Friday, 14 June 2013

Khotbah Matius 10:16-22, Minggu 23 Juni 2013 (Minggu 4 Setelah Trinitatis)

Introitus : 
"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Matius 10:16)

Pembacaan : Galatia 4:4-9 (Responsoria); Khotbah : Matius 10:16-22) (Tunggal)

Thema : Cerdik seperti Ular dan Tulus seperti Merpati

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Allah,
Allah telah menyatakan diriNya melalui kasihNya kepada manusia dengan banyak cara/bentuk. Kita sangat menyadari bahwa berkat hidup yang diberikan bagi kita adalah Anugerah. Demikian halnya yang kita miliki atas pengetahuan, hikmat bahkan segala apa yang kita miliki atas keberadaan kita menyadarkan kita tentang kebaikan Allah terhadap kita anak-anakNya. Kebaikan Allah tentu harus direspon dengan apa yang harus kita lakukan sebagai Anak Allah di dalam kehidupan ini. Artinya kita tidak bisa pasif dengan iman yang kita miliki. Sebagai Anak-Anak Allah tentu menjadi tanggung jawab kita melakukan perintahnya yang salah satu diantaranya menjadi saksi akan kasih Allah bagi dunia ini. Kesaksian yang dimaksud berhubungan dengan perbuatan kita untuk menyatakan kasih Allah di tengah-tengah kehidupan ini. Tentu pekerjaan menjadi saksi bukanlah hal yang mudah sebab hal pertama yang harus kita kuasai adalah diri kita sendiri. Ditengah perkembangan jaman yang semakin canggih ini tentu membentuk berbagai keberadaan kehidupan manusia itu sendiri. Dalam hal inilah Allah menghendaki peran kita sebagai anak-anakNya sekali apapun yang akan kita alami dan hadapi diharapkan kita tetap menunjukkan keberadaan kita.

Berbagai krisis yang kita alami ditengah kehidupan ini semakin mengingatkan dan menyadarkan kita tentang jati diri kita sebagai anak-anak Allah. Keberadaan kita sebagai anak Allah semakin “dipertanyakan” seiring dengan merosotnya nilai-nilai kemanusiaan ditengah kehidupan zaman ini. Sering sekali perkembangan zaman ini kita jadikan “kambing hitam” sekalipun sebenarnya kita yang tidak mampu mempertahankan identitas kita. “homo homini lupus” (manusia menjadi serigala bagi yang lainya) menjadi hal biasa bahkan jadi tontonan bagi kita. Ketidakpedulian satu sama lain bahkan perampasan hak orang lain seolah “wajar” ditengah perkembangan global sekarang ini..... Akan Tetapi ingat dan sadarilah bahwa... “semuanya itu tidak wajar dihadapan Allah”.

Allah didalam penyataanNya menunjukkan bagaimana rancanganNya baik bagi semua ciptaanNya. Bahkan bagi manusia dinyatakanNya rancangan damai sejahtera bukan rancangan celaka. Hal ini menyadarkan kita untuk kembali tersemangati menunjukkan perilaku Allah didalam kehidupan ini. Karakter ilahi menjadi perjuangan kita sehingga nampak kemuliaan Allah di dalam kehidupan dunia ini melalui kita anak-anakNya... So... apa yang harus kita lakukan....?... Apakah kita mundur, apakah kita takut ? Atau ada pertanyaan di dalam diri kita bagaimana mungkin ....? dsb

Minggu ini Allah mengingatkan kita tentang kasihNya yang memperlengkapi murid-muridNya (anak-anakNya) dengan hikmat yang besar. Satu hal yang harus kita sadari bahwa Allah maha tahu dan Dia tahu tentang kita umat/anakNya. Ketika Tuhan mengutus kita sebagai anakNya maka Tuhan Allah itu sendirilah yang memperlengkapi kita melakukan kehendakNya dengan menjadikan kita sebagai anakNya bukan lagi hamba (bd. Galatia 4:7). Sebagai anakNya kita diutus melakukan kehendakNya sekalipun tantangan yang harus kita hadapi sangatlah berat/besar.

Perlengkapan yang dinyatakan Allah bagi yang diutusNya adalah Kecerdikan dan Ketulusan. Menghadapi kehidupan situasi zaman sekarang ini sering sekali kita dibingungkan harus dimulai dari mana. Hal ini disebabkan pengalaman di dalam kehidupan ini ketika kita mau melakukan kebaikan saja sering kita mendapatkan “ketidakbaikan” di dalamnya. Artinya sekalipun kita merancang atau melakukan sesuatu yang baik tidaklah menjadi jaminan kita mendapatkan hasil yang baik, sehingga muncul sikap apriori di dalam kita melakukan kebaikan tersebut. Sebagai anak Allah Minggu ini kita diingatkan tentang berkat Tuhan bagi kita yaitu Kecerdikan. Cerdik yang dimaksud bukan dalam tujuan yang tidak baik atau untuk menipu orang lain, akan tetapi kecerdikan yang dimaksud di dalam nats ini adalah kemampuan kita untuk melakukan kehendakNya dengan mempergunakan segala yang kita miliki. Yesus sangatlah menyadari situasi dan tantangan yang akan dihadapi murid-muridNya di dalam mengabarkan kabar baik/ menjadi saksi Kristus, akan tetapi Yesus juga tidak pernah menghendaki murid-muridNya mengalami kegagalan. Oleh karenanya, kecerdikan yang dimaksud dihubungkan dengan mempergunakan segala talenta yang dimiliki untuk memenangkan tantangan yang dihadapi. Sekalipun begitu beratnya pergumulan kita, atau begitu hebatnya tantangan yang harus dihadapi (digambarkan kita diutus seperti domba ditengah serigala) dimana seolah tidak ada pengharapan menang/hidup sekalipun, tapi senjata yang diberikan Allah kepada kita (kecerdikan) tersebut akan memenangkan kita.

Kecerdikan yang diberikan tersebut haruslah dirangkai dengan kata ketulusan. Artinya ketika kita hanya mengandalkan kecerdikan maka kita cenderung mengandalkan diri sendiri/kemampuan bahkan ke “aku” an kita yang berdampak kepada kegagalan missi yang harus kita lakukan. Ketulusan dihubungkan dengan pengakuan yang berhubungan juga dengan menempatkan posisi Allah menjadi yang utama. Kita harus menyadari bahwa melakukan kehendak Allah berarti pekerjaan Allah lah yang kita lakukan yang tentu saja kemuliaan itu adalah milik Allah. Ketika kita melakukan kehendak Allah maka disanalah kemegahan kita.

Saudara yang dikasihi Tuhan,
Ditengah kehidupan jaman kita sekarang ini melakukan kehendak Allah : kasih, kebenaran, kebaikan, keadilan, damai dsb, menjadi sesuatu yang begitu sulit bahkan ada yang menganggap “mustahil”, tapi tidak bagi anak Allah. Prinsip sebagai anak Allah ketika ia melihat Allah di dalam Yesus jelas untuk kasihNya dilakukan “pengorbanan”, maka anak Allah di dalam melakukan kehendakNya haruslah siap berkorban. Berkorban bukan dalam bentuk konyol tapi berkorban dalam bentuk kemenangan (cerdik). Banyak yang akan dialami anak-anak Allah yang menyenangkan dan juga yang menyakitkan, dihujat, dihakimi, dibenci bahkan dibunuh sekalipun (ay. 17, 18, 19, 21, 22), Akan tetapi Allah yang akan membela anakNya dengan berkata-kata kepadanya (ay. 20).
“Jika Allah dipihak kita siapa dapat melawan....” Ini adalah lirik sebuah lagu yang menyadarkan kita untuk tidak takut/kawatir menjalankan kehendak Allah. Ada Allah beserta kita siapa takut...? ini harus menjadi semangat kita. Benar ditengah kehidupan kita ini begitu luar biasanya kebobrokan moralitas manusia, ketika keadilan dikatakan justru disanalah ketidak adilan dilakukan, ketika kebenaran diberitakan justru disanalah ketidakbenaran dinyatakan, ketika manusia cenderung mementingkan diri sendiri maka sikut menyikut bahkan tendang menendang sering terjadi....dsb.... maka pada dasarnya disanalah peran kita sebagai anak Allah yang menjadi garam dan terang dunia...

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan... bukan kebetulan kita menjadi anak Tuhan, tapi ketika kita mengatakan sebagai anak Allah maka nyata rencana Allah bagi kita anakNya yaitu melakukan apa yang diperintahkanNya

Yesus mengasihi dan menyadari keberadaan kita semua anak-anakNya. Banyak pekerjaan pelayanan yang harus dilakukan sementara yang melakukan tugas pelayanan sangat terbatas. Sering sekali pekerjaan yang besar dan berat membuat kita menjadi pesimis untuk melakukannya dan memenangkannya. Sama halnya di tengah kehidupan kita di zaman ini, pekerjaan pelayanan begitu besarnya sampai kita tidak tau harus memulai dari mana bahkan beranggapan tidak mungkin melakukannya.... Ingatlah : Seberat, sebesar apapun pekerjaan pelayanan yang ada didepan kita... ”tidak ada yang mustahil bagi Tuhan”.... Janji Tuhan jelas bahwa kita memiliki “tuan” yaitu Tuhan sang “pemilik” yang dengan meminta kekuatan kepadaNya maka kita akan mampu karena Dia sendiri yang akan memampukan kita melakukan pekerjaan tersebut. Jadi apapun tantangan yang ada di dalam diri kita, dihadapan kita atau dari mana saja datangnya, marilah kita tetap setia kepada Dia yang telah mengutus kita melakukan pekerjaan mulia itu. Kita percaya didalam kesetiaan kita kepadaNya, Dia (Allah) lebih setia mengasihi kita.....

“Jangan lelah.... bekerja di ladang nya Tuhan...
Roh Kudus memberi kekuatan, yang menjaga dan menopang........
Tuhan Yesus Memberkati.... Amin

Pdt. Alexander Simanungkalit, S.Th
GBKP Bekasi – Galaxy
081386498009, 087777100076, singchall@yahoo.co.id


Catatan sermon:
  1. Ceridik seperti ular berarti mampu menghindarkan bahaya dan tidak berbahaya bagi orang lain. Merpati bukan bodoh, tetapi tulus.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment