Wednesday 20 May 2015

Renungan / Khotbah Yesaya 6:1-8, Minggu 31 Mei 2015

Invocatio : 
Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. (Yeremia 1:5).

Pembacaan : Wahyu 4:1-11 (Tunggal); Khotbah : Yesaya 6:1-8 (Tunggal)

Tema : Ini aku, utuslah aku!

Pendahuluan :
(1) Tema “Ini aku, utuslah aku!” sering menjadi tema persidangan Gereja dan menjadi teks dalam pemanggilan atau pengutusan pelayan Gereja.

(2) Tentu banyak cara memanggil seseorang untuk menjadi pegawai atau karyawan resmi sebuah perusahaan atau di pemerintahan. Ada melalui iklan penerimaan pegawai baru, brosur yang dibagikan, surat kabar rubrik lowongan kerja, warta jemaat atau juga melalui informasi dari teman. Sedangkan diterima atau tidaknya calon pegawai, bisa dalam bentuk panggilan langsung, telepon, papan pengumuman atau melalui surat. Setelah diterima, tidak langsung menjadi pegawai atau karyawan tetap. Dia harus mengikuti proses masa training seputar skill, integritas dan loyalitas dalam tugas yang diberikan. Ada proses masa percobaan. Setelah semuanya dijalani baru dapat diterima secara resmi dengan SK Pengangkatan.

(3) Bagaimana dengan Imam, Nabi, Rasul, Raja yang dipanggil Tuhan menjadi “karyawan-Nya” yang sering dijuluki hamba-Nya?. Alkitab menceritakan banyak cara yang dipakai oleh Tuhan. Misalnya, pemanggilan Musa di Gunung Horeb melalui nyala api di semak duri (Kel. 3:1-3); Samuel dipanggil 3 kali ketika sedang mau tidur (1 Sam. 3:1-10), Daud menjadi Raja Israel melalui “seleksi” terhadap ketujuh anak Isai oleh Samuel (2 Sam.16:1-13). Yeremia bahkan telah terpilih sejak dalam kandungan ibunya (Invocatio Yer.1:5). Yesus dalam pemilihan kedua belas rasul memiliki berbagai peristiwa dalam pertemuan dengan mereka. Bahkan pemanggilan Paulus justru ketika dalam perjalanan membunuh orang Kristen, namun bertemu Yesus di Damsyik. Dan banyak lagi peristiwa yang lain.

(4) Teks kita menceritakan suatu proses bagaimana Allah telah memilih dan mengutus Yesaya. Proses itu diawali dengan perjumpaan pribadi Yesaya dengan Allah, melalui sebuah penglihatan. Dalam penglihatan itu, Yesaya menyadari siapa Allah dan siapa dirinya. Allah adalah Maha Kudus dan penuh kemuliaan. (ay.4) Sedangkan dirinya adalah orang yang tidak layak. Dikatakan dalam ayat 5, "Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir..." Perjumpaan pribadi dengan Allah, membuat kita sadar akan keberadaan kita sebagai orang yang berdosa. Dan kita membutuhkan seorang Juruselamat dalam hidup kita.

Jadi pemanggilan Yesaya memiliki keunikan tersendiri karena dalam bentuk visi (penglihatan) di Bait Suci. Pemanggilan Yesaya sendiri dalam konteks ketika orang Israel berada dalam “kekacauan” baik sosial, politik dan spiritual. Mereka sedang berada dalam keterpurukan karena sibuk berperang dengan bangsa seperti Asyur dan Babel. Juga mereka menjauh dari Tuhan dengan menyembah ilah lain. Dari kondisi ini membuat Allah marah kepada mereka (Yes.1:1-4)

Khotbah:
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Kita baru saja memperingati Jubileum 125 Tahun Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), tepatnya Sabtu 18 April 2015 di Lapangan Samura Kabanjahe. Sebuah refleksi teologis “Pergi dan Beritakanlah” yang menjadi dasar Lembaga Pekabaran Injil di Negeri Belanda yang bernama Nederlandschs Zendeling Genootschap untuk pertama sekali mengutus Pdt.H.C.Kruyt dengan membawa pembantunya dari Minahasa Nicolas Pontoh pada tanggal 18 April 1890 di Belawan dan menjadikan Desa Buluhawar sebagai tempat tinggal dan pos misinya. Kemudian dilanjutkan dengan mendatangkan Guru Injil dari Minahasa yaitu Guru Injil B.Wenas, H.Pesik, H.Pinontoan dan R.Tampenawas. Selanjutnya Pendeta pengganti Kruyt seperti: Pdt.J.K.Wijngaarden, Pdt.M.Joustra, Pdt.H.Guillaume, Pdt.J.H.Neumann, Pdt.E.J.Van den Berg.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Kalau sejenak kita merefleksikan proses pemanggilan Yesaya, sangat menarik karena diawali dengan unsur-unsur panggilan yang penting yaitu penglihatan, pendengaran, keterlibatan pribadi terhadap sapaan Allah dalam peristiwa ibadah. Ayat 1 Aku melihat Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi dan menjulang dan ujung jubah-Nya memenuhi Baith Suci. Nabi melihat Allah yang kudus memanggilnya, untuk mewartakan kekudusan Allah. Itulah sebabnya nabi dengan penuh kesadaran dan ketegasan berani menyatakan diri sanggup diutus. Keterlibatan seperti inilah yang memberikan makna dan nilai pada penghayatan iman yang hidup. Tugas yang diterima Yesaya benar-benar bersumber pada Allah untuk membangun iman jemaat. Bukan seperti nabi palsu yang ikut-ikutan menuruti suasana hidup. Yesaya merasa bahwa rencana dan kehendak Allah harus direspons dengan jelas dan tegas.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Kalau kita memperhatikan perikop kita, maka ada 2 (dua) penekanan yaitu ayat 1-7 lebih menekankan visi dan reaksi nabi; Visi untuk menguduskan Allah di dalam kehidupan. Disamping itu kita juga melihat reaksi nabi, karena menyadari dirinya, pasti celaka karena telah melihat Allah. Hal ini tentu sesuai pemahaman pada waktu itu, bahwa siapa yang melihat Allah pasti akan mati (Kel.33:20). Puji Tuhan! Tuhan mengampuni Yesaya dengan mengambil bara api dari mezbah dan menyentuhkannya ke mulutnya sebagai tanda pengampunan. Sedangkan ayat 8-11 lebih mempertegas program kerja nabi. Bagian ini mengingatkan kita akan Amanat Agung Tuhan kita yang sudah bangkit untuk menyampaikan Injil keselamatan ke seluruh dunia (Mat.18-20). Jikalau perintah untuk pergi itu menguasai hati, kita akan menanggapinya seperti Yesaya: Ini aku, utuslah aku!

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Sama seperti Yesaya, demikian dalam pembacaan Wahyu 4:1-11 Yohanes juga mempunyai penglihatan seputar tahta Allah dan kemuliaannya. Ditengah-tengah tahta itu dan disekelilingnya ada 4 (empat) makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. Makhluk pertama seperti singa, makhluk kedua seperti anak lembu, makhluk ketiga seperti muka manusia dan makhluk keempat seperti burung nazar yang sedang terbang. Keempat makhluk ini sebagai simbol hakikat Allah yang paling tahu (simbol makhuk manusia), yang paling kuat (simbol makhluk lembu), yang paling mengagumkan (simbol makhluk singa) dan yang paling cepat dan ada dimana-mana (simbol makhluk rajawali). Seperti dalam kitab Yesaya, keempat makhluk ini masing-masing bersayap enam, dan tidak henti-hentinya berseru siang dan malam: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada, dan yang ada, dan yang akan datang. Pesan pokok bahwa Allah itu tetap teguh, dan pada waktunya Ia akan datang untuk menghakimi.
Jemaat yang dikasihi Tuhan! Ini aku, utuslah aku! Merupakan kesediaan dan bukti dari kesungguhan hati, kesetiaan yang tentu saja dengan segala konsekwensinya, apakah penderitaan, celaan, hinaan bahkan pembunuhan dari sesama sebangsanya. Namun Yesaya menerima semuanya itu, karena dia tahu bahwa Tuhan akan bersamanya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan! Bagaimana dengan saudara dan saya? Mungkin dengan kesungguhan hati dan kesetiaan dengan segala resiko, sehingga Panitia Sidang Sinode ke-XXXV dan Jubileum 125 Tahun GBKP meng-informasikan bahwa kini jumlah jemaat GBKP sekitar 400.000 orang, 22 Klasis, 504 Majelis jemaat, 800 unit gereja serta 450 Pendeta.

Jemaat yang dikasihi Tuhan! Bagaimana GBKP kedepan? Kita bersama jemaat GBKP dengan Moderamen terpilih Periode 2015-2020 hari ini kembali disegarkan akan tugas “merasul”. Syukuri dan kagumilah bahwa Tuhan memanggil kita menjadi umat-Nya dengan proses dan harga yang mahal melalui “kematian Yesus di kayu salib”. 1 Petrus 1:18-19 mengingatkan, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”.

Nabi Yesaya adalah nabi yang dijuluki sebagai nabi kekudusan ditengah-tengah situasi yang sedang dalam keterpurukan. Biarlah kita juga menjadi “Yesaya” masa kini yang terus menjaga dan memelihara kekudusan kita ditengah kondisi yang dapat juga dikatakan “terpuruk” (korupsi, narkoba, praktek prostitusi, judi, keserakahan, KDRT, HIV/AIDS). Dengan meningkatkan kekudusan, kesetiaan dan kesungguhan kita dalam pelayanan, pasti akan berdampak bagi perkembangan GBKP kedepan. Seperti Yesaya artinya Tuhan menyelamatkan, maka semkin banyak orang-orang yang akan diselamatkan. Panggilan Allah hendaknya menimbulkan pembaharuan, menciptakan suasana serba baru.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Dalam sebuah ilustrasi, sekali jadi ada orang yang bertanya kepada Ibu Theresa, "Ibu telah melayani kaum miskin di Calcutta, India. Tetapi, tahukah Ibu, bahwa masih ada jauh lebih banyak lagi orang miskin yang terabaikan? Apakah Ibu tidak merasa gagal?" Ibu Theresa menjawab, "Anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk setia ...."

Setiap pelayan Tuhan di mana pun dan dalam peran apa pun, tidak dipanggil untuk berhasil. Sebab jika panggilannya adalah keberhasilan, ia akan sangat riskan jatuh pada kesombongan atau penghalalan segala cara. Pelayan Tuhan dipanggil untuk setia. Melakukan tugas pelayanannya dengan penuh komitmen dan tanggung jawab. Semampunya, bukan semaunya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan! Paulus dalam pelayanannya menunjukan hal serupa dalam Filipi 3:13-14 “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”.

Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung (2 Petrus 1:10). Amin. (EP)

Pdt. EP Sembiring


Artikel lain yang terkait:



1 komentar:

Anonymous said...

‎Dear Bapak Pdt. PS Brahmana,

Saya sangat menikmati tiap-tiap khotbah yang pendeta tulis di blog pendeta‎ di:

http://psbrahmana.blogspot.com/?m=1

Semoga bapak pendeta selalu sehat dan memberi makna pada banyak orang.

Hari ini saya tidak menemukan khotbah bapak pendeta untuk hari Minggu 7 Juni 2015, ‎yang diambil dari 2 Korintus 4: 15-5:1. Semoga bapak pendeta selalu menulis dan membagikan khotbah bapak pada orang banyak. Itu saja yang ingin saya sampaikan. Tuhan memberkati.

Post a Comment