Tuesday 4 June 2013

Khotbah Rut 1:1-22, Pekan Keluarga Wari VI, 7 Juni 2013

Introitus : 
Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Galatia 3 : 28)

Bacaan : Johanes 4 : 1-10; Khotbah : Rut 1 : 1-22

Tema : 
Keluarga melayani tanpa batas (Jabu ngelai desken juma la erbaleng).

PENDAHULUAN
Siapakah yang suka melayani ? pertanyaan ini mungkin akan dijawab oleh banyak orang “ Saya suka melayani” tetapi dalam prakteknya bukankah lebih banyak orang yang suka dilayani….bak seorang tuan yang dilayani oleh budak/pembantunya, atau seorang pemimpin yang dilayani bawahannya.

Subjek yang melayani biasanya sering diasumsikan denga posisi atau derajat yang lebih rendah sedang subjek yang dilayani sering diasumsikan dengan posisi atau derajat lebih tinggi. Pekan kebaktian hari yang ke-VI ini akan membimbing kita untuk memiliki hati dan memberi diri, mengutamakan kepentingan dan kebahagiaan orang lain. Melayani yaitu memposisikan diri sebagai hamba kepada siapapun ( beda suku, jenis kelamin, derajat, agama ) tanpa kecuali dengan dilandasi kasih Tuhan Yesus yang telah lebih dulu melayani kita manusia.

TAFSIRAN
Ayat 1-4 , dilatarbelakangi terjadinya kelaparan di tanah Israel (krisis pangan) mengungsilah Elimelekh, isterinya Naomi dan kedua anaknya yaitu : Mahlon dan Kilyon ke daerah Moab. Moab adalah bagian Timur Laut mati. Negeri ini di diami keturunan Lot. Selain negeri tetangga Moab adalah negeri yang pernah dihukum Tuhan karena orang-orangnya bersikap jahat terhadap orang Israel sewaktu dalam perjalanan keluar dari Mesir (kisah Sodom dan Gomora).

Di Moab keluarga Elimelekh menjadi pendatang yakni orang yang meninggalkan daerah asalnya karena bencana (perang, kelaparan, wabah penyakit) untuk menetap di daerah lain. Pendatang adalah warga kelas dua dengan hak-hak terbatas terkait kepemilikan tanah, pernikahan, hukum, partisipasi ibadah public, dan kewajiban berperang. Untuk kehidupan sehari-hari, mereka mengandalkan kebaikan hati penduduk setempat. Tidak hanya Elimelekh leluhur Israel juga pernah mengungsi ke tempat lain karena terjadi kelaparan seperti Abraham ke Mesir (Kej 12: 10), Ishak ke Filistin (Kej.26:1), Yakub ke Mesir (Kej.46: 2-4).

Naomi ditinggal mati oleh suaminya Elimelekh. Kedua anak Naomi mengambil perempuan Moab menjadi isterinya (Orpa dan Rut). Setelah 10 tahun berdiam dinegeri Moab Naomi kembali kehilangan anggota keluarganya karena kedua anaknya mati. Kehidupan Naomi mengalami kepahitan dalam hidupnya. Naomi yang artinya “ menyenangkan” dalam bahasa Ibrani tetapi hidupnya penuh dengan kepahitan (Mara)

Ayat 5-18, Setelah mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan umatNya dengan memberikan makanan kepada mereka, maka Naomi dan kedua menantunya berangkat pulang ke tanah Yehuda.

Kejadian-kejadian yang telah menimpa hidupnya menempa pribadi Naomi menjadi sadar diri, harus bangkit untuk menjalani hidup dengan menantunya. Tetapi dalam perjalanan Naomi berkata kepada menantunya untuk pergi dan pulang masing-masing ke rumah ibunya (ayat 8 & 12). Dibalik penderitaan yang di alami, Naomi masih berfikir bagaimana membahagiakan menantunya sehingga ia menawarkan menantunya untuk kembali ke rumah ibunya, ke bangsanya. Naomi juga menekankan supaya menantunya menikah kembali. Sebaliknya sebagai menantu Orpa dan Rut juga sangat mengasihi ibu mertuanya, sehingga ketika Naomi menyuruh mereka pulang Orpa dan Rut menangis keras dan berkata “ tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu”. Ketika untuk kedua kalinya ketika Naomi menyuruh menantunya pergi Orpa dan Rut tetap menangis keras, lalu Orpa mencium mertuanya untuk minta diri tetapi Rut tetap berpaut padanya. Rut berkata : “jangan desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau ; sebab kemana engkau pergi, kesitu jugalah aku pergi, dan dimana engkau bermalam disitu jugalah aku bermalam; bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku”. Disini kita melihat bagaimana Rut mengakui pernikahannya mengikat kasih kepada suaminya juga kepada mertuanya/keluarganya, bangsanya dan juga Tuhannya.

Ayat 19-22 : Ketika Naomi dan Rut sampai di Betlehem (tempat asalnya), orang-orang menyambutnya dengan menyebut namanya : “Naomi kah itu ? “. Kata Tanya disini menunjukkan seru karena gembira atas kembalinya Naomi dan mereka menyambutnya. Tetapi Naomi merespon sapaan itu dengan mengatakan “jangan sebut namaku Naomi; sebutkanlah aku Mara,…………...” (ayat 20). Perspektif Naomi, kemalangan yang menimpanya akibat Tuhan memberi kesaksian yang memberatkan dirinya dan ia dinyatakan bersalah (Ayat 21) sehingga Naomi merasa tak berdaya menghadapi Tuhan sebagai lawannya kecuali memohon belas kasihan Tuhan. Kepulangan dari babak hidup yang susah dan pahit Naomi dan Rut sampai di Betlehem yang pada saat itu musim panen (musim menuai jelai). Panen adalah saat gembira untuk merayakan kebaikan dan kemurahan Tuhan, juga saat yang tepat untuk berbuat baik kepada orang miskin. Suasana gembira tersebut amat penting artinya bagi Naomi yang sedang susah. Musim panen ini pula lah yang akan menjadi cerita awal kisah hidup Rut yang adalah seorang perempuan asing pindah agama memeluk agama Israel. Lalu Boas mengambil Rut dan perempuan itu menjadi isterinya dan melahirkan Obed yang menjadi silsilah sampai kepada kelahiran Yesus.

PENGENAANNYA
Seperti Naomi dalam kesusahan dan kepahitan hidupnya, ia masih memperhatikan kebahagiaan orang lain. Ketika kita memperhatikan kebahagiaan orang lain seturut dengan itu kita bisa melupakan kesedihan diri sendiri. Berkat Tuhan di terima, kasih Tuhan dinyatakan sehingga walaupun dalam keadaan susah masih bisa melayani orang lain. Melayani tidak dibatasi oleh kesusahan, melayani tanpa batas.

Pergumulan dan persoalan kehidupan yang dihadapi Naomi tidak membuatnya mempersalahkan diri sendiri (penyesalan yang berkepanjangan) atau menyalahkan keadaan atau yang ekstrim menyalahkan Tuhan. Justru dari persoalan yang ada dia bangkit menghadapi keadaan dengan menerima malapetaka yang Tuhan berikan dalam hidupnya. Dibalik penderitaan ternyata Tuhan merancangkan berkat yang besar kepada Naomi. Walaupun kedua anaknya telah mati tetapi Naomi menerima berkat anak laki-laki yang bernama Obed (band.Psl 4 : 17 ).

Ilustrasi : “Bercermin dikaca atau melihat keluar kaca”
Bercermin dikaca menjadi kebiasaan setiap orang untuk memperhatikan dirinya sendiri. Biasanya ketika bercermin setiap orang akan memperbaiki apa yang belum rapi artinya melayani diri sendiri. Namun tidak jarang kita juga sering melihat keluar melalui kaca jendela, pintu, mobil, dll. Ketika kita melihat keluar kaca jendela maka kita bisa memperhatikan keadaan diluar. Mungkin kita melihat bagaimana susahnya seorang pemulung mencari makan, menderitanya orang sakit yang terbaring di ruang intensif, terbebannya saudara kita dalam ekonomi keluarganya, dll. Dengan melihat keadaan itu kita bisa menyadari bahwa bukan hanya kita dan keluarga kita yang punya persoalan kehidupan. Bangkitlah dan lakukan sesuatu bagi sekeliling kita. Melayani orang lain bukan hanya melayani diri sendiri. Selamat melakukan ya ?......

Pdt. Karvintaria br Ginting, STh


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment