Friday 19 December 2014

Renungan / Khotbah Roma 2:17-29, Minggu 4 Januari 2015

Introitus :
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di Jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemoh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. (Mazmur 1 : 1-3 )

Bacaan : Yesaya 63 : 7 – 9; Khotbah : Roma 2 : 17 – 29

Thema : Lakukanlah Taurat Tuhan (Ikutkenlah Undang-undang Tuhan).

Jemaat yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus
Waktu adalah bagian dari hidup manusia. Sebab dengan waktu, manusia dapat mengukur hasil pekerjaannya. Dengan waktu kita mengatur perjalanan pekerjaan dan hidup kita. Apa saja kegiatan kita, pasti berkenaan dengan waktu. Seluruh perjalanan hidup kita, selalu dibagi atas tiga waktu : waktu lampau, waktu kini dan waktu yang akan datang. Waktu lampau adalah pengalaman yang dapat menjadi pelajaran untuk waktu kini dan waktu yang akan datang. Waktu lampau berhubungan erat dengan waktu kini, dan waktu kini berhubungan erat dengan waktu yang akan datang. Apa yang kita lakukan sekarang ini sebenarnya sudah setengah dari apa yang kita lakukan di waktu yang akan datang. Oleh sebab itu kecemasan waktu kini adalah kecemasan waktu yang akan datang. Dari pengalaman hidup yang sudah kita lalui di tahun yang lalu, tentu saja kita ingin mengubahnya dengan perjuangan dan harapan agar di tahun yang baru ini akan lebih baik. Untuk mewujudnyatakan harapan tersebut marilah kita kembali kepada firman Tuhan yang menjadi perenungan kita di minggu pertama di tahun baru ini.

Thema untuk minggu ini mengingatkan kita untuk melakukan Taurat Tuhan. Dalam Mazmur 1:1-3 ( introitus) ,19:8-9,119:1,memuji Hukum Taurat sebagai jalan untuk tetap berada dalam perkenaan Allah dan menerima berkat Allah. Kebahagiaan dan hidup yang sejati diperoleh dengan mendengar, menaati dan melakukan Hukum Taurat. Kata Ibrani diterjemahkan dengan “Hukum”atau “Taurat”adalah Torah yang berarti “pengajaran” atau “petunjuk”. Karena petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada Musa di gunung Sinai(Kel.20:1;Bil.10:10) begitu penting. Hukum Taurat tidak dimaksudkan hanya sebagai seperangkat peraturan untuk di taati tapi juga bertujuan untuk menolong umatNya tetap dalam perkenaan kepada Allah dan tetap merdeka. Disamping apa yang sudah diberikan oleh Allah di gunung Sinai, ada juga peraturan- peraturan lain yang ditemukan dalam kitab Ulangan, yang berisikan “Hukum kedua”. Pemberian Hukum kedua oleh Allah menunjukkan bahwa Hukum Taurat tidak ditetapkan sekali untuk selama-lamanya. Hukum itu berkembang dan berubah. Sesudah pembuangan, para ahli Taurat dan Rabi Yahudi bertanggung jawab untuk menafsirkannya, mengubah dan mengembangkannya guna menghadapi situasi yang baru. Di zaman Yesus juga melakukan hal yang sama(Mat.5:21-39). Yesus mengubah beberapa peraturan Taurat tetapi bukan untuk meniadakan Hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya(Mat5:17). Yesus merangkum makna Hukum Taurat menjadi: Kasih kepada Allah dan sesama manusia(Mat.22:37-40,Ul.6:4,Im.19:18). Rasul Paulus juga terus menafsirkan ulang Hukum Taurat. Seperti Yesus, Rasul Paulus juga menyimpulkan makna Hukum Taurat sebagai Kasih(Rom.13:9).

Dalam nats khotbah Roma 2 :17-29, Rasul Paulus menegaskan bahwa semua orang disambut dalam kerajaan Allah, tanpa membedakan seseorang Yahudi atau bukan Yahudi. Tanpa memperhatikan apa yang mereka makan, pada hari apa mereka beribadah, atau apakah mereka di sunat atau tidak disunat. Paulus mengatakan bahwa seseorang di selamatkan oleh kasih Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, bukan karena mengikuti seperangkat peraturan (Rom.10:4,Gal.5:1-6). Menurut Paulus Hukum Taurat bermanfaat sebab ia menunjukkan dosa kita(Rom.3:20,Gal.3:19), dan memperlihatkan apa yang suci dan yang baik (Rom.7:12,Rom.2:17-18). Kita sebagai anak-anak Tuhan yang oleh karna kasih Allah yang telah dinyatakanNya sebagai umatNya yang tidak akan berlaku curang(Bacaan Yes.63:7-9) semestinya menyukuri,menghargai dan hidup untuk melakukan Taurat Tuhan.

Peraktik sunat menimbulkan perdebatan dikalangan jemaat kriten perdana. Sejumlah orang Kristen Yahudi yang hidup menurut hukum taurat merasa bahwa mereka dan setiap pengikut Kristus yang bukan orang yahudi harus menaati semua Hukum taurat dan melakukan semua praktek ritualnya,termasuk sunat(Kis11:1-2,22:17-24). Paulus tidak menerima akan hal ini. Menurut Paulus sunat bermakna hanya jika dapat menaati seluruh hukum taurat. Sunat sejati adalah sesuatu yang terjadi dalam hati bukan hanya secara lahiriah saja(Rom.25-29). Bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya,tapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya (Gal.6:15).

Salah satu ujian bagi kita adalah ketika memasuki tahun baru ini. Kita tidak akan pernah luput dari berbagai tantangan dan problema kehidupan. Kekuatan kita hanyalah bersandar kepada kuasa dan kasih Allah dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Marilah kita persiapkan dirikita, keluarga kita, pekerjaan dan pelayanan kita kepada ketaatan terhadap perintahNya, hidup untuk selalu rindu dengan Taurat Tuhan. Hanya dengan bekerja, berdoa dan berharap kepada janji Tuhan kita Yesus Kristus akan menjadikan segala sesuatu baru menjadi sempurna dan abadi. Amin.

Rg.GBKP Cileungsi 
 Pdt. Terima Tarigan


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment