Sunday 26 May 2013

Khotbah Mazmur 119:97-104, Pekan Keluarga Wari III, 04 Juni 2013

Introitus : 
Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam (Mazmur 1:2).

Bacaan : Ulangan 6:1-9; Khotbah : Mazmur 119:97-104

Thema : 
”Jabu Si Ersembah Man Dibata” atau “Keluarga Yang Menyembah Tuhan”

Kata Pengantar
Perkembangan teknologi mendukung manusia bekerja lebih mudah dan efektif, tetapi tidak jarang kemajuan teknologi berdampak negatif, misalnya penggunaan internet, Hp, BBM dll, sama halnya dengan kemajuan tingkat pendidikan, kepangkatan, jabatan, kemajuan ekonomi dll. Semua kemajuan tersebut di atas, sangat baik mendukung pencapaian kebahagiaan manusia. Tapi jika kemajuan-kemajuan tersebut di tanggapi tanpa moral dan etika yang benar akan berpotensi menjadi bencana bagi rumah tangga. Kemajuan-kemajuan akan baik hanya jika dikelola oleh orang yang takut akan Tuhan. Dinamit di tangan pekerja tambang “ahlinya” berguna menolong mereka dalam pekerjaannya, tapi dinamit di tangan penjahat menjadi senjata yang menghancurkan.

Mari kita mengamati moral dan etika manusia di sekitar kita; media masa memberitakan banyak terjadi tindakan kriminal, sadisme, peredaran dan pemakaian narkoba dan rupa-rupa kecemaran moral lainnya. Semua persoalan-persoalan tersebut mempengaruhi kedamaian dan kebahagiaan rumah tangga, sebab semua orang adalah bagian dari keluarga. Pada akhir-akhir ini kita bertemu manusia yang sulit membedakan yang benar dan yang salah, tidak bertindak tegas mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Ada orang yang mengambil keputusan diantaranya; tidak memilih benar atau salah tapi bersikap “ abu-abu.”

Melalui kata pengantar ini kita mengenal semua orang adalah anggota keluarga dan jika orang tidak memegang Taurat Tuhan akan menjadi lemah dan mereka akan menjadi sumber pergumulan yang menggangu kebahagiaan dan kedamaian rumah tangga. Penyebab persoalan di dalam rumah tangga bukan hanya anak-anak seperti pendapat sebahagian besar orang. Siapa asaja, orang dewasa, orang tua, ayah atau ibu yang lalai dalam tanggung jawab dan Firman Tuhan akan menjadi penyebab pergumulan rumah tangga.

Pemberitaan
Kekuatan cinta menyebabkan orang yang mencintai rela berkorban segalanya; pikiran, perasaan, pengetahuan, waktu dll kepada obyek yang di cintainya. Mari kita bayangkan apa yang di lakukan pemazmur ketika ia mengatakan “Betapa kucintai Taurat-Mu, aku merenungkannya sepanjang hari”. Pastilah pemazmur senantiasa rindu mempelajari, merenungkan dan bergaul dengan Taurat Tuhan. Dalam teori psikologi di sebutkan; bahwa dengan siapa manusia lama bergaul dan jika ia mengaguminya akan mempengaruhi cara pandang dan sikap hidupnya. Jadi mari kita nilai keuntungan apa yang didapatkan pemazmur yang digerakkan cintanya bergaul dengan Taurat Tuhan dalam waktu yang panjang dan mempelajarinya ?

Ilustrasi cinta pemazmur kepada Taurat Tuhan kira kira demikian; Para perokok tidak akan mengatakan “Aku mencintai engkau rokok!” Namun tindakan para perokok adalah sikap cintanya yang dalam kepada rokok. Para perokok menempatkan rokok berperan penting di dalam hidupnya. Jika ia sakit kadang ia lupa makan obat, tapi ia tidak pernah lupa rokoknya. Ketika ia membeli sesuatu meski harganya tergolong murah masih di tawar lebih murah lagi tapi harga rokok yang semakin mahal pun dapat di terimanya dengan senang hati. Ketika harga kebutuhan pokok melambung tinggi, diamana-mana terjadi unjuk rasa, tapi ketika harga rokok yang naik tinggi, para perokok yang ikut berunjuk rasa tersebut dapat menerimanya dengan lapang dada. Demi kenikmatan, para perokok tidak peduli harga dirinya tercoret sebab orang menilainya sebagai manusia yang tidak bijaksana menghargai berkat Tuhan dan kesehatan. Ketika rokok si perokok habis, walau hari malam dan gelap, hujan deras dan dingin, para perokok akan terus berjuang, dengan gigih diterobosnya rintangan menuju warung penjual rokok. Para perokok telah mengabdikan segenap hidupnya kepada rokok. Jangan lupa, ilustrasi ini hanya untuk menerangkan apa yang dilakukan pemazmur karena cintanya kepada Taurat Tuhan, pastilah pemazmur telah bersikap seperti sikap para perokok.

Dampak cinta kepada Taurat Tuhan telah menyebabkan pemazmur lebih bijaksana mempertimbangkan dan memutuskan suatu perkara melebihi musuh-musuhnya (anak-anak dunia). Orang-orang jahat demi kepentingannya berani mengambil keputusan walau menyakiti lawan-lawannya. Tapi orang yang merenungkan Taurat Tuhan lebih berhikmat, segala keputusannya bernilai tinggi, mendamaikan di bumi dan di senangi Tuhan. “Orang yang di gonggong anjing jangan balas menggonggong anjing tersebut, atau orang yang di gigit anjing jangan membalas dengan menggitnya lagi”. Keputusan orang yang berhikmat bukan karena berbalas tetapi kebijaksanaannya sehingga pergumulan yang pahit dapat di beri rasa yang baru iaitu manis.

Bagi orang yang berhikmat tidak ada pergumulan yang terlalu kuat dan berkuasa, semua pergumulan akan diatasinya menjadi kebaikan. Semua pergumulan akan menjadi pengalaman yang berharga atau menjadi jalan menuju sukses. Jadi bagi anggota keluarga yang cinta Taurat Tuhan, yang mempelajarinya siang dan malam, hikmatnya akan bertumbuh baik maka di dalam rumah tangganya dan di dalam pergaulannya tidak akan ada pertikaian atau permusuhan yang menjadi besar atau dendam. Semua anggota keluarga yang cinta Taurat Tuhan akan bersikap mendukung pertumbuhan suka cita.

Mencintai Taurat Tuhan akan membuat lebih berakal budi dari si pengajar. Akal budi sering di sebut inti hidup, pendorong kehendak, pembentuk kepribadian. Banyak terjadi pengajar-pengajar moral dan etika tidak memakai ajarannya. Misalkan ada oknum guru mencabuli muridnya, oknum polisi menjadi pengedar dan pemakai narkoba, pekerja sosial menjadi pemburu harta karun dll. Orang yang sungguh-sungguh mempelajari Taurat Tuhan menjadikannya warna kehidupnya. Ucapannya nyata di dalam perbuatannya yang tulus, tidak memelihara dusta.

Rumah tangga yang memelihara dusta, masing-masing anggota keluarganya akan egois, menutup diri. Kewajiban yang mereka lakukan hanya sebatas permainan saja, seperti pemain sinetron memerankan perannya masing-masing. Kebahagiaannya tidak nyata. Akal budi hendaknya menjadi kekayaan utama anggota keluarga supaya setiap anggota keluarga dapat mengerjakan dan merasakan kebahagiaan yang nyata. Tidak ada dusta diantara anggota keluarga dan tidak ada suami yang takut akan istri.

Karena itu cukupkanlah pengajaran Firman Tuhan kepada anggota keluarga. Dahulukanlah pembentukan akal budi agar anggota keluarga dapat memahami tujuan Allah dalam kemajuan atau pergumulan tidak menjadi bencana. Supaya anak-anak yang sukses tetap takut akan Tuhan, hormat kepada orang tua dan hidup di dalam kasih, mereka cinta kepada pengajaran dan tegoran. Karena cinta akan Taurat Tuhan membuat orang yang semakin sukses semakin berakal budi, semakin tua semakin berakal budi, semakin banyak pergumulan di hadapinya semakin berakal budi, semakin banyak pengalamannya semakin berakal budi dll, merekalah keluarga yang berbahagia.

Mencintai Taurat Tuhan membuat lebih berpengertian dari orang tua. Umumnya orang menilai orang dewasa (umurnya lebih tua), yang pendidikannya lebih tinggi, atau status sosialnya lebih tinggi dll akan lebih pintar, lebih punya pengertian. Pendapat tersebut belum tentu tepat menjadi pertimbangan menentukan orang lebih berpengertian. Tidak selamanya orang yang lebih tua, yang lebih berpengalaman, yang lebih tinggi pendidikannya, yang lebih terkemuka di dalam masyarakat akan lebih berpengertian. Tetapi orang-orang yang mau belajar kepada Tuarat Tuhan perasaannya, pengertiannya atau kesensitifannya akan lebih tajam. Akibat ketidak tajaman perasaan dan pengertian mansuia akan mempengaruhi tingkat kecerdasan sosialnya. Pendengarannya tuli dan tidak gampang memahami teriakan orang yang minta tolong. Mereka sering di liputi rasa curiga sehingga sulit mempercayai. Pengertian yang baik akan membuat orang gampang memahami dan menerima didikan serta gigih membuang segala keegoisan.

Jika anggota keluarga tidak memiliki pengertian, terancamlah keutuhan dan kebahagiaan rumah tangga. Akibat kurang pengertian hubngan suami istri yang sudah menjalani pernikahannya dalam waktu yang panjang, bahkan ada yang sudah menjadi kakek dan nenek tidak mampu menyelesaikan perselisihannya lalu bersepakat cerai. Orang yang menjauhkan diri dari Taurat Tuhan keegoisan atau emosinya akan lebih bertumbuh di banding pengertiannya. Betapa pentingnya pengertian bertumbuh baik, sebab akan membuat orang pintar menilai dan menerima situasi dan membijaksanainya. Anak-anak yang cukup pengertiannya selalu hormat dan cinta kepada orang tuanya, ia akan menjadi penghibur bagi orang yang berduka dll. Tetapi orang yang kurang pengertiannya, kehadirannya sering menjadi penyebab permasalahan.

Kesimpulan
Orang yang mencintai Taurat Tuhan dan yang mempelajarinya padanya cukup pengetahuan mengenal kebenaran dan apa yang salah dan dengan rasa tanggung jawab yang tinggi tegas menentukan pilihan yang benar. Ia menutup semua celah supaya kehendak dosa yang dapat mengganggu kedamian rumah tangga tidak dapat mempengaruhi “menguasai” anggota keluarga. Sebaliknya ia membuka pintu lebar-lebar untuk menyambut berkat kebahagiaan dan damai sejahtera yang terjadi oleh karena Taurat Tuhan.

Pdt.Ekwin W Ginting
GBKP Sitelusada


Artikel lain yang terkait:



1 komentar:

Anonymous said...

makasih atas Renungan.x hri ini.. sangat membantu...

Post a Comment