Sunday 25 May 2014

Renungan / Khotbah Efesus 6:18-22, Minggu 25 Mei 2014

Introitus : 
Tetaplah berdoa (1 Tesalonika 5:17)

Bacaan : Mazmur 66:8-20 (Responsoria); Khotbah : Efesus 6:18-22 (Tunggal)

Thema : Berdoalah setiap waktu

Pendahuluan
“Hendaklah kuat di dalam Tuhan”. Hal inilah yang dinasehatkan Paulus kepada jemaat Efesus (ayat 10). Pertanyaan kritus adalah: Mengapa harus kuat? Yang pertama, Jika kita tidak kuat, kita tidak akan dapat melakukan perbuatan baik sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam kontek Efesus 6, perbuatan baik tersebut, yakni: sebagai anak mentaati orang tua di dalam Tuhan, sebagai orang tua tidak membangkitkan amarah di dalam hati anaknya, sebagai hamba mentaati tuannya dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti taat kepada Kristus (ayat 1-9). Yang kedua, Supaya dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. Sebab perjuangan kita bukan melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia, melawan roh-roh jahat di udara (11, 12).

Bagaimana supaya kuat? Sebagaimana dikemukakan Paulus dalam ayat 11-17 yakni: Mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah. Apa itu?
1. Ikat Pinggang = Kebenaran (Kebenaran disini artinya kebenaran pikiran/hati (bd. Mazmur 51:8). Jadi, harus punya pikiran yang benar, jujur, tulus, tidak munafik, dsb. Ingat Iblis adalah “bapa dari segala dusta” (Yohanes 8:44). Jadi mengalahkan iblis dengan kebenaran pikiran/hati.
2. Baju Zirah = Keadilan. Keadilan disini adalah kehidupan yang benar (bd.Roma 13:12)
3. Kasut = Kerelaan memberitakan Injil. Untuk bias selalu siap kita harus: Punya hubungan baik dengan Tuhan, punya pengetahuan yang baik tentang kitab suci, hidup tak bercacat cela, punya hubungan baik dengan sesame
4. Perisai = Iman. Iman di sini maksudnya adalah kepercayaan tentang janji-janji Tuhan.
5. Ketopang = Keselamatan
6. Pedang Roh = Firman Tuhan

Pendalaman Nas
Pentingnya Doa. Nas kita menekankan pentingnya doa. Nas renungan kita dimulai ayat 18 dan ayat 18a adalah merupakan bagian ayat sebelumnya “dalam segala doa dam permohonan”. Dengan demikian kita menjadi mengerti bahwa perlengkapan senjata Allah tersebut harus disertai doa. Doa bukan hanya bagian dari perlengkapan senjata Allah tetapi merupakan peperangan itu sendiri yang melibatkan Allah. Peperangan tanpa doa berarti menyerah kepada musuh sebab peperangan itu tanpa melibatkan Allah. Mengingat keadaan yang sangat berbahaya/ginting dimana kita bukan melawan darah dan daging, maka kita tidak bisa lengah sedikitpun (bd. 1 Petrus 5:8). Itulah sebabnya Paulus menasehati jemaat agar senantiasa berdoa (Bd.Introitus 1 Tesalonika 5:17) atau berdoa setiap waktu (ayat 18b), baik untuk pribadi/individu juga untuk segala orang kudus.

==> Kalau saya perhatikan iblis kerap kali menyerang kita lewat pikiran dengan pola yang licik melalui: gagasan, kebimbangan, rasa ingin tahu, ingin merasakan terutama masalah seks, kecurigaan, ketakutan, penalaran, dll. Dia bergerak lambat dana hati-hati dan ingat, dia mempunyai siasat dalam peperangannya. Dia telah lama sekali mempelajari kita. Iblis tahu apa yang kita sukai dan yang kita tidak sukai. Dia tahu kegelisahan kita, kelemahan kita, ketakutan kita. Dia tahu yang paling mengganggu kita. Dia bersedia meluangkan berapapun lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengalahkan kita. Salah satu bakat iblis ialah kesabaran.

Dalam ayat 19 secara khusus Paulus meminta agar jemaat juga mendoakan dia. Hal ini memberikan pemahaman:

(1) bahwa Paulus juga bukan manusia tanpa kelemahan, ia juga perlu topangan. Ia juga perlu didoakan. Supaya apa? Pertama, Supaya Paulus mempunyai keberanian memberitakan Injil; kedua, juga supaya diberi kata-kata yang benar dalam mewartakan Injil.

==> Saudara tahu bahwa setiap diadakan kebangunan rohani dimana hamba Tuhannya luar biasa berkata-kata tentang Firman Tuhan dengan penuh keberanian, juga dapat membuat banyak mujizat sesungguhnya karena ada banyak tim doa yang menopang kegiatan tersebut. Demikian juga hamba Tuhan yang luar biasa tidak terlepas dari dukungan atau topangan doa dari banyak orang, baik keluarga, jemaat atau tim doa yang secara khusus mendoakan hamba Tuhan tersebut.
Mengapa pendeta kita, kita anggap biasa-biasa saja? Maka pertanyaannya, adakah saudara yang sungguh-sungguh terbeban mendoakannya?

(2) Doa adalah juga pelayanan. Itu berarti semua orang percaya dipanggil untuk saling melayani yakni saling mendoakan. Dan pelayanan ini dapat dilakukan semua orang percaya sebab tidak membutuhkan keahlian, juga tidak membutuhkan dana. Sudahkah kita melakukan pelayanan ini? Pelayanan ini seolah sepele padahal sangat besar dampaknya. Dalam Yakobus 5:16 disebutkan “doa orang benar sangat besar kuasanya”. Tetapi mengapa pelayanan ini masih kurang dilakukan? Paling tidak ada dua sebab: pertama, karena pelayanan doa tidak membuat diri kita popular. Berbeda dengan pelayanan khotbah dilihat semua orang, tetapi tidak demikian pelayanan doa. Pelayanan doa kebanyakan dilakukan dengan tersembunyi. Kedua, pelayanan ini sangat tidak disukai si iblis karena kuasa doa membuat iblis tidak berkutik.

Ayat 21-22, Paulus mengutus Tikhikus untuk menghibur orang Efesus. Saat itu Paulus di Penjara, tapi toh ia ingin menghibur orang Efesus. Luar biasa Paulus, walaupun ia dipenjara, tetapi ia masih memikirkan jemaat Efesus sehingga di utus Tikhikus untuk menghibur jemaat Efesus.

==> Bagaimana dengan kita? Apakah kita menaruh peduli bagi orang yang kita kasihi? Orang tua kita, anak kita, saudara/I kita, pertua-diaken kita, pendeta kita, saudara/I seiman bahkan bangsa dan Negara kita? Mungkin kita mempunyai keterbatasan untuk menunjukkan kepedulian dan partisipasi baik secara pikiran, waktu yang panjang, tenaga dan materi, tetapi tidak kalah penting dari semuanya itu adalah kepedulian dengan mendoakannya.

Ingatlah sebagaimana di kemukakan dalam Yakobus 5:16b-18 “Sebab Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya”. Demikian luar biasanya kuasa doa. Oleh karena itu BERDOALAH SETIAP WAKTU.

Pdt.S.Brahmana


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment