Friday 28 December 2012

Khotbah Mazmur 72:1-7, 11-14, Minggu 6 Januari 2013 (Ephipanias)

Introitus  :
 Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya (Ulangan 17:19).

Bacaan: Matius 2:1-12; Khotbah: Mazmur 72:1-7, 11-14
 
Thema:
Pemimpin yang adil dan benar (Pemimpin si bujur ras adil)

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus
Kita sering mendengar orang memperbincangkan, mendiskusikan mengenai pemimpin, baik dalam arti orangnya maupun dalam kaitan dengan pengertian, tugas/fungsi, kedudukan, dst dari seorang pemimpin[1]. Bahkan dalam doa kita sering mendoakan para pemimpin agar mereka memimpin dengan adil, benar dan jujur. Dalam konteks pemerintah, agar pemimpin itu memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, terjamin keamananya. Banyak lagi harapan kepada seorang pemimpin.  Demikian pentingnya peranan seorang pemimpin sehingga menjadi perbincangan yang tidak habis-habisnya.

Minggu ini, menurut tahun gerejawi disebut Minggu Ephipanias, kita akan belajar melalui Firman Tuhan Matius 2:1-12 yang menjadi pembacaan kita dan Mazmur 72:1-7, 11-14 yang menjadi nas khotbah mengenai kepemimpinan.  Melalui Pembacaan, kita dapat mempelajari 3 contoh kepemimpinan yakni Orang Majus, Herodes dan Yesus Kristus. Dan melalui perikop khotbah kita akan mempelajari karatristik dan nilai-nilai kepemimpinan yang berkenan kepada Allah. Sebenarnya di dalam Alkitab kita dapat belajar banyak mengenai sosok pemimpin yang baik dan juga pemimpin yang tidak baik. Kita bisa belajar bagaimana kepemimpinan Abraham, Yakub, Yusuf, Musa, Yosua, Saul, Daud, Ahab, Yudas Iskariot, Petrus, Yesus, dsb.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, mari kita  melihat bagai mana kepemimpinan yang diperlihatkan Orang Majus, Herodes, Yesus. 

Kepemimpinan Orang Majus.
Memang Alkitab tidak banyak menyebutkan tentang Orang Majus. Namun demikian, kita dapat belajar banyak darinya.
1. Kepemimpinan yang gigih dan konsisten
2. Kepemimpinan team work yang solit
3. Kepemimpinan yang mau turba (Turun Kebawah), mau bertanya dan mendengar.
4. Pemimpin yang peka terhadap suara hati, suara Tuhan dan mematuhinya

Kepemimpinan Raja Herodes
1. Pemimpin yang Penuh dengan kekuasaan (Otoriter).
2. Pemimpin yang Penuh dengan amarah dan kejam
3. Pemimpin yang munafik dan penuh dengan tipu muslihat.

Kepemimpinan Yesus Kristus
1. Pemimpin yang memperlihatkan sebagai Seorang Gembala Yang Baik (Matius 2:6, Bd.Yohanes 10:1-21).

Melalui ketiga contoh kepemimpinan ini, tentu kita tidak akan meneladani kepemimpinan Herodes. Namun ironisnya, kepemimpinan yang demikian yang sering dipertontonkan. Kita mengharapkan dan mendoakan agar kepemimpinan demikian tidak dipraktekkan oleh setiap orang percaya, terlebih di tengah-tengah gereja, ditengah-tengah jemaat. Alkitab terang menderang mengingatkan akan hal ini, bahwa Allah sangat tidak berkenan. Di dalam 1 Petrus 5:3 disebutkan “Janganlah bertindak sebagai penguasa terhadap mereka yang dipercayakan kepadamu, melainkan jadilah teladan untuk mereka” (Bd.Yehezkiel 22:25; Matius 20:25-27). Imamat 25:43 “janganlah engkau memerintah dia dengan kejam, melainkan engkau harus takut akan Allahmu”. Demikian juga mengenai kemunafikan, tipu muslihat. Yesus mengkritik dengan keras pemimpin-pemimpin agama Yahudi dengan mengatakan “Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.

Bagai mana dengan kepemimpinan orang Majus? Menurut saya, Kepemimpinan Orang Majus cukup baik. Paling tidak mereka sangat gigih. Untuk mencapai tujuan bertemu dengan “Raja Orang Yahudi yang baru lahir” mereka rela berkorban waktu, materi, tenaga dan pikiran. Juga mereka rendah hati dan mau bertanya, terlebih mau mendengar suara Tuhan. Walaupun harus ditambahkan bahwa mereka bertanya dan mau mendengar karena ada maunya, juga opsesi mereka untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan yang mereka digeluti, yakni ilmu falak (astronomi), perbintangan. Berbeda dengan kepemimpinan Yesus. Banyak tokoh-tokoh besar dunia sukses dalam kepemimpinan mereka oleh karena mempraktekkan gaya kepemimpinan Yesus, yakni Kepemimpinan Seorang Gembala, kepemimpinan yang melayani dan bukan untuk dilayani (Matius 20:28, Markus 10:45).

Kepemimpinan gembala berbeda dengan kepemimpinan serigala (menghalalkan segala cara agar tetap survive). Kepemimpinan gembala mengacu kepada prinsip kepemimpinan “4M”:
(1) M = Mengenal; (2) M = Mengasuh; (3) M = Mengayomi; (4) M = Melindungi.

Dan kepemimpinan ini dilandasi dasar “kasih” yang sejati, kasih agave. Tujuan utamanya tidak lain bagaimana domba-dombanya selamat dan menjadi gemuk-gemuk (bd.Mazmur 23:1-6). Dan kehidupan Yesus selama 33 tahun dan 3 tahun diantaranya melakukan pelayanan, memperlihatkan kepemimpinan sebagaimana telah disebut para nabi, khususnya nabi Yesaya “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini (Yesaya 9:5-6).

Saudara yang kekasih, karatristik kepemimpinan demikianlah yang disebutkan dalam Mazmur 72:1-7, 11-14. Kata kunci di dalam nas kita ini tidak lain kepemimpinan yang berlaku adil, jujur, serta peduli dan mau perpihak kepada mereka yang miskin, lemah dan yang tertindas, serta berani dengan tegas menghukum kejahatan (ayat 4).

Jadi, berbicara mengenai pemimpin, saudara dan saya adalah juga pemimpin[2]. Sebagaimana definisi kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi, maka sebagai orang percaya kita semua dipanggil untuk mempengaruhi setiap orang agar percaya dan hidup seturut dengan kehendak Allah, yakni hidup berlaku adil dan benar, juga yang peduli dan mau bertindak memberikan keberpihakan dan pertolongan kepada mereka yang lemah, miskin, dan teraniaya karena diperlakukan tidak adil. Apakah kita  sudah menjadi seorang pemimpin yang adil dan benar? Saya percaya bahwa kita mau meneladani kepemimpinan Yesus, kepemimpinan seorang gembala. Dan hidup dalam takut akan Tuhan (Introitus) atau hidup dalam persekutun dengan Tuhan Yesus kita akan mampu melakukan panggilan sebagai pemimpin/kita akan berbuah (Bd.Yohanes 15:5). Amin.
Pdt.S.Brahmana


[1] Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan (Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: CV Rajawali, 1988), hlm. 33). Dan bagaimana dengan kepemimpinan rohani? Ada beragam definisi mengenai kepemimpinan rohani atau Kristen. (1) “Kepemimpinan adalah pengaruh.” (Oswald J. Sanders). (2) “Tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah.” (Robert Clinton); (3) “Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil oleh Allah untuk memimpin; dia memimpin dengan dan melalui karakter seperti Kristus; dan menunjukkan kemampuan fungsional yang memungkinkan kepemimpinan efektif terjadi.” (George Barna); (4) “Kepemimpinan rohani adalah menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah.” (Henry & Richard Blackaby)
[2] Contoh kepemimpinan seorang anak gadis yang tinggal di rumah Naaman (2 Raja-raja 5). Walaupun dia hanyalah seorang anak gadis kecil, dan seorang tawanan di tanah yang asing baginya. Walaupun dia tidak memiliki suatu posisi  apapun, sebab dia tidak lebih dari seorang budak dan keadaannya sepertinya tidak ada harapan. Tetapi, dia mampu mempengaruhi istri majikannya dan tuannya, Namaan yang sakit kusta untuk pergi ke Israel dan kemudian menjadi sembuh


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment