akar pohon yang ada. Akibatnya ia tidak pernah keluar dari jurang. Mengapa? Karena yang satu menarik yang satunya lagi menahan. Ilustrasi ini mengingatkan kita agar jangan setengah-setengah dalam percaya dan menyembah Tuhan, tetapi totalitas. Kalau kita sudah percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruslamat, sembahlah Dia dengan sungguh-sungguh. Jangan hanya sampai level percaya tetapi mempercayakan diri kepada Allah.
(2) Sebagaimana bangsa Israel dalam perjalanan menuju tanah perjanjian bukan tanpa masalah, demikian juga kita dalam hidup menanti kedatangan Yesus yang ke dua kali. Ada banyak masalah yang kita jumpai. Masalah itu bisa dari luar maupun dari dalam. Yang pasti masalah-masalah itu dapat membuat kita tidak patuh kepada Tuhan, meragukan Tuhan dan memang itu yang dikehendaki si setan. Itulah yang terjadi dalam kehidupan umat Israel dalam perjalanannya menuju tanah Kanaan. Oleh karena itu melalui Firman Tuhan Minggu ini mengingatkan kita agar tetap tabah, agar kita tetap patuh dan setia kepadaNya sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruslamat dalam hidup kita. Sebab Dialah Allah di dalam Yesus Kristus yang telah membebaskan kita dari kuasa dosa yang membawa manusia kepada kematian kekal.
(3) Ingat bahwa Yesus pun dicobai si Iblis[4]. Apa lagi kita. Namun tidak perlu kuatir. Yesus telah membuka suatu rahasia yang dapat dipercaya, bahwa Firman Tuhan berkuasa mengalahkan setiap pencobaan yang dilancarkan si iblis. Itulah yang telah dilakukan Yesus. Oleh karena itu pelajarilah Firman Tuhan dan hiduplah sesuai dengan Firman Tuhan, maka kita akan menjadi pemenang, bukan pecundang.

Pondok Gede, 4 Januari 2010
Pdt.S.Brahmana
---------------------------------
[1] Yosua 24:15
[2] Matius 22:37-39
[3][3] Dr.I.J.Cairns, Tafsiran Kitab Ulangan Psal 1-11. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2003, hal. 109
[4] Pembacaan kita, Matius 4:1-11


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment