Tuesday 3 May 2011

Khotbah Yohanes 16:16-20, Minggu 15 Mei 2011

Introitus :
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan airmata akan menuai dengan Bersorak-sorai (Mazmur 126 : 5)

Bacaan : Mazmur 66 : 1-7; Khotbah : Yohanes 16 : 16-20

Thema :
Dukacita diubahNya menjadi Sukacita

Pendahuluan
“Ada waktu bertemu ada waktu berpisah, berpisah untuk bertemu kembali”. Kata-kata ini sering disampaikan oleh seseorang yang hendak pergi meninggalkan orang-orang yang dekat apakah karena masa tugas yang telah selesai, tempat tinggal yang baru, keharusan karena kepentingan banyak orang, dll. Yesus tahu bahwa waktunya tidak lama lagi bersama-sama dengan murid-muridNya. Sebagai Tuhan, guru dan sahabat yang baik Yesus sangat mengasihi murid-muridNya dan memberitahukan bahwa ia akan meninggalkan mereka. Kepergian untuk kepentingan dunia ini bukan kepentinganNya pribadi. KepergianNya membawa dampak yang sangat tidak menyenangkan bagi murid-muridNya. Murid-muridNya akan menangis, meratap dan berdukacita tetapi bagi dunia menjadi sukacita. Read More

Pendalaman Nats
(1) Secara garis besar fasal 15-16 adalah pengulangan dari fasal 13-14, dimana Yesus mengajar para murid dengan bebagai pokok yang penting antara lain perintah kasih, keharusan untuk tetap berpaut pada Yesus sebagaimana Yesus tetap berpaut pada Bapa, doa, Roh penghibur, kekalahan penguasa dunia, perdamaian, penolakan Yesus oleh para murid dan lain-lain. Seluruh percakapan dan ajaran khusus untuk para murid ini dibulatkan dalam bentuk wasiat dan doa agar para murid tetap bersekutu dan melayani orang-orang percaya, sebagaimana Yesus sendiri tetap bersekutu dan melayani Bapa.

(2) Fasal 16 : 16-19 menyatakan bahwa waktu Yesus tidak lama lagi “ Tinggal sesaat saja “ (ada 7 x disebutkan ) bersama-sama dengan para murid. Yesus sebagai manusia yang nyata, yang menghadapi situasi yang suram dengan sikap yang berwibawa yang begitu menakjubkan, karena Ia hidup bergantung sepenuhnya kepada Allah. Hal ini pemberitahuan tersirat yang hendak disampaikan bahwa Ia akan ditangkap, diadili dan dihukum mati. Itu berarti perpisahan, dukacita, tangisan dan ratapan.

(3) Kemanakah Yesus pergi ? Tujuan kepergianNya jelas yaitu “ Aku pergi kepada Bapa” (Ayat 17 b ).Beberapa kali Yesus berkata tentang kembali kepada Bapa. Pada saat perpisahan, jelas bahwa hal ini memenuhi pikiranNya. Ia mengharapkan agar murid-muridNya bersukacita karena Ia pergi kepada Bapa, Ia memandang melampaui kayu salib menuju kenaikanNya yang penuh kemenangan. Namun murid-murid bingung akan pembicaraan seperti ini ( ay 16 ) karena pada saat itu mereka tidak mengerti (Yohanes 14:12; 16:10; 16:28) juga berbicara mengenai kembali kepada Bapa. Bagi Dia pergi kepada Bapa berarti pergi ketempatNya sendiri.Ini sejajar dengan keyakinan bahwa Bapa akan memuliakan Anak ( Yoh 8:54 ), yang memperlihatkan bahwa penyempurnaan misiNya itu pengagungan Anak, walaupun terdapat penderitaan apa pun yang dapat segera terjadi sebelumnya.. Jelas itu adalah melalui kematianNya tetapi bukan akhir dari segalanya melainkan kematian itu menjadi lanjutan karya misi dan visi Yesus bagi dunia.

(4) Secara manusia orang yang ditinggalkan akan merasa sedih, menangis, meratap, dukacita. Itulah yang akan dirasakan oleh murid-murid dalam perpisahan tapi itu hanya sesaat saja tidak selamanya karena diubahkan menjadi sukacita bagi mereka bahkan bagi dunia. Karena pada hari yang ketiga Yesus bangkit dari kematian bertemu dan bersama-sama selama 40 hari lalu naik kesorga dan Roh kudus selalu menemani dan menghibur murid-murid dalam memberitakan Injil. Kesedihan akan berlalu diganti oleh sukacita, linang airmata diganti sorak sorai (Intro : Mazmur 126:5) sehingga semua bersorak-sorai bagi Allah ( Mazmur 66 : 1-7 )

Pointer Aplikasi

  1. Kepada murid-murid Yesus menjanjikan sukacita setelah mengalami kesedihan karena Ia setia mengasihi dunia. Janganlah takut dan gentar, apapun pergumulan kita Yesus dapat menggantikannya dengan sukacita asal kita percaya. Istilah kata bijak: “ Berakit-rakit kehulu berenang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”
  2. Penderitaan kesedihan dan kedukaan bisa dialami karena tidak bersama dengan Yesus, tidak bersekutu denganNya. Dunia banyak menawarkan kebersamaan yang sesaat tapi semua fana (teman, harta, jabatan), dunia bisa menawarkan ketenangan (tenang dengan selingkuh, tenang dengan judi, tenang dengan narkoba) namun bukankah itu dapat berujung penderitaan lagi (kekacauan rumah tangga, kebangkrutan usaha, sakit, dll). Sujud dan sembahlah Tuhan, hanya dekat Allah saja kita tenang.
  3. Seperti seorang perempuan berdukacita pada saat melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah lahir kedunia. Seperti seorang pasien yang hendak dioperasi harus menderita lapar dalam puasa beberapa jam, dibelah dan dilukai lalu dijahit baru bisa mengalami kesembuhan. Seperti petani pohon enau/aren/pola & nira (bhs.karo) ketika telah menikmati manis dan enaknya meminum airnya tidak lagi ingat capek dan susahnya memukul, menyiksa dan memanjat pohon enau walaupun ada duri dan bisa jatuh. Walaupun ada penderitaan yang dihadapi dalam persekutuan dengan Tuhan ingatlah apa yang Tuhan telah perbuat dalam hidup kita. pertolonganNya, pemberianNya, pemeliharaanNya dan sukacita yang telah disediakan yaitu Hidup kekal, kesalamatan selamanya. Bersorak-sorailah dan bersukacitalah dalam Tuhan, Layanilah Tuhan senantiasa, Ia dahsyat dalam perbuatanNya terhadap manusia. Percayalah dan bersukacitalah senantiasa….Amin

Pdt. Karvintaria br Ginting, STh
GBKP Rg. Cijantung, HP : 08126359640

Catatan Sermon:
  1. Kurirak tangke lenga, nepe sawa ibas bulungna. Mesera ibas pertibi, isurga pagi senang dungna.
  2. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketapian, bersakit sakit selalu, bersenang-senang cuma/hanya impina (bila tidak bersama Yesus).
  3. Ada seorang ibu yang mempunyai dua orang anak. Anak ibu ini satu pekerjaannya menjual es dan satu lagi menjual payung. Oleh karena itu setiap hujan ibu ini mengeluh/menderita memikirkan anaknya yang berjualan es. Demikian juga pada waktu tidak hujan, ibu ini juga mengeluh/menderita memikirkan anaknya yang berjualan payung . Jadi baik hujan maupun tidak hujan ibu ini mengeluh memikirkan ke dua anaknya yang mempunyai pekerjaan berbeda. Kalau hujan berarti es kurang laku demikian juga jika tidak hujan payung kurang laku. Namun ketika ia berjumpa dengan penginjil, ibu ini berubah. Ia tidak lagi mengeluh/menderita ketika hari hujan atau tidak. Sebab ia telah mendapat pengajaran mengucap syukur senantiasa. Jika hujan ia bersyukur sebab payung anaknya akan laku, demikian juga ketika tidak hujan dia bersyukur karena jualan es anaknya akan laku.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment