Tuesday 27 March 2012

Khotbah 1 Korintus 15:1-3, Jumat Agung, 6 April 2012

Introitus :
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Roma 5 : 8)/
Bacaan : Mazmur 44 : 18 - 27; Khotbah : I Korintus 15 : 1 – 3
Thema :
Kematian Kristus Demi Dosa-dosa Kita
(1) Jumat Agung adalah memperingati peristiwa pengorbannan Yesus di kayu salib untuk melunasi utang dosa umat manusia. Ia merelakan diriNya untuk dihina disiksa bahkan dibunuh dengan cara tidak manusiawi. Namun Ia hadapi itu semua untuk memenuhi panggilan sebagai wujud kasih Allah akan dunia ini (Band Yoh 3:16). KematianNya bukanlah kehendakNya melainkan keputusan yang telah di amanatkan tentang Dia, maka Ia me-nyerahkan segalanya pada kehendak BapaNya yang mengutus Dia hadir di dunia yang saat itu telah berbuat dosa yang luar biasa. Ia telah berkali-kali mengungkapkan pada pengikut-pengikutNya bahwa akhir segala hidup-Nya didunia ini adalah penderitaan di perlakukan tidak wajar bahkan di-bunuh (Band Matius 17:22-23)
Jumat Agung mengingatkan kita kedalam peristiwa sejarah penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Dan peringatan kematian Kristus ada-lah bahagian yang penting dalam sejarah orang-orang percaya bagi Yesus, sebab belum pernah sejarah terjadi seperti itu, dimana saat Ia tergantung dalam Suasana kesakitan, ternyata Ia masih sanggup mengungkapkan kata-kata: Ya Bapa ampunilah kesalahan mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Lukas 23:34a), aneh tetapi nyata. Tanpa penyaliban Kristus maka tidak ada artinya hidup sebagai orang Kristen, sebab Dia telah menggantikan kita (Kahulta bahasa Karo)

(2) Ada sebuah lagu rohani yang kata-katanya: “Setia, setialah, setialah sampai mati. Seperti Tuhan Yesus setialah sampai mati, apakah jawabannmu, untuk kasih setianya. Setia, setialah, setialah sampai mati”. Lirik lagu ini mengingatkan kita sebagai orang Kristen, sebagai mana Kristus setia ter-hadap panggilanNya maka tidak ada hal-hal apapun yang dapat merintangi perjalan hidupNya, yang utama tujuanNya ialah agar kuasa dan kemulian Allah itu terwujud di bumi ini, agar segenap umat manusia percaya bahwa Dialah Yesus anak Allah sebagai wujud kehadiran Allah dibumi ini. Di-mana Yesus setia kepada pengutusnya, maka dari itu kita juga yang telah percaya padaNya maka harus setia juga terhadap panggilan dan pengutu-sanNya. Yesus adalah Injil/Firman yang telah menjadi manusia, hidup bersama dengan manusia dan merasakan apa yang dirasakan oleh manusia (Band Yohanes 1:1-9).

(3) Sungguh luar biasa kepedulian Allah bagi manusia yang tidak berdaya ini di kuatkan kembali lewat kasihNya, maka kita mempercayai Dia dan teguh berdiri walaupun diperhadapkan hal-hal yang tidak sesuai dengan ke-hendak hati, apa lagi saat kita melaksanakan kehendak sang pengutus yaitu Yesus Kristus yang merelakan diriNya di salibkan di Golgota. Kita ber-bangga hidup ini, sebab lewat Yesus Kristus itu kita telah diselamatkan bukan oleh kebaikan namun oleh Anugrah kasih dan setia Yesus Kristus mengantikan kita, agar hubungan yang telah teputus dengan Allah dibuka kembali. Maka dari itu kita telah percaya pada kemaha kuasaan Allah lewat pemberitaan-pemberitaan. Orang percaya bukanlah orang yang hanya memiliki iman dalam Yesus Kristus, melainkan orang percaya adalah orang yang beriman pada Yesus Kristus sebagaimana di beritakan lewat injil, iman itu selalu terikat pada Firman Allah tidak dipengaruhi dunia ini, seperti Yesus mengatakan bukan kehendak ku jadi namun kehendakMu, walaupun ia menawarkan mengambil cawan itu dari Dia (Lukas 22:42). Dan ketundukanNya pada Bapa, mengingatkan kita agar tunduk juga pada Kristus dan Alkitab sebagai Tuhan dan Juruselamat dan hidup menurut Firman Allah. Yesus tunduk tanpa ragu-ragu pada sengsara itu sebab diba-lik sengsara ada kekuatan Allah yang melindungi, demikian juga orang Kristen tunduk tanpa ragu-ragu lagi pada Kuasa kehendak Yesus itu walaupun disana-sini masih ada rintangan dan tantangan orang percaya harus: berpegang teguh pada ajaranNya, percaya pada janjiNya, mengindahkan peringatanNya dan menuruti perintahNya
(4) Penderitaan Yesus adalah menunjukan kesetianNya pada Allah dan ka-sihNya pada manusia, maka lewat kasihNya itu kita berkarya lewat menyampaikan kasih Allah lewat perbuatan kita, kita mulai dari keluarga kita, jemaat kita dan orang lain. Solider Allah bagi manusia, maka kita wajib bersolider bagi sesama. Dan janganlah kita mengandalkan kekuatan kita namun kekuatan Allah yang telah dibuktikanNya saat Yesus ada di dunia ini hingga ia di salibkan, ia tidak berubah maka kita pun tidak boleh berubah-ubah, sekali percaya seumur hidup percaya.

(5) Kesimpulan:
Seseorang yang dekat dengan Tuhan bukan berarti tidak ada air mata, sua-tu saat Tuhan akan ubahkan airmata menjadi mata air. Dan seseorang yang taat kepada Tuhan bukan berarti tidak ada kekurangan, suatu saat Tuhan akan gantikan kekurangan itu menjadi kelimpahan dan seseorang yang te-kun berdoa bukan berarti tidak ada masa-masa sulit, suatu saat pasti ada kelegaan. Masa sukar harus tegar, dan walapun bergumul pasti ada hara-pan.
Selamat mengikuti Perjamuaan Kudus
Salam
Pdt. A. Brahmana S.Th
0813 17054961
Catatan Sermon
  1. Ilustrasi (Kisah Nyata) Jendral Shamila. Dahulu ada sebuah kisah nyata yang terjadi di negara Rusia. Saat itu Rusia dipimpin seorang kaisar yang bertindak sangat diktator, dan setiap peraturan yang dibuat adalah hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga kaisar. Seorang jenderal (Jenderal Shamila) yang tidak setuju dengan tindakan kaisar tersebut memberontak dengan rakyat yang mendukungnya, mereka bergerilya dari tempat ke tempat yang lain. Dengan kondisi bergerilya akhirnya pasokan makananpun cepat berkurang, dan akhirnya makananpun dijatah sehingga menyebabkan banyak orang yang kelaparan. Dalam kondisi ini akhirnya ada orang yang nekat mencuri bahan makanan. Ketika terjadi pencurian, pengawal jenderal melapor: "lapor jenderal, telah terjadi pencurian makanan dari tempat penyimpanan makanan". Jenderal Shamila sangat marah, dengan geram sang jenderal mengeluarkan peraturan baru: "barang siapa tertangkap basah melakukan pencurian, akan dijatuhi hukuman cambuk sebanyak 50 kali dan dipermalukan di hadapan umum". Dengan dikeluarkannya peraturan baru ini tidak ada orang yang berani melakukan pencurian. Satu minggu, 2 minggu dan 3 minggu berlalu tidak ada orang yang berani mencuri bahan makanan, minggu ke 4 ada orang yang berani mencuri bahan makanan. Ketika terjadi pencurian pengawal jenderal melapor: "jenderal, ada orang yang berani mencuri bahan makanan", mendengar laporan ini jenderal Shamila sangat marah, bukan hanya karena terjadinya pencurian tetapi orang yang mencuri tersebut membantah dan memberontak terhadap peraturan yang dibuat oleh jenderal Shamila. Lalu jenderal Shamila memerintahkan supaya pencuri segera ditangkap dan dihadapkan ke hadapan jenderal. Dengan bekerja ekstra keras pengawal jenderal Shamila berhasil menangkap pencuri tersebut. Sebelum pencuri dibawa ke hadapan jenderal Shamila, pengawalnya melapor: "Lapor Jenderal pencurinya sudah tertangkap, tapi bebaskanlah dia, karena dia seorang perempuan yang sudah tua. Jangankan dicambuk 50 kali 5 kali saja, pasti dia sudah mati, kasihan pak Jenderal, bebaskanlah dia! Jangan hukum dia!" Sebagai jenderal yang adil, Jenderal Shamila berkat: "tidak. Siapapun pencurinya harus dihukum". Dengan rasa agak taku pengawalnya menghadapkan pencurinya kepada Jenderal Shamila. Bagai disambar petir di siang bolong Jenderal Shamila terkejut karena pencurinya ternyata adalah ibu kandung jenderal sendiri. Ibunya yang sudah tua yang merawat dia dari sejak kecil hingga bisa menjadi seorang jenderal. Jenderal Shamila bingung harus berbuat apa karena: kalau dia tega menghukum ibunya orang akan berkata bahwa Jenderal Shamila adalah jenderal yang tidak punya kasih, anak durhaka yang tidak tahu berbalas budi, sebagian rakyatnya pasti tidak akan mendukung dia lagi, dan kalau dia tidak menghukum ibunya maka orang-orang akan berkata bahwa dia bukan jenderal yang adil, maka sebagian orang tidak akan mendukung dia lagi. Kebingungan itupun semakin bertambah ketika waktu penghukuman semakin dekat. Pagi hari ibunya dibawa ke alun-alun dengan tangan diikat, lalu ibunya diikat di tiang cambuk. Algojo-algojo jenderal Shamilapun sudah siap dengan cambuknya. Lalu Jenderal Shamila memerintahkan supaya hukuman pun dijalankan, algojo2nya sudah mengangkat cambuk dan akan segera mencambuk ibunya yang tua renta itu. Tapi tiba-tiba Jenderal Shamila berteriak: "Stooop! Jangan dilanjutkan". Jenderal Shamila maju menghampiri ibunya, dia peluk ibunya dan dilepaskan dari tiang cambuk sambil berkata: "Ibu aku mengasihi engkau, aku gak ingin ibu dihukum cambuk, tapi sebagai seorang jenderal yang adil hukuman harus tetap dijalankan". Kemudian, Jenderal Shamila memerintahkan algojonya mencambuk Jenderal Shamila sebagai pengganti ibunya. Cambukan demi cambukan dia terima, dari cambukan pertama hingga cambukan ke 50, akhirnya Jenderal Shamilapun menghembuskan nafas terakhir. Ibunya hanya bisa menangis menyesali tindakannya. Dari cerita ini jelas terlihat bahwa Kasih dan Keadilan dapat bertemu kalau ada pengorbanan. Nach, demikian juga ALLAH yang kasih dan ALLAH yang adil menyatakan kasih dan keadilanNya melalui pengorbanan diriNya di dalam diri YESUS Kristus (Ilustrasi lain: Raju dan Raja).


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment