Monday 19 September 2011

Khotbah Mazmur 72:1-5, Pekan Doa Wari VII (Sabtu, 1 Oktober 2011)

Introiutus :
Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin, tetapi meremukkan pemeras-pemeras! (Maz. 72:4)

Ogen : 2 Raja-Raja 20:2-5; Kotbah : Mazmur 72:1-5

Thema :
Berdoa bagi peningkatan spiritualitas pemimpin gereja dan pemerintah dalam setiap tingkatan (Ertoto guna meningkatken Spiritualitas pemimpin gereja ras pemerintah ibas kerina tingkaten)

Pendahuluan
Ibarat sayur tanpa garam yang tentu saja hambar, demikian halnya orang kristen tanpa doa maka kekristenannya akan hambar tidak dapat dirasakan oleh dirinya sendiri apalagi orang lain. Doa merupakan kekuatan bagi orang percaya karena dengan doa orang percaya berkomunikasi dengan yang Maha Kuasa sekaligus wadah interaksi relasi yang baik di dalam mentransfer pengertian/pemahaman sekaligus penerimaan kekuatan, anugerah dan berkat. Sebagai orang Kristen sudah menjadi kewajiban untuk melakukan doa didalam kehidupannya. Doa bukan hanya sekedar menunjukkan hubungan individual/pribadi manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan manusia dengan manusia lainnya dengan sentralnya Tuhan. Semakin banyak kita berdoa maka semakin diasah kepekaan kita didalam relasi dengan Tuhan dan juga sesama manusia. Jadi tidak ada alasan bagi orang percaya dalam perkembangan imannya tanpa melakukan doa.

Demikian pentingnya doa sehingga sering dikatakan Kristen tanpa doa sama saja dengan kristen yang mati, karena doa adalah nafas orang percaya. Akan tetapi hal ini sering hanya statment saja, karena faktanya banyak orang kristen yang “tidak” berdoa atau malas berdoa atau tidak tahu berdoa atau tidak punya waktu berdoa, atau berdoa jika perlu saja atau bahkan segudang alasan lain untuk pembenaran diri tidak berdoa. Jangankan untuk berdoa bagi orang lain (syafaat), doa pribadi saja sering tidak dilakukan dengan baik, bagaimana mungkin nilai kekristenan dapat bertumbuh dengan baik ? Bagaimana mungkin nilai spiritualitas kekristenan dapat bertumbuh dan berkembang tanpa melakukan doa ? Mari kita pahami bahwa doa itu adalah relasi kita dengan Tuhan dalam membentuk diri kita sekaligus mengembangkan/mendewasakan kita dalam kehidupan ini.

Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan kita dituntut menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan. Hubungan tersebut salah satunya diwujudkan melalui doa. Banyak pengharapan dapat kita sampaikan melalui doa kepada Tuhan, dan kita percaya bahwa Tuhan sendiri (Roh Kudus) yang akan menyempurnakan doa kita. Pengharapan yang dimaksud termasuk didalamnya terjadinya keadilan, kesejahteraan bagi umat manusia. Mengutip pemahaman mantan Presiden USA “Jangan tanya apa yang diberikan negara kepadamu, tapi tanyalah apa yang telah kau berikan bagi negara”, membawa kita menjadi warga yang senantiasa harus banyak berbuat sekecil apapun sekalipun sebatas doa. Kita dapat dikritisi untuk semakin membangun kita menjadi manusia yang “berguna”. Banyak yang dapay kita tuntut sebagai hak-hak kita, tapi jangan pernah melupakan tanggung jawab kita. Tanggung jawab orang percaya terhadap gereja dan pemerintah minimal adalah mendoakannya sehingga dalam melakukan pelayanan dan menentukan kebijakan dengan dengan baik.

Pekan Doa hari 7 ini mengajak kita menjadi pendoa bagi pemimpin gereja dan pemerintahan sebagai bentuk peningkatan spiritualitas kita sebagai orang percaya sekaligus bentuk telah berbuahnya kekristenan kita di kehidupan ini. Ini adalah bagian tanggung jawab kita, karena sejahtera kota dimana kita tinggal maka kita juga ikut sejahtera (bd. Yeremia 29:7).

Pendalaman Nats
Kitab Mazmur 72:1-5 merupakan mazmur Salomo dalam bentuk doa kepada Tuhan. Doa ini biasanya dipakai sebagai doa pada waktu mengawali raja naik tahta. Doa ini dilakukan karena pemahaman bahwa raja adalah yang diurapi Allah, oleh karenanya seorang raja harus “melayani” Allah dengan bersikap jujur dan adil, serta memelihara orang miskin karena itulah yang dikehendaki Allah. Tanpa keadilan dan kejujuran maka tidak akan ada kedamaian.

Melalui doa ini ada pengharapan baru bagi terjadinya perubahan didalam pemerintahan melalui pemimpin (raja) pada saat itu. Permohonan bagi raja yang memohon “hukum Allah” diberikan menunjuk kepada pengakuan Allah yang memerintah sehingga keadilan dan kesejahteraan dapat terwujudnyata. Hal mini juga menunjukkan bahwa seorang raja yang diurapi senantiasa perlu ditopang dengan doa kepada Allah agar mendapatkan hikmat di dalam menjalankan kepemimpinannya.

Bagaimana dengan kita ? Bagaimana dengan pemimpin gereja dan pemimpin pemerintahan bangsa kita ? Benar pemimpin gereja dan pemimpin pemerintahan disemua bagian adalah manusia biasa yang tentu dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, kepentingan bahkan desakan-desakan dari setiap lini sehingga dapat lari dari jalur “hukum Tuhan”. Menjadi tanggung jawab kita sebagai orang percaya untuk dapat “menopangnya” melalui doa karena kekuatan doa sangat dasyat pengaruhnya.

Di tengah situasi kehidupan bergereja dan bernegara sekarang, tentu banyak hal yang tidak seperti kita harapkan terjadi. Kebobrokan moral, kesenjangan sosial, kemiskinan, penindasan, korupsi dan lain sebagainya menjadi “tontonan umum” ditengan bangsa kita. Ketika banyak suara keadilan diperdengarkan, justru ketidakadilan semakin meraja lela, ketika pertobatan terus diperjuangkan tapi kebobroikan moral semakin meningkat. Bagaimana ini bisa diperbaharui ? apa yang harus kita lakukan ? jawaban sederhana melalui Pekan doa ini kita diajak untuk melakukan : DOA. Doa bukan hanya merangkai kata-kata tapi doa yang harus dengan sungguh-sungguh serta melakukan doa itu dengan hati yang penuh penyerahan diri kepada Tuhan. Percayalah.... Masih ada pengharapan yang lebih baik. Kita hari ini boleh “berduka” dengan situasi sekarang, tapi akan ada Pelangi setelah hujan... Jadi berdoalah, jangan pernah berhenti.

Pdt. Alexander. S. S.Th
(GBKP Bekasi- Galaxy) Hp. 081386498009
Catatan sermon:
Panggilan kalak sitek salah sada notoken pemimpin, sekali pe pemimpin e labagi ukurna. Inget teladan toto Tuhan Yesus i kayu persilang


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment