Monday 20 January 2014

Renungan / Khotbah 1 Korintus 1:10-17, Minggu 26 Januari 2014

Introitus : 
Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. Filipi 2 : 2

Bacaan : Mazmur 27 : 1 – 9 (Responsoria); Khotbah : I Korintus 1 : 10 – 17

Thema : Bersatu hatilah, dan satulah tujuan

Saudara-saudari dalam Kristus Yesus,
Lidi sebatang akan tetap dinamakan lidi sebatang, tapi apa bila begitu banyak lidi dipersatukan maka ia akan berubah nama dan juga mempunyai fungsi membersihkan yang sangat luar biasa. Demikian juga dengan seutas ijuk, tidak akan ada yang mampu ia lakukan, namun apabila utas demi utas dipersatukan, maka akan berubah nama dan fungsinya. Pertama,lidi, ia akan menjadi atau dinamakan sapu lidi, demikian juga dengan ijuk, akan berubah menjadi tali ijuk atau sapu ijuk. Fungsi dan hasil yang diperoleh akan sangat berarti bagi kehidupan umat manusia. Membersihkan sampah adalah fungsi dati sapu, mengikat sesuatu adalah fungsi dari tali. Dan yang menarik bagi saya bila bias kita memvisualisasikan benda tersebut? Adakah ia protes atau menolak atau bahkan merasa lebih antara satu dengan yang lain. Saya kira masing-masing mereka tidak akan pewrnah mempersoalkan itu. Mengapa? Ya… karena mereka menyadari bahwa bila hanya ada satu, maka tidak akan ada apapun yang bias dihasilkan. Namun dengan menerima satu dengan yang lain, walaupun ada yang kecil, ada yang besar, bahkan diikat saling berdesakan dan dipilin saling menghimpit dan menggulung, namun dari “pengorbanan” untuk saling menerima itu, wah… luar biasa sekali yang di ajarkannya.

Lalu bagaimana dengan kehidupan kita baik dalam kekeluargaan maupun berjemaat. Mengapa begitu banyak dan sering kita menemukan ketidak harmonisan atau perselisihan? Mengapa juga ada semacam “persaingan” untuk menunjukkan “siapa yang lebih besar dan hebat”. Ini bisa berlaku bagi “pribadi” maupun kelompok. Bagi pribadi; ketika ia merasa lebih dari yang lain baik dalam rupa materi maupun non materi. Dan bagi kelompok; ketika ada perasaan bahwa “kelompoknya” lebih besar, lebih kuat, lebih berada, dll disbanding dengan kelompok yang lain. Lalu apa hasil yang diperoleh? Baikkah….? Biasa dan umumnya tidak akan pernah berhasil baik. Apalagi bila unsur tidak mau peduli dan tidak berempati pada yang lain semakin dipelihara. Biasanya hanya akan berujung pada “perpecahan” dan tentunya menuju kehancuran.

Jemaat yang Tuhan kasihi,
Minggu ini kita diperhadapkan pada keberadaan jemaat yang hendaknya ada di tengah-tengah kehidupan kita. Paulus menyatakan keinginan yang terdalam yang sangat ia dambakan. Paulus tidak menginginkan adanya perpecahan di dalam kehidupan jemaat di Korintus. Ia memulai suratnya dengan ungkapan yang sangat luarbiasa yang menyatakan bagaimana keberadaan jemaat Korintus. Pernyataan yang sangat membesarkan hati, pernyataan yang didalamnya terkandung suatu maksud bahwa jemaat ini adalah jemaat yang sudah terbina dengan baik sejak awalnya. Jemaat yang sudah mengalami “pertumbuhan iman” dengan baik pula. Oleh sebab itu melalui pernyataan ini, Paulus ingin menegaskan bahwa sangatlah tidak baik bila jemaat yang sudah tumbuh dengan baik pada akhirnya akan terpecah belah “hanya” oleh “ajaran yang menyesatkan”. Dikatakan menyesatkan karena sedari awal, factor kemanusiaan (keegoan) tidaklah pernah diperlihatkan. Hal ini nyata bila kita melanjutkan membaca pada bagian selanjutnya (ay. 11 dst).

Oleh sebab itu paulus mencoba “mengembalikan hakekat keimanan yang benar> dan dalam kehidupan iman yang benar, tidak ada seorang atau sekelompok orang yang lebih benar atau lebih besar daripada yang lain. Satu-satunya yang benar dan besar itu adalh Tuhan Yesus itu sendiri. Oleh sebab itu, bagi Paulus, setiap manusia yang sudah menerima, belajar, dan bertumbuh didalam Yesus seharusnyalah menyatakan bahwa membesarkan keberadaan Yesus, itulah kehidupan yang sesungguhnya. Menyadari ulang bahwa keberadaan mereka dalam sebuah jemaat bukanlah sebagai sebuah usaha yang dilakukan oleh manusia (pribadi atau golongan tertentu). Namun keberadaan mereka sebagai sebuah jemaat adalah murni sebagi hasil karya pemanggilan Tuhan Allah agar barang siapa yang dipanggil untuk masuk dalam persekutuan kudusNya, menyadari bahwa karenaNya lah mereka bisa ada bersama-sama. Keberadaan mereka adalah untuk masing-masing dimampukan untuk menyatakan bahwa Tuhan Allah mereka lah yang memanggil dan mempersatukan mereka.

Saudara-saudari jemaat pilihan Tuhan
Memang keberadaan kita tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Banyakdan beragam hal yang membedakan kita, baik dari sisi ekonomi, latar belakang pendidikan dan pergaulan. Bahkan lingkungan dimana kita berada juga bisa mempengaruhi.kehidupan kita. Belum lagi situasi kehidupan keseharian kita; yang juga punya andil mempengaruhi kehidupan kita. Semua itu bisa membawa kita untuk memandang bahwa kita berbeda dengan yang lain. Dan biasanya dalam pola kehidupan sosial kita dan pola kehidupan berjemaat kita juga akan terpengaruh oleh hal-hal yang tertulis tadi. Kita cenderung “memilih” siapa yang kehidupannya agak dekat dengan kita, dan kesanalah kita lebih condong.

Bisa kita bayangkan, hal yang sama juga bisa terjadi pada orang lain. Dan bila ini dibiarkan berkembang tanpa ada kendali, maka merupakan potensi konflik yang sangat luar biasa. Tanpa adanya “jembatan penghubung” maka potensi konflik tadi akan berkembang dan akhirnya akan menimbulkan perpecahan. Perpecahan ini bisa merambah ke semua area kehidupan kita termasuk komunitas gereja. Jujur kita mengakui bahwa ini bukan sebuah fenomena tapi memang sudah banyak realitanya.

Saudara dan Saudariku dalam Kristus
Inilah saatnya dimana nasehat Paulus menjadi sangat penting bukan untuk sekedar direnungkan namun untuk bisa diaplikasikan dalam kehidupan kita. Dimulai dengan menyadari bahwa kehidupan kita dengan semua kebaikan yang kita miliki adalah sebuah anugrah yang berasal dari Tuhan. Pada orang lain juga sama. Mereka juga memiliki kebaikan yang berasal dari Tuhan.yang sama. Kita juga meletakkan pengaharapan akan penyertaan dari Tuhan; orang lain juga sama dengan kita. Berarti dari hal yang sederhana ini, ada hal yang harus kita ubah dalam kehidupan di antara kita dengan orang lain, Kita diajak bukan untuk melihat perbedaan yang ada, namun kita diajak untuk melihat dari sisi kehidupan yang sama sebagai anak-anak pilihNya.

Kehidupan yang harus kita upayakan tercipta di antara kita adalah kehidupan yang saling memberi “damai sejahtera” yang berasal dari Tuhan Allah. Jangan pernah merasa bahwa kita lebih baik dibanding dengan yang lain.. namun keteladanan Tuhan Yesus hendaknyalah semakin nyata dalan kehidupan kita. Serahkallah segala kekhawatiran kita hanya bagi Tuhan, percayalah maka tidak ada penantian orang percaya yang tidak dijawab. Sebagai akrir dari khotbah ini adalah seorang yang menyerahkan kehidupan nya kepada Tuhan yang pada akhirnya akan mempeoleh damai sejahtera dengan nikmat surgawi. A m I n,,

Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe
081361131151.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment