Thursday 25 April 2013

Khotbah Yohanes 17:20-26, Minggu 12 Mei 2013

Introitus : 
Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. Filipi 2 : 2

Bacaan : Pilipi 2 : 1 – 4 (Tungga); Khotbah : Johanes 17 : 20 – 26 (Tunggal)

Thema : 
Hendaknya Kita Semua Bersatu

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh; pepatah ini sudah sangat kita kenal dalam kehidupan kita. Seperti lidi : bila hanya satu maka dia tidak akan mampu untuk menyapu sampah tapi bila satu ikatan, maka ia akan mampu untuk membersihkan sampah itu. Namun ungkapan bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh bila kita renungkan lebih mendalam lagi maka akan sangat terasa bahwa mengucapkan jauh lebih enteng ketimbang melakukannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Yang paling sederhana jawabnya ialah karena di antara kita sering kali muncul perbedaan-perbedaan yang kerap ngga bisa dipertemukan. Jangankan dengan orang lain, dengan diri kita sendiri sering kali antara hati dan pikiran kita bisa berbeda dan sangat sulit dipersarukan. Dan akibatnya, kita akan mengatakan “pusingggg”.

Kembali pada masalah perbedaan tadi, memang kita harus akui bahwa kita diciptakan tidak sama oleh Tuhan. Antara aku, kamu dan dia, tidaklah sama, baik fisik, psikis, pikiran, keinginan atau selera. Tapi toh dalam realitanya tidak mungkin tidak ada titik temu yang bisa mempertemukan perbedaan-perbedaan itu. Apalagi ketika kita berbicara dalam konteks yang lebih kecil lagi, yaitu keluarga atau gereja atau juga sesama umat pilihan Tuhan. Saya berkeyakinan bahwa perbedaan yang ada itu huga bagian dari ciptaan Tuhan, tapi bikan untuk menunjukkan kekacauan tapi bagaimana dengan perbedaan tersebut pada akhirnya muncul suatu yang indah, baik dan menyenangkan bukan hanya bagi sesama manusia tapi terlebih Tuhan.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Melalui khotbah minggu ini, ada 2 tokoh sentral yang sangat menonjol dalam kehidupan keberimanan kita yaitu Yesus Kristus pada bagian bacaan khotbah dan Paulus pada introitus dan bacaan pengantar. Ada keinginan yang sama dan sangat mendasar yang diungkapkan oleh masing-masing mereka. Keinginana yang sama dan mendasar itu adalah tentang kata “bersatu” (kebersamaan pada kesatuan). Kita akan mulai melihat dari sisi pandangan atau keinginan Paulus. Paulus mengawali dengan menekankan hubungan Tuhan dengan jemaat Filipi yang seterusnya mencoba menggali bagaimana relasi jemaat dengan Tuhan dan jemaat dengan jemaat. Sungguh luar biasa cara yang dipakai Paulus untuk menyampaikan kebenaran yang sejati tentang kata “hidup bersama (bersatu). Bersatu dengan Tuhan itu yang utama, dan bersatu dengan sesama adalah jawaban atau respons atas kasih Tuhan yang mempersatukan kehidupannNya dengan kita manusia. Alur pikir Paulus menjadi sangat nyata ketika ia menyatakan kata “supaya genap sukacitaku” . Sukacita Paulus bukan sekedar mendengar atau “nantinya” bisa melihat dengan mata kepala sendiri keberadaan jemaat Filipi, tapi yang terpenting baginya adalah itulah kehidipan yang semestinya terjadi pada umat percaya sehingga mereka menjadi saling peduli dan juga saling mengasihi dengan tulus. Dan lebih dari itu, Paulus menyadari bahwa dengan “kebersatuan” itu akan menjadi “senjata” yang sangat ampuh untuk menangkal pengajaran sesat dan keberadaan orang-orang yang berkedok dalam nama Yesus ( 1 : 15, 30).

Lali bagaimana dengan Yesus, ini juga suatu yang sangat luar biasa..... Yesus adalah sosok yang sangat mengenal siapa dan bagaimana para murid. Yesus juga sangat menyadari bahwa para murid bukanlah sosok sempurna, tapi nantinya para muridlah yang berperan penting dalam perkembangan Injil sepeninggal Yesus. Ini bisa kita rekam ulang dari bagian-bagian Alkitab yang memperlihatkan “kekurangan” para murid. Kita diingatkan bagaimana para murid “memperebutkan tempat” tentang siapa yang layak duduk disebelah kanan dan kiri Yesus. Demikian juga kita diingatkan tentang “kebingungan” para murid ketika Yesus mempertanyakan tentang “siapakah Dia”. Menyadari bahwa Yesuslah “yang memilih” berarti Dia jugalah “yang bertanggungjawab”. Dan Yesus tidak lari dari kedua hal itu, oleh sebab itu Dia “mengadu dan meminta” pada Tuhan Allah (Bapa yang mengutus Yesus).

Ada dua hal penting yang Tuhan Yesus minta pada Allah yakni “mengeluarkan sisi-sisi negatif (pelepasan dan pengudusan)” dari para murid dan “mengisi nilai baru” pada kehidupan para murid. Mengeluarkan sisi negatif dapat kita lihat sampai pada ayat 19. Ini tidak dapat dipisahkan karena tujuan dari “pelepasan dan pengudusan” ini adalah agar “misi Injil Yesus” yang diembankan pada mereka “berhasil” (ay. 20). Dan semangat yang mereka pakai adalah bukan siapa yang memberitakan tapi apa yang diberitakan. Dan ungkapan yang sangat dekat dengan ini adalah ALL FOR ONE, because ONE DO IT FOR ALL. Dengan kata lain ‘doa Yesus” berhasil.....

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Lalu, pelajaran apa yang bisa kita dapatkan melalui khotbah minggi ini. Saya menawarkan ada beberapa hal yang patut kita perhatikan :
  1. Sedari awal penciptaan manusia, kita diciptakan Allah dengan perbedaan. Manusia laki-laki dan perempuan berbeda, tapi merekalah yang dipersatukan Allah untuk menjadi banyak dan lebih banyak lagi. Apalagi setelah Allah memberkati Abraham, maka manusia semakin banyak lagi; ini berarti semakin banyak juga perbedaan. Namun secara iman, ada yang tidak berbeda yaitu Allahnya. Dan sama seperti pandangan Paulus dan Yesus maka solusi mengatasi perbedaan menjadi satu adalah dengan mengedepankan Allah dengan segala keinginanNya. Adapun keinginanNya dangat sederhana yaitu Kasihilah Tuhan Allahmu dan Kasihilah sesamamu manusia. Berusahalah........
  2. Saya punya ungkapan : Bersatu dalam perbedaan memang sangat susah, Tapi bila yang berbeda itu bisa bersatu maka akan menjadi indah. Dengan ungkapan ini, kita harusnya bisa menyadari bahwa di setiap perbedaan pasti ada keinginan yang baik dan positif. Mencari, menemukan serta mempersatukan semuanya itu memang dibutuhkan perjuangan dan mungkin saja pengorbanan. Tapi bila dudah menemukan maka akan sangat “memuaskan”. Sama seperti seorang pelukis, yang pertama yang ia lihat adalah beditu banyak warna, tapi ngga tahu mau dijadikan apa. Itu karena si pelukis belum menemukan tujuan atau apa yang mau dilukis. Tapi ketika ia menemukannya, maka warna yang berbeda itu justru menjadi “kekayaan” yang sangat berharga baginya. Kita juga dengan segala kelebihan dan kekurangan kita adalah “sesuatu yang sangat berharga bagi Tuhan”
  3. Ada hal yang sangat perlu dihindari baik yang ditekankan oleh Paulus maupun Yesus yaitu “penyakit keAKUan” atau egoisme. Penyakit ini yang tidak diinginkan hadir dalam kehidupan kita. Tinggalkan AKU dantikan KITA. Bukankah KITA menyuarakan semangat mau menerima kehadiran perbedaan dalam kehidupan kita. AKU, sebaik atau sebagus apapun dia akan punya kecenderungan pengagungan diri dan pada akhirnya mengarah pada ketersisihan.
  4. Bersatulah, karena Tuhan Yesus sudah terlebih dahulu berdoa bagi kita supaya kita “bersatu”.
Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe, STh.
081361131151


Artikel lain yang terkait:



1 komentar:

Anonymous said...

syallommm........

saya seorang pelayan di gereja gbkp,runggun pasar baru munte..saya hanya ingin usul,agar disetiap nats khotbah,ada baiknya ditambahkan satu atau lebih ilustrasi yang mendukung nats khotbah.agar dalam penyampaianya,lebih gampang diterima oleh jemaat..terimakasih TUHAN yesus memberkati

Post a Comment