Thursday 19 August 2010

Sermon-Khotbah Imamat 19:16-18, Minggu 29 Agustus 2010

BIMBINGAN KHOTBAH TGL 29 AGUSTUS 2010
----------------------------------------------------
Oleh Pdt. Esra Bukit STh.
Introitus:
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara -saudara diam bersama dengan rukun (Mazmur 133 : 1)
Bacaan: Roma 13 : 8 10; Khotbah: Imamat 19 : 16 – 18
Thema:
Dengan Cinta kasih, mau saling mengampuni
(Keleng ate nggit ngalemi salah)
Pendahuluan :
Kitab Imamat ditulis sekitar tahun 1445 – 1405 Seb.Masehi, dan merupakan Kitab yang ke tiga yang ditulis oleh Musa setelah kitab Kejadian dan Kitab Keluaran.
Kitab ini di tulis untuk mengajar umat Israel dan para Imamnya bagai mana caranya menghampiri Allah melalui ’darah dan pendamaian’ dan untuk menetapkan standar kehidupan kudus yang diatur dan ditetapkan oleh Allah bagi umat pilihanNya.
Dua tema penting dalam kitab Imamat yang di tekankan yaitu : Perdamaian dan Kekudusan. Keidupan kudus itu di aplikasikan melalui standar-standar moral ( Fsl. 18:1-22:33 ) yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bukti umat Tuhan.Banyak perbuatan yang tidak baik yang harus dihindarkan ( ada lebih 29 kali kata ’jangan’ didalam fasal 19 ini ) ”Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakanlah kepada mereka : Kuduslah kamu sebab Aku TUHAN Allahmu kudus” ( Imamat 19:2 ) Dengan demikin kita lihat kehidupan moral itu sangat mendapat tempat di dalam kehidupan sehari hari umat Israel.

Penjelasan Teks.
16.Janganlah engkau pergi kian kemari menyebarkan fitnah diantara orang orang se bangsamu janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; akulah TUHAN. 17.Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.18 Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang orang sebangsamu, melaikan kasihilah sesamamu manusia sep erti dirimu sendiri; Akulah TUHAN ( Imamat 19 : 16 – 18 )

1. Standar moral dalam prilaku hidup sehari-hari harus ditaati agar relasi sosial antara sesama dapat berjalan harmonis. Ancaman keharmonisan hubungan antar sesama itu pemicunya antaralain yaitu fitnah. Fitnah dapat memicu retaknya bahkan hancurnya hubungan antar sesama sehingga merupakan satu ancaman yang mengerikan, sebab akibatnya hancurnya kerukunan,hancurnya tatanan kehidupan yang harmonis. Menyebarkan fitnah kesana kemari sangat merusak tatanan kebersamaan umat yang telah dibangun oleh Allah melalui satu proses panjang, sepanjang perjalanan di gurun pasir menuju tanah perjanjian. Dalam PB. Tuhan Yesus menegaskan bahwa kata-kata yang keluar dari mulut harus dipertanggung jawabkan di hari penghakiman.
2. Fitnah dan kebencian merupakan sahabat karib yang harus di perangi dan dihindarkan dari dalam hati manusia,karena kebencian yang ada dalam hati manusia membuahkan kehancuran dan kematian. Sasaran/ korban dari kebencian bukan siapa-siapa tapi saudara sendiri. Oleh karena itu kebencian harus dihindarkan/dihentikan, dan apa bila ada yang salah dapat ditegor dengan terus terang, dinasihati dengan penuh cinta kasih, sehingga terhindar dari kebencian, dan didalam hati tidak ada pemikiran sesat yang dapat mengundang dosa bagi diri sendiri dan bagi orang lain ( umat Tuhan itu sendiri ) karena kebencian itu dihentikan, tidak berkembang dalam hati yang dapat merugikan bahkan membinasakan orang lain.Bandingkan kebencin yang ada dalam hati Kain terhadap saudaranya Habel, dendam dari Esau kepada adiknya Jakub. Penulis Surat Amsal menekankan perlu menjaga hati, karena dari situlah sumber/penggerak prilaku manusia. ” Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan” ( Amsal 4:23 )
3. Akibat ketidak puasan atau dirugikan orang sering me-respon dengan pembalasan/ menuntut balas yang berakibat menghancurkan tatanan kehidupan damai. Itu sebabnya ditekankan ”jangan menuntut balas dan jangan menaruh dendam” dan sebagai penggantinya ”tetapi kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” ( ayat 18) Perbuatan pembalasan yang dilandasi dengan dendam tidak pernah menyelesaikan masalah tapi sebaliknya membuahkan kekerasan yaitu kekerasan psikhis, kekerasan pisik, kekerasan ekonomi dan kekerasan struktur. Dalam khotbahnya Yesus menegaskan bahwa hukum pembalasan ( lex talionis ) yang diterapkan dalam P.L, diganti dengan hukum kasih; ” kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” bahkan lebih ditegaskan lagi oleh Tuhan Yesus ; ”kasihilah musuhmu”.....bila orang menampar pipi kirimu,beri juga pipi kananmu ! ( band. Lukas 5: 27 -29 ) Dalam pembacaan dari Roma 13 : 8 – 10 ditekankan bawa dengan mengsihi sesama manusia ia sudah memenuhi hukum Torat jadi kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Aplikasi/Renungan :
1) Antara harapan dan kenyataan
  • a. Hidup dengan rukun adalah dambaan dari anak-anak Tuhan, seperti yang di ungkapkan oleh peMasmur :” Sungguh alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara saudara diam bersama dengan rukun! ” ( Masmur 133 : 1 ) tetapi untuk mendapatkan hidup dengan rukun dan damai tidak gampang, tetapi yang terjadi justru sebaliknya
  • Dalam kenyataan sehari-hari kita dapat lihat justru yang sering timbul adalah konflik yang berkepanjangan, baik antara pribadi dengan pribadi, antara keluarga dengan keluarga, antara kelompok dengan kelompok, antara suku dengan suku ( mis. Di Papua ) antara kelompok dangan kelompok di dalam satu agama ( mis. Ahmadiyah, perpecahan didalam Gereja)
  • Penyebabnya juga beraneka ragam antara lain : Egoisme, tidak sepaham, tidak mau menerima orang lain bagai mana adanya, kepentingan pribadi, kepentingan kelompok,kepentingan polotik, kebencian, pembalasan oleh karena dendam yang berkepanjangan dll. Rasul Paulus dalam surat Galatia menggolongkan sebagai : ” perbuatan daging” antara lain perseteruan, perselisihan, iri hati,amarah, kepentingan diri sendiri, (Band.Galatia 5 : 20) Ini semua adalah penyakit manusia sejak jaman Adam ( band. Perisistiwa Kain dan Habil ) yang patut diwaspadai.
2) Cinta kasih sumber kedamaian.
  • Kita dipanggil oleh Tuhan untuk saling mengasihi,saling menerima dan saling mengampuni sebagai kebalikan dari menyebar fitnah, kebencian, dendam yang dapat mengundang dosa yang lebih besar lagi. Untuk mencapai kedamaian perlu pendamaian. Prinsip dasarnya ialah pendamaian oleh pengorbanan dari Kristus di Kayu salip untuk kita. Pendamaian itu digambarkan dalam kitab Imamat 16 ;32 ; ” Dan pendamaian harus diadakan oleh imam......” Istilah ”pendamaian” ( bhs Ibr. Kippurim, dari akar kata kaphar yang artinya ”menutupi” ) mengandung gagasan menutup dosa dengan memberikan pembayaran yang setara, sehingga telah dibayarkan pengganti kerugian yang setara/memadai. Hal tersebut kelihatan dengan jelas dalam persembahan korban untuk perdamaian dengan darah kambing jantan yang disembelih sebagai ganti darah/nyawa umat Tuhan ( Imamat 16: 15 -16 ) Keteladanan Kristus sebagai anak domba domba Allah yang mengorbankan dirinya untuk kita itulah sebagai dasar bagi kita untuk saling mengampuni.
  • Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak terjadi konflik-konflik yang merusak hubungan kita dengan sesama, (akibat fitnah, dendam,kebencian) apakah itu saudara, keluarga, teman sekerja, sesama jemaat, sesama pelayan. Bagai mana kita menyikapinya ? bagai mana solusinya ? Lihatlah kepada sosok Yesus, Dialah ’penyembuh yang terluka’ ketika masih tergantung disalib, Dia berkata: ” Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang diperbuatnya Dengan melihat dan mengenl Yesus secara pribadi sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah hal yang amat penting, yang dapat membawa kita kepada pemikiran dan sikap mental yang positif, sebab sikap kita dapat :

    Menjadikan kita utuh atau menghancurkan kita
    Memberi kepada kita sahabat atau musuh
    Menjadikan kita utuh atau hancur
    Menyembuhkan membuat kita gelisah atau merasa tenang
    Membuat kita susah atau merasa senang

    Perubahan sikap kita ditentukan oleh kemauan kita sendiri, yang dimotifasi Firman Tuhan dengan bimbingan Roh Kudus. Dengan kemauan dan tindakan nyata penuhilah pikiran kita dengan hal-hal yang positif. Rasul Paulus mengajak kita : ” Jadi akhirnya,saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia,semua yang adil, semua yang suci,semua yang manis semua yang sedap didengar,semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,pikir kanlah semuanya itu ” ( Pilipi 4: 8 )
  • Dengan mengandalkan Firman Allah yang melekat dalam hati, kita didorong oleh kuat kuasa Roh Kudus memampukan kita untuk saling menerima dan saling mengampuni, karena itu marilah kita :
    · Huduplah dalam persekutuan dengan Allah
    · Miliki sikap rendah hati
    · Berpilirlah positif
    · Hidup dalam Firman dan pimpinan Roh Kudus

    -----------------------

Catatan Sermon

  1. Salah satu kendala untuk dapat saling mengampuni ialah sulit mengakui kesalahan. Tidak ada pengakuan, tidak ada pengampunan. Jangan seperti “perbebe Seberaya, enggo pe ia arah teruh/talu, tapi ikatakenna ia menang erkiteken tanna I datas” (seperti pergulatan orang Seberaya, walaupun sudah berada dibawah/kalah, tetapi ia merasa menang karena tangannya di atas).
  2. Bagaimana mnelakukan Firman Tuhan, Imamat 19:16-18? Memang hal ini sulit dilakukan. Namun tidak berarti tidak bisa. Kita harus biasa sebab Allah telah memberikan Roh Kudus memampukan kita. Jika kita dijolimi: (1) tegur dan dinasehati; (2) jika tetap menjadi-jadi menjolimi kita, jangan membalas, sebab pembalasan adalah hak Tuhan (Roma 12:19). Yakinkan Firman Tuhan dalam hati kita bahwa orang boleh saja mereka-reka yang jahat kepada kita, tetapi ada Allah yang berkuasa membuat itu menjadi berkat kepada kita, seperti apa yang dialami Yusuf (Kejadian 50:20).


Artikel lain yang terkait:



1 komentar:

Benget Simamora said...

Terimakasih Tuhan Yesus... Engkau begitu dalam mengasihi kami, ajrlah kami bertindak mengasihi sesama manusia seperti diri kami sendiri. Mengasihi berarti mengampuni kekurangan dan kesalahan kawan, mengasihi berarti dapat menerima keberadaan kawan. Selamat mengsihi sesama manusia seperti diri kita sendiri.

Post a Comment