Friday 17 May 2013

Khotbah Yesaya 32:15-20, Minggu 19 Mei 2013 (Pentakosta I)

Introitus : 
“Maka Roh TUHAN meliputi aku dan TUHAN berfirman kepadaku: "Katakanlah: Beginilah firman TUHAN: Kamu berkata-kata begini, hai kaum Israel, dan Aku tahu apa yang timbul dalam hatimu”/” Kesah TUHAN engkuasai aku, jenari isuruh TUHAN aku nehken berita enda man bangsa e, "O bangsa Israel, Kueteh nge kai si ikatakenndu ras si irencanakenndu” (Yehezkiel 11:5).

Bacaan : Yohanes 14:15-26 (Tunggal); Khotbah : Yesaya 32:15-20 (Responsoria)

Thema : 
“Roh Kudus membaharui dan memperdamaikan seluruh ciptaan Tuhan” (Kesah Sibadia empelimbarui ras Mperdameken kerina Tinepa Dibata).

Renungan
Patut kita mengucap syukur dimana oleh karena kasih setia Tuhan kita boleh kembali memperingati dan merayakan turunnya Roh Kudus (Pentakosta) di tahun 2013 ini. Peristiwa yang mengingatkan kita sebagai orang percaya bahwa Yesus tetap menyertai kehidupan anak-anakNya. Ia tidak pernah meninggalkannya. Peristiwa Pentakosta menggenapi atau mengaminkan hal tersebut. Oleh karena itu, peringatan Pentakosta seharusnya mengingatkan kita akan maksud dan tujuan turunnya Roh Kudus kepada manusia, antara lain sebagaimana thema kita “Roh Kudus membaharui dan memperdamaikan seluruh ciptaan Tuhan” (Kesah Sibadia empelimbarui ras Mperdameken kerina Tinepa Dibata). Berarti setiap orang yang menerima Roh Kudus akan terjadi pembaharuan di dalam hidupnya. Dan itu tidak hanya berdampak bagi dirinya, tetapi juga sekitarnya. Itu artinya, ditengah-tengah dunia, khususnya di Indonesia ini, gereja sebagai persekutuan orang percaya, persekutuan orang-orang yang telah menerima Roh Kudus akan menjadi alat Tuhan untuk membaharui dan memperdamaikan seluruh ciptaan Allah. Thema kita sungguh relevan dengan tahun pelayanan GBKP di tahun 2013 ini yakni “Peningkatan Solidaritas Eksternal”. Hal ini menekankan bahwa pelayanan gereja tidak hanya sebatas internal dirinya tetapi juga eksternal dirinya. Itu berarti bagaimana GBKP menyikapi konteksnya saat ini. Berati bagaimana kehadirannya bermakna di dalam konteknya, Indonesia umumnya, kelokalannya khususnya.

Dalam Bukunya “Mengantisipasi Masa Depan” pada halaman 56-74, Gerrit Singgih menyebutkan 5 kontek besar bangsa kita saat ini yang harus disadari gereja dalam kehadirannya:
  1. Konteks kepelbagaian. Kontek yang tidak dapat dipungkiri hidup ditangah-tengah bangsa kita ini adalah kepelbagain, suku, budaya, agama.
  2. Konteks kemisinan. Menurut Badan Pusat Statsitik (BPS), pada 2012, penduduk miskin sekitar 12,15 persen atau 29,13 juta jiwa. Sementara pada 2013 pada angka 11,23 persen. Prosentase ini setara dengan 27,48 juta penduduk. Jika menganut makna kemiskinan versi Bank Dunia, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada 2013 mencapai 97,9 juta jiwa. Atau setara dengan 40 persen penduduk (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/12/06/melmxl-orang-miskin-di-2013-tak-berkurang, 6 Desember 2012). Setiap hari 450 anak Indonesia meninggal karena kelaparan (Yayasan Youth Ending Hunger, Suara Pembaharuan, 7 Juni 2001 (http://sekitarkita.com/2002/01/presiden-perempuan-mampukah-mengubah-bencana-menjadi-berkah-bagi-perempuan, 22 Januari 2002).
  3. Konteks penderitaan manusia. Kontek penderitaan dekat dengan konteks kemiskinan. Tetapi bukan hanya orang miskin yang menderita melainkan banyak orang lain juga yang tidak miskin. Misalnya karena kangker, Aids, ketergantungan terhadap obat-obat tertentu yaitu korban narkoba. Para korban narkoba sering kali sekaligus menjadi penderita AIDS karena mereka tidak hati-hati menggunakan alat-alat transfuse. Keluarga-keluarga mereka juga sangat menderita bukan hanya karena tidak dapat berbuat apa-apa melainkan juga diperberat beban rasa malu menghadapi apa yang sedang terjadi. Juga penderitaan akibat kekerasan disebabkan oleh pelanggaran hak-hak azasi manusia. Kita membaca di Koran, dari siaran TV bagaimana didepan aparat sekelompok masyarakat berbuat anarkhi dengan merusak bahkan membakar rumah ibadah, rumah penduduk yang dianggap penganut ajaran agama tertentu. Yang masih hangat baru-baru ini diberitakan bagimana berutalnya yang namanya geng motor yang membuat banyak orang menderita akibat ulah mereka. Mardijo, ketua atau yang biasa disebut dengan jenderal geng motor di Provinsi Riau, dibekuk polisi. Kejahatan pria yang akrab disapa Klewang (58) ini luar biasa kejinya.Dia tak cuma mencuri dan perampas, bersama komplotannya Klewang tak segan memperkosa korbannya (http://www.merdeka.com/peristiwa/jenderal-dan-panglima-geng-motor-ditangkap-polisi-di-riau.html, 12 Mei 2013).
  4. Kontek ketidakadilan termasuk ketidakadilan gender. Perlakukan diskriminataf terhadap suku, agama atau gender tertentu masih dirasakan sampai sekarang.
  5. Konteks kerusakan Ekologis. Terjadinya banyak banjir bandang, longsor, kemarau panjang, bajir dan suhu semakin panas realitas bahwa ekologis emakin hari semakin mengalami kerusakan.

Kita harus mengingat Firman Tuhan ini. Yeheskiel 11:5 “Maka Roh TUHAN meliputi aku dan TUHAN berfirman kepadaku: "Katakanlah: Beginilah firman TUHAN: Kamu berkata-kata begini, hai kaum Israel, dan Aku tahu apa yang timbul dalam hatimu”. Jika Roh Kudus sungguh ada meliputi kita, maka tidak akan ada keraguan apapun bagi kita untuk mengatakan dan melakukan kebenaran Tuhan. Berati tidak hanya mengingatkan orang lain, tetapi juga mengingatkan diri kita jika telah menyimpang dari kebenaran Tuhan, dan menjadi terdepan melakukan kebenaran Firman Tuhan itu. Tentu kebenaran yang relevan sesuai dengan konteks Indonesia sebagaimana telah disebutkan dan ditambah konteks kelokalan kita. Ingat Allah itu maha tahu, Ia tahu apa pun bahkan dalam hati kita sekalipun.

Alangkah luarbiasanya dampak Roh Kudus sebagaimana disebutkan dalam Nas renungan kita, Yesaya 32:15-20. Dalam konteksnya, Padang gurun seringkali merupakan tempat yang tidak aman, dimana sering terjadi perampokan, perebutan sumur air dan tempat-tempat penggembalaan, dan sering menjadi tempat pertikaian dan adu kekerasan di luar hukum, akan terjadi sebaliknya. Akan menjadi kebun buah-buahan bahkan karena suburnya dianggap seperti hutan. Perubahan yang sangat kontras. Dan hal ini terjadi karena Roh Tuhan yang dicurahkan berdampak bagi manusia yang diberi mandat mengelola dan memalihara alam, yakni perubahan hidup yang sebelumnya hidup dalam kebenarannya sendiri, kini hidup berdasarkan kebenaran Allah sehingga ada ketenangan dan ketenteraman. Sebagaimana disebutkan di dalam ayat 16, di gurun pasir akan berlaku keadilan dan di kebun buah-buahan akan tetap ada kebenaran. Hal ini mau mengatakan walaupun Roh Kudus telah dicurahkan, tidak berarti tidak ada lagi gurun pasir dalam hidup ini yakni penderitaan, atau di kebun buah-buahan yang subur tidak ada lagi masalah, sebab disana juga sering ada gangguan-gangguan dan pencurian atau unsur-unsur kejahatan yang merusak. Namun jika setiap orang hidup dalam tuntunan Roh Kudus maka kapanpun dan dalam konteks apapun ia akan melakukan keadilan dan kebenaran. Disana akan ada ketenangan dan ketentraman.

Benar, hidup dalam kebenaran Allah atau hidup menuruti segala perintahNya tidak mudah. Sementara sebagaimana di dalam Yohanes 14:15 menyebutkan bahwa tanda kita mengasihi Yesus adalah menuruti segela perintahNya. Kita memang mengasihi Yesus, tetapi dalam realitanya kita lebih mengasihi diri sendiri. Oleh karena itu marilah dengan sungguh-sungguh mohon ampun akan kelemahan kita, dan memohon dengan kerendahan hati agar di dalam kita memperingati dan merayakan Turunnya Roh Kudus ini, sungguh Roh Kudus membaharui hidup kita untuk berani dan sungguh-sungguh menuruti segala perintahNya sehingga akan terjadi hidup damai dengan semua ciptaan. Amin.

Pdt.S.Brahmana


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment